Keesokan harinya. Alexander bertemu dengan Sophie di sebuah tempat makan guna membahas tentang adegan yang semestinya tak mereka lakukan. “Pesanlah apa yang kau suka. Aku yang traktir. Anggap saja ini pesta kecil dari perayaan kesuksesan pertunjukan kemarin.” Alexander membolak-balik buku menu. Sophie tampil dengan begitu elegan. Dia tetap menjaga penampilan di hadapan Alexander meskipun sudah cukup sering ketemu. Mungkin dia tidak mau mengecewakan Alexander. Bisa jadi. “Ditraktir lagi? Terimakasih banyak dong!” Sophie berkata manja sambil mencetak senyuman lebar di wajahnya.Jika pada biasanya mereka tampil lepas, kini entah mengapa Alexander sedikit canggung, terlebih ketika dia mengingat momen yang berlangsung selama satu menit itu. “Aku minta maaf,” ucap Alexander dengan raut wajah yang cukup menyesal. “Karena apa?” Sophie mengernyitkan alis. “Kami yang seharusnya berterimakasih, bukan malah kau yang meminta maaf. Kau terlalu berjasa bagi kami, Alex.”Sembari memijat dahinya
Siang hari itu di Gym milik Black Horns. Ratusan orang tengah sibuk berolahraga, berlatih, dan bertanding. Ini adalah rutinitas harian yang dilakukan oleh anggota Black Horns sejak dulu. Setidaknya setiap anggota diwajibkan satu jam sehari berolahraga dan berlatih. Selain menyediakan fasilitas olahraga yang sangat lengkap, di dalam sini juga tersedia tiga arena tarung, termasuk satu oktagon untuk pertarungan MMA. Setiap anggota diwajibkan setidaknya memiliki satu keahlian seni bela diri, misalnya karate, taekwondo, atau bahkan seperti lihai dalam menggunakan pedang dan senjata api. Itu paling tidak satu. Biasanya mereka bahkan memiliki lebih dari sepuluh keahlian guna mempertahankan diri maupun menyerang. Siapa yang membuat aturan seperti ini? Tentu saja sang pendiri organisasi tersebut : Mike Ali! Kemewahan Gym dan kehebatan para anggota jelas mengindikasikan bahwa Black Horns bukan sekadar mafia biasa-biasa saja, akan tetapi mereka memang layak mendapatkan reputasi sekaligus r
Setan telah menguasai pikiran Gavin sehingga yang ada di kepalanya hanyalah bagaimana cara membalaskan dendam kepada Alexander. Dia tidak peduli seberapa berisikonya langkah yang dia ambil. Dia memanfaatkan Black Horns hanya demi ambisi besarnya?Apa dia sudah gila?! Lennox berbadan besar dengan kulit gelap. Wajahnya sangat seram. Ada banyak tato yang menghiasi tubuh kekarnya. Siapa pun yang berada di dekatnya pasti merasakan aura berbeda dari dirinya. Sudah tak terhitung berapa kali dia membunuh orang. Track recordnya dalam urusan kriminal? Tidak usah ditanya. Lennox sudah mencapai tingkat Legend dalam masalah ini. Satu-satunya orang yang berada di atasnya hanyalah Mike Ali. Tidak ada yang lain. “Anak muda, kau sangat asing di mataku. Sebelum kau masuk rumah sakit, lebih baik kau pergi dari sini.”Bibir Gavin bergetar seiring dengan dadanya yang bergemuruh saat mendengar suara dalam dan serak menakutkan dari Lennox. Lalu Gavin berkata sedikit terbata karena diserang rasa takut s
Gavin sangat licik. Apa yang pernah dia dengar dari orang lain, yang mana info tersebut berasal dari Alexander, kini dia jual kepada Lennox, dan tujuan akhirnya adalah untuk menghancurkan Alexander.Mendengar itu, Lennox terperanjat, alisnya terangkat, dan dia berkata dengan marah. “Pemerintah dan militer?”Gavin hanya mengangguk. Lennox kembali duduk dan terpekur beberapa detik. Selama bertahun-tahun Black Horns memang kerap berurusan dengan pemerintah dan militer. Selalu. Hal demikian bukanlah hal aneh lagi. Sebelum tragedi kematian misterius Mike Ali, memang santer terdengar rumor bahwa Black Horns akan menyerang militer lalu menggulingkan Presiden Somers kala itu meski berita itu jelas tidak benar, alias Hoaks! Gesekan antara Black Horns dan para penguasa di negeri ini sudah berlangsung lama. Akan tetapi, Lennox dan semua anggota organisasi tidak pernah terpikir bahwa pelaku dari kasus tersebut merupakan sekelompok orang yang berasal dari pemerintah dan militer. Mereka mendu
