Share

22. Cinta itu Aneh

"Maaf! Bukan maksudku membentakmu. A-aku ...." Mas Gading menatapku lamat. Mungkin dia mengira aku tersinggung. Ini pertama kali dia bernada keras di depanku. Sekaligus pertama berbicara empat mata seperti sekarang.

"Aku yang seharusnya meminta maaf, tlah lancang mencampuri ranah pribadimu. Ini kulakukan demi amanah, sekaligus punya alasan ke Mbak Amira telah menyampaikan permintaanya," jawabku jujur, sambil menangkupkan kedua tangan depan dada, tanda permohonan maaf.

Kami terdiam, merasai pikiran masing-masing. Hanya celotehan Azmi yang terdengar menanggapi permainannya sendiri.

"Kalau kamu tak ingin bersama dia lagi. Ijinkan aku menggantikannya." Deght! Refleks mataku memindai Mas Gading, mencari kebenaran dari ucapannya. Sepertinya dia tidak main-main.

Jadi ungkapan yang pernah dia lontarkan? Bahwa dia cemburu bila aku memandang laki-laki lain, itu bukan canda? Perhatian? Sikapnya yang melindungi? Adalah eksplementasi isi hatinya? Terus, kerengganannya dengan Mbak Amira? Terseb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status