PLAK! Mengejutkan, Winnie tiba-tiba langsung memberikan tamparan keras ke pipi Alexander. “Aku sudah muak dengan tingkah mu, menantu tidak berguna tapi sok pintar! Kalau kau memang hebat, seharusnya sudah dari dulu kau bisa sukses, bukan sampai sekarang masih menumpang di rumah mertua!” sembur Winnie dengan mulut lebar. Bagi Alexander, tamparan keras dengan suara nyaring barusan tidak ada arti apa pun. Dia sama sekali tidak merasakan perih di wajahnya dan bahkan tidak ada bekas sama sekali dari tamparan itu. Winnie belum bisa melupakan tragedi memalukan yang menimpa keponakannya si Letnan Dua. Jika bukan karena ulah Alexander, Martin tidak akan menderita seperti sekarang. Jadi wajar kalau Winnie melihat Alexander seperti melihat bangkai. “Oh, kau mau berlagak jadi pahlawan ya? Sok mau membantu suamiku dalam mengurus bisnis minyak? Padahal, kau tidak ada latar belakang pebisnis sama sekali. Dan ingat, kau miskin!” cerca Winnie dengan mata menyala. Sebagai gantinya, Winnie memberi
Namun, Winnie tak bergeming, langsung melemparkan interupsi persuasif pada suaminya. “Suamiku, kenapa kau diam saja? Padahal menantu menumpang ini sudah kelewatan sekali! Kau harus segera menghajarnya!” cecar Winnie tidak akan membiarkan Alexander bisa berbicara seenaknya.Di samping itu, Winnie masih tidak terima kalau dia merupakan istri yang tidak bisa diandalkan. Kendati dia sempat gagal dalam merencanakan pernikahan keponakannya si Letnan Dua, bukan berarti dia akan terus disalahkan sampai kiamat. Bagaimana pun, dia akan tetap terus mencari wajah di hadapan suaminya, dan penawaran kali ini, yakni membiarkan anak kandungnya membantu suaminya, dikira merupakan ide bagus.Alexander membalik badan seraya menyunggingkan senyuman halus sebelum berkata, “Jadi Ibu yakin kalau Gavin memang bisa nantinya membantu Ayah dalam melakukan lobian kepada Tony? Kita semua tahu, Ayah sudah lebih dari tiga tahun menggeluti bisnis tersebut dan tidak ada pencapaian signifikan. Dengan kata lain, saham
Pagi harinya.Biasanya Alexander merupakan orang pertama yang selalu sibuk di pagi-pagi buta. Ada saja kegiatannya di rumah sebelum langsung berangkat keluar, yang mana orang di rumah tidak tahu juga ke mana perginya dia.Mengherankan, pada pagi hari ini, dia tidak mendapati lagi istrinya di kamar tidur. Tidak seperti biasanya. Setelah mandi dan berpakaian formal layaknya pekerja kantoran, Alexander pun keluar dari sana dan betapa terkejutnya dia saat secara tidak sengaja menguping pembicaraan antara Pablo, Gabriella, dan Winnie di ruang makan.Pendengaran Alexander sangat tajam meskipun jarak antara dia dan tiga orang tersebut cukup jauh sehingga dia dengan jelas mendengar apa saja yang mereka perbincangan.Pada saat inilah Pablo mau mengutarakan ide konyolnya kepada sang putri tercinta demi mewujudkan apa yang selama ini dia inginkan.Usai mengelap mulutnya pakai tisu, Pablo menatap mata Gabriella lurus-lurus seraya berkata dengan lemah lembut, “Putriku, Tony Rockefeller masih bujan
Alexander tersentak.‘Tuan Somers? Apa mungkin dia adalah orangnya?’Alexander masih butuh informasi selanjutnya dan kembali memasang telinganya dengan sangat baik.Adegan kembali berpindah di ruang makan.Tetiba, Pablo menarik napas yang agak dalam sembari menyandarkan punggungnya di kursi. Ada sejumlah kalimat yang tertahan di mulutnya ketika tadi bilang tentang ayah mertuanya.Terang saja, Gabriella lantas bertanya-tanya, “Kakek? Apa hubungannya dengan Kakek? Sudahlah, Ayah tidak perlu menjual nama Kakek supaya aku bisa menuruti apa kemauan Ayah. Tidak perlu!” raung Gabriella masih dengan wajah yang memberengut.Tidak usah lagi ditanya seperti apa kedekatan antara Gabriella dan kakeknya, Somers.Bahkan, kasih sayang yang diberikan oleh Somers jauh lebih dahsyat ketimbang apa yang diberikan oleh Pablo selama ini.Ayah kandung dari Sarah tersebut punya perhatian luar biasa kepada Gabriella semenjak wanita tersebut terlahir ke dunia.Ketika Gabriella meminta untuk dinikahkan saja denga
