Seperti yang dikatakan Daza kepada Lavendra, dia memang melakukan hal tersebut untuk bisa mendapatkan informasi buruk mengenai Riko. Dikirimkannya lah orang kepercayaan yang bisa membantunya mendapatkan informasi mengenai Riko pastinya.Daza sampai harus mengeluarkan biaya besar supaya orang yang ia kirim bisa berpura-pura ingin berinvestasi dengan masuk ke dalam lingkaran perteman Riko.Hingga akhirnya, apa yang sangat ingin ia dapatkan pun memang akhirnya kejadian. Sekarang, Daza sedang bertemu dengan orang tersebut di rumahnya. Ia ingin Lavendra juga mendengar dan mungkin saja tahu.Diana yang sudah ditolak dari awal untuk jangan bergabung sangat keras kepala. Ia seolah tahu sesuatu atau mungkin hanya ingin tahu perihal apa yang akan mereka bahas. Di ruangan kerja kakeknya, mereka berempat berkumpul.“Jadi, aku menemukan beberapa kejanggalan saat aku berbicara dengan teman-teman Riko,” ucap dari teman Daza, Heri.Heri kemudian mengeluarkan beberapa foto dan juga lembaran kertas yan
Selang beberapa hari kemudian, tidak ada lanjutan dari tindakan yang ada. Bahkan sampai keluarga Lavendra pulang pun, semua tampak biasa saja.Lavendra jadi merasa curiga dan jelas saja tidak percaya dengan situasi sekarang ini. Karena sebelumnya juga sama. Saat ia merasa semua tampak aman dan biasa saja, malah mendadak ada serangan yang tiba-tiba membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.Jadi, dirinya jadi lebih awas lagi. Kali ini Lavendra memilih berada di belakang ruamh orang tua Daza. Sembari menghirup udara segar, dan jugas edikit menyegarkan isi kepala setelah semua kepusingan yang ia rasakan. Lavendra ingin menghela napas sejenak.Pemandangan yang begitu rindang dan matahari pagi yang sehat membuat Lavendra meras ajauh lebih baik daripada sebelumnya. Mualnya sudah berkurang, dan ngidamnya juga bisa ia kendalikan, supaya tidak meminta yang aneh-aneh di waktu tak terduga.“Honey,” panggil Daza.Lavendra setengah membalikkan badan, dan melihat ke arah Daza yang datang menuju ke ar
Masih seperti hari yang lainnya. Riko dan Lora menggunakan alur yang sama, dan jelas sekali ingin membuat Lavendra atau Daza merasa tenang selama beberapa saat. Untungnya mereka berdua sudah hapal dengan pola tersebut. Sekarang, Daza dan Lavendra memilih untuk lebih banyak bersiap dan juga lebih banyak awas pada mereka. Kehamilannya mulai kian berumur, namun belum kelihatan dengan jelas sekali. Ia tetap mencoba menjaga kandunganya dengan baik dari segala serangan yang mugkin saja akan terjadi setelahnya. Makanya ia mencoba untuk sedikitnya bisa bersiap lebih hati-hati lagi. Kali ini, mereka berdua punya jadwal pergi. Lavendra sangat ingin makan di pinggir pantai yang adem dan juga sejuk pastinya. Jadi, mereka pergi pada saat hari sudah mulai sore. “Hubby…, aku ingin makan es krim,” pinta Lavendra saat mereka berjalan di atas pasir yang hangat. Dengan memeluk lengan sang suami, Lavendra bermanja ria menginginkan kasih sayang lebih dan juga ingin sekali terus berada di sebelah suam
Lavendra terbangun di sebuah ruangan yang gelap dengan sedikt cahaya dari ujung. Dengan sayup-sayup, ia melihat sendiri bahwa ruangan tersebut kecil dan juga kosong. Dimana dirinya?Sambil melihat ke sekitar, Lavendra mengamati dengan amat baik dimana dirinya ini berada. Namun, suara dari luar telah memberikan jawaban kepada dirinya yang tengah terkurung di dalam tersebut.“Hahaha, hebatkan?” Suara Rosa terdengar sangat jelas.“Tentu saja. Aku tidak menyangka bahwa kamu benar-benar mengikuti kemana pun Daza pergi,” ucap dari Lora.“Aku sudah bilang akan membantumu, jadi aku memaksimalkannya,” jawab Rosa.Benar-benar gila. Wanita-wanita penggila Daza benar-benar berada di level yang sangat berbahaya. Lavendra memilih untuk tidak bersuara selama beberapa saat. Ia ingin mendengar, apalagi yang akan dibicarakan oleh wanita-wanita gila itu di belakang Lavendra.“Huhhh, ternyata meledakkan pesisir pantai tidak buruk sama sekali,” ujar dari Lora. “Haha, selama tidak ketahuan, tidak m
