Share

31. Emosi Jiwa

"Jadi ...?" tanya pria egois itu ngambang dengan suara bergetar, pun raut memelas tanpa berkedip dan tanpa mengalihkan pandangan dariku Lebay! Dia pikir aku percaya?

"Kelamaan! Buka pintunya!" sentakku mulai jengah. Dia mengusap wajah kasar dan menekan tombol samping kanannya, dia tampak frustasi.

Cepat aku keluar setelah bunyi klik, lantas melangkah gesa ke depan mobil, saat bersamaan.Andi pun tiba. Untung anak itu tepat, kalau nggak, bisa saja aku jalan kaki sampai rumah bila ojek pun tak muncul. Begitulah saat emosi jiwa, kadang tenagaku lebih kuat dibanding sebelumnya.

"Kenapa sih, Mbak, marah terus sama Mas Rio? Padahal orangnya baik, kaya, ganteng lagi." E, e, ternyata anak seumur jagung ini juga sudah dicuci otaknya sama pria egois itu.

"Emang kamu dikasi apa bilang dia baik?"

"Pulsa dan jajan, Mbak, hampir tiap bulan malah." Ck! Selain dia egois, ternyata main sogok sama anak kecil.

"Mas Rio-"

"Nyetir aja yang benar. Nggak usah bahas-bahas mas baikmu itu," ujarku memotong uca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status