Share

Part 34

Dugaanku salah. Nyatanya mereka memperlakukanku layaknya manusia. Mereka merawatku seperti seorang gadis kecil yang memang masih membutuhkan kasih sayang. Bahkan dari lelaki sangar seperti om Jaka.

"Doa in Om Jaka ya. Kalau malam ini menang, besok om Jaka beliin boneka berbi buat kau," ujarnya dengan suara pelan agar nek Joyah tak mendengar.

"Oke, Om." Aku membentuk huruf O dengan telunjuk dan ibu jari.

Walau tak lemah lembut, masih terasa kasih sayang nek Joyah layaknya orang tua. Bukan keluarga yang religius, tapi setiap bulan Ramadhan ia selalu membangunkanku untuk makan sahur agar kuat berpuasa pada esok hari. Meski sesekali kupergoki nek Joyah sedang melahap sepiring nasi pada tengah hari.

"Nenek sudah tua, tak kuat lagi menahan lapar." Dia beralasan.

Tak lupa setiap tahun selalu ada baju lebaran dari om Jaka. Kembang api, lilin, bahkan uang jajan yang tak pernah kudapatkan selama di sana.

"Nih terompet, jangan tiup di depan nenek, nanti Om ikut kena maki!" serunya menjelang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zabdan N Iren
gak bisa nyalahin siapa siapa ..tapi kaishan dg Caca..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status