Share

26. Ada Harga pada Tiap Keputusan

"M-maaf, Mas. Kirain Nailah." Tanganku refleks memutus sepihak sambungan telepon, rasanya ingin menutup wajah dengan panci karena malunya.

Sambil menetralisir rasa grogi dan malu yang beraduk, gegas kaki menuju arah yang dimaksud.

Samping kiri, kanan, dan belakang rumah sakit ini memiliki taman-taman minimalis. Selain mempercantik bangunan, juga berfungsi mengademkan mata, dan sekaligus obat terapi.

Azmi dan Nailah yang main kejar-kejaran, langsung berlari mendekat setelah melihatku, sementara Rina, lelaki datar, dan Azman tampaknya bercerita serius. Ah, anak itu. Aku saja yang hampir seharian bersama mereka, hanya dua, tiga patah yang tersambung. Rina? Seperti sudah bertemu lama saja. Kuakui memang, adikku itu pandai bergaul, dinamis, dan supel. Sungguh berbanding terbalik dengan kakaknya yang introvert dan sedikit bicara.

"Okey, kalau begitu. Kami pamit melanjutkan perjalanan," ucap Azman seraya berdiri, diikuti Abi Nailah bersamaan aku baru saja hendak bergabung.

"Ingat, ya, Ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status