Alexander sengaja mampir sebentar di ruang makan meskipun dia tahu kalau sebentar lagi dia bakalan kena cueki tidak hanya oleh dua mertuanya saja, tapi juga istrinya. Semalaman, Gabriella tidak mengajak bicara Alexander tanpa alasan yang jelas. Mereka tidur layaknya bukan sepasang suami dan istrinya.Dan pagi ini pun begitu, terlebih baru saja Gabriella mendapatkan sesuatu yang sedikit merusak mood-nya pula, jadi wajar kalau dia langsung beranjak dari sana tanpa bicara sama suaminya.Alexander menyadari posisinya sekarang yang cukup sulit ketika berada di rumah. Pasalnya, dia sudah buat masalah besar di rumah ini. Sulit baginya untuk bisa mengharumkan lagi namanya yang benar-benar rusak. Dua tahun menyusahkan dan jadi benalu, lalu lebih dari satu tahun lamanya menghilang entah ke mana.Dia pantas mendapatkan perlakuan semacam ini.Parahnya, sekarang Gabriella juga berubah sikap pasca diselamatkan oleh pahlawan baru baginya : Jenderal Naga Emas!Alexander membalik badan dan tetap mene
Sore hari di sebuah taman ujung kota. Pemandangan pinggiran Kota Redchester dari atas bukit terlihat begitu menakjubkan. Hijau, asri, dan menyejukkan.Alexander melakukan peregangan dan pemanasan sebentar, “Bryan, tidak ada yang instan di dunia ini. Semua butuh proses. Apalagi niat mu ingin menjadi kuat. Silakan kau pergi ke tempat gym. Tanyakan pada mereka, berapa lama mereka menginvestasikan waktu dan uang untuk membentuk otot di tubuh mereka? Berapa jam dalam seminggu mereka berolahraga? Lalu, silakan kau tanyakan kepada tentara yang sedang bertugas, Mayor Farrell misalnya, berapa lama dia membutuhkan waktu untuk menjadi seperti sekarang?”Dan kalau saja Bryan tahu seperti apa Alexander menjalani kehidupan selama satu tahun penuh di Pulau Lambora.Meskipun satu tahun merupakan waktu yang dirasa singkat untuk membentuk fisik sempurna, mental yang kuat, dan otak yang jenius, namun selama waktu singkat itu Alexander memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Tidak ada hari dan tidak ada detik
Entah kenapa, Bryan menyepak sebuah kerikil kecil dengan kesetanan.Bugh!Saking semangatnya, kacamatanya sampai terlepas dan jatuh. Untung saja tidak pecah.Alexander dan Farrell yang melihat itu hanya bisa tersenyum datar. Wajar, mereka setiap hari ketemu tentara dan orang-orang kuat, jadi pas menyaksikan tingkah aneh dari pria seperti Bryan, mereka menahan tawa untuk tidak menyinggung perasaan Bryan.Tapi, justru Bryan yang terkekeh sendiri. “Hehe. Ngomong-ngomong, sepakanku lumayan kuat juga ya,” serunya sambil memungut kacamatanya yang terserak di tanah di antara serpihan dedaunan.Kalau bukan karena perintah dari sang guru, Warren Rockefeller, Alexander tidak akan menghabiskan waktunya berlama-lama dengan Bryan hanya untuk menjadikan Bryan sebagai pria sejati. Hanya saja, Alexander punya janji pada gurunya tersebut untuk memperbaiki apa yang ada di perusahaan dan juga keluarganya, terutama tentang dua kakak beradik yang tidak pernah akur....Perlu kesabaran ekstra untuk membuat t
Sembari berlari santai, Alexander melempar beberapa pertanyaan kepada Bryan soal perkara bisnis.Alexander cukup paham soal bisnis dan uang setelah belajar selama satu tahun bersama Warren Rockefeller, seorang pebisnis sukses dan masuk daftar sepuluh orang terkaya di negeri ini.Pada waktu itu dia mendapatkan banyak pengajaran tentang bagaimana caranya me-manage dan mengelola uang sebaik mungkin.Warren merupakan sosok yang sangat benci dengan sistem perbankan konvensional ribawi pada zaman modern. Jika orang pada umumnya menyebut bunga bank adalah bunga, maka dia menganggapnya bunga bank adalah kotoran. Selisih uang yang ditetapkan oleh bank, misalnya pinjam sekian nanti bunganya lima persen atau sepuluh persen atau sekian persen, bunga itu sebenarnya adalah kotoran.Baginya, bunga bank hanyalah anomali. Sesuatu yang sebenarnya jelek dan busuk tapi dibungkus pakai kado ulang tahun. Namanya bagus dan tampilannya keren tapi baunya busuk. Warren tidak pernah menyimpan uang di bank dalam