Alexander tahu bahwa saat ini Black Horns kondisi internalnya semakin memburuk pasca tragedi penculikan Mike Ali. Di samping penyelesaian misi, Alexander berusaha mengkorelasi dari segenap peristiwa yang dia lalui sebab bisa jadi penculikan Mike Ali erat kaitannya dengan organisasi rahasia yang sempat disinggung oleh Bryan tempo lalu. Dari situ Alexander menekuri, betapa kuat, berani, dan pintarnya organisasi rahasia tersebut sehingga mereka bisa menculik dan membuang Mike Ali, serta perbuatan mereka tak tercium sama sekali oleh publik. Dan karena itulah Alexander percaya bahwa organisasi itu kuat dugaan memang berasal dari pemerintahan dan militer. Tidak mudah untuk menculik orang terkuat, lalu menyebarkan berita di media seolah-olah Mike Ali mati dibunuh dan mayatnya dibuang. Kecuali, mereka adalah tiran dan para elit! Lantas, apa mungkin organisasi rahasia itu masih ada? Siapakah mereka dan siapa pula di balik mereka? Alexander terus mencari mereka di samping menyelesaikan mis
Lennox merupakan orang yang paling keras menolak penawaran dari Neilson. Jadi wajar ketika Alexander menyarankan agar menemui Lennox terlebih dahulu, dia sedikit kurang nyaman. Akan tetapi, langkah tersebut adalah sudah cukup tepat. Alexander bertanya, “Jadi kita mau menemui siapa terlebih dahulu kalau bukan Lennox? Ketiga putra Mike Ali : Amr, Leon, Elijah?”Mendengar nama tiga orang itu, Neilson nyaris tersedak ludahnya sendiri, pasalnya dia jauh lebih kesulitan bernegosiasi bersama tiga anak muda seperti mereka ketimbang bersama Lennox. Tiga putra Mike Ali tersebut lebih sukar diatur dan enggan mau berbincang bersama orang lain yang tidak selevel dengan mereka. Alexander sedikit nyengir sebelum berkata dengan geli. “Kecuali Elijah. Si bungsu cukup humoris. Asalkan Paman mau mengajaknya bercanda, dia mungkin bisa membantu Paman. Sedangkan dua kakaknya, aku tidak percaya kalau mereka akan menerima Paman.”“Aku tetap kesulitan jika berbicara bersama mereka. Mereka terlalu dimanja de
Alexander dan Neilson menyambangi markas Black Horns. Hanya saja, mereka sedikit terhambat karena terjadi cekcok di pos penjagaan. Lima penjaga di sana naik darah dan meradang. Meskipun mereka memang cuma penjaga, mereka tetap merupakan bagian dari Black Horns, otomatis mereka punya pamor dan tetap layak untuk dihormati. Wajar mereka agak marah ketika Alexander dengan berani kurang ajar pada mereka. “Kami sudah baik dan kasihan pada mu, anak muda. Tapi kenapa kau lancang?” Mereka tidak bisa lagi main-main. Ucapan Alexander tadi telah membangkitkan kemarahan mereka. Namun, Alexander tetap tenang walaupun mereka memasang wajah garang dengan mata nyalang. “Aku tidak tahu apakah ada yang levelnya lebih rendah dari pada kalian. Jika kalian merasa hebat, kenapa bertugas menjaga pos keamanan, dan tidak menjadi pengawal bos atau asistennya? Kalian berada di sini menunjukkan bahwa kalian memang tidak ada apa-apanya. “ Parah! Alexander semakin membuat mereka marah. Neilson menye
Wan melepaskan cengkeramannya. “Kau beruntung, anak muda. Kau selamat.”Alexander tak bergerak sama sekali, jika mau, Alexander bisa langsung mematahkan tangan Wan cukup dengan satu gerakan cepat saja. Tatapan Wan belum lepas dari mata Alexander, perlahan dia mundur, dan menjauh. “Kalau saja bos besar tidak memberi izin masuk, kau sudah babak belur. Aku tidak peduli kalian siapa.”Menanggapi sikap kasar barusan, Alexander tak banyak ekspresi. “Tuan Lennox mengizinkan kami masuk. Dia tahu apakah kami layak atau tidak untuk berada di dalam. Penjaga tidak tahu apa-apa. Permisi, izinkan kami lewat.” Alexander masih sopan walaupun tadi dia diperlakukan dengan kurang baik. Alexander dan Neilson masuk ke dalam mobil, kemudian mereka pun memasuki area Mansion yang sangat luas. Mobil itu berhenti tak jauh dari air mancur. Di sekitar pintu masuk, ada selusin penjaga berpakaian serba hitam, berkaca mata, dan menyimpan senjata di balik pakaian mereka. Mereka akan bertindak cepat apabila terj