Mendengar Riko yang berkata demikian tentu saja tidak membuat Daza merasa senang. Justru dirinya merasa makin marah dan kesal karena apa yang barusan dikatakan oleh orang tersebut.“Kamu gila?! Setelah rekanmu menculik Lavendra, sekarang kamu mau sok membantu?!” Pekik dari Daza yang begitu marah.“Aku sungguh ingin membantu! Aku bisa menjamin aku tidak berbohong!” tegas dari Riko.“Oh ya?! Kamu bisa menjamin apa kalau kamu mau membantu menemukan Lavendra?!” kesal dari Daza yang makin menjadi.“Aku akan melakukan apa pun yang Lavendra minta, setelah dia ketemu! Kamu bisa pegang omonganku!” Riko kembali meyakinkan.Melihat bagaimana Riko bersungguh-sungguh, dengan tatapan mata yang tegas dan juga kelihatan sedikit gemetar, membuat Daza berpikir kembali. Yap, dengan begitu ia akan makin mudah menyeret orang ini ke balik jeruji besi yang ada.“Berikan aku alasan, kenapa kamu sangat ingin membantu,” pinta Daza yang sudah mulai tenang, dan tidak marah seperti sebelumnya.“Karena aku sangat
Sudah terlanjur kebakar jenggot, Lora yang kala itu melihat Rosa, langsung berlari ke arahnya dan dengan sangat keras menampar wajah Rosa. PLAKKHHH. Suaranya renyah sekali. Lavendra bisa melihatnya dari dalam sana.Rasanya mau tertawa, tapi tidak bisa sama sekali. Lavendra merasa puas, meski sebenarnya tenaganya sekarang sangat lah kecil sekali untuk bisa memberikan reaksi.“Kamu suka dengan Daza?!” Lora langsung bertanya dengan sangat to the point.Rosa seketika tidak memberikan respon langsung. Wajahnya seperti membeku dan mulutnya tertahan oleh dirinya sendiri. Sekarang dia tidak akan bisa lagi mengelak dan juga tidak akan mampu menghindar.Rosa sempat melirik ke arah Lavendra, karena dia pasti sudah tahu kalau Lora mendengarnya dari Lavendra. Siapa lagi yang akan memberitahunya kalau bukan dirinya? Hanya Lavendra yang tahu jelas kalau Rosa juga menyukai Daza.“Tidak! Mana mungkin aku menyukai Daza,” Rosa mencoba mengelak dengan senyumnya yang sudah kaku tersebut.Lora tampaknya ti
Tampaknya pun, memang Riko sangat menyesali apa yang telah ia perbuat tersebut. Meski tidak secara langsung dia ikut campur akan apa yang dilakukan oleh Lora, tetapi ia merasa sangat bersalah.Daza memang semulanya sangat menyesalkan apa yang telah terjadi pada Lavendra. Ia marah pada 3 orang yang memang dari awal menargetkan Lavendra sebagai target mereka. Namun, ia berhasil meredakan emosinya kepada Riko.Pria ini mau bertanggungjawab dan juga tentunya merasa bersalah saja sudah lebih dari cukup. Justru, Daza merasa paling marah pada Lora dan juga Rosa. Dua wanita yang secara terang-terangan telah menyakiti Lavendra.“Kamu sudah menemui Lora dan Rosa?” tanya Riko.“Belum, mungkin tidak malah,” jawabnya sambil menggelengkan kepala.“Yah, memang mending tidak usah,” ucap Riko.“Kenapa?” Daza melihat jelas ada sesuatu yang disembunyikan oleh Riko setelah pertanyaannya dijawab oleh Daza tersebut.“Kamu tidak tahu? Kukira sipir memberitahumu,” Riko masih tampak mengulur.“Tidak ada. Mema
Setelah beberapa saat berlalu. Operasi Lavendra berjalan dengan baik, dan pastinya aman lancar sampai akhir. Namun, hasilnya belum kelihatan sama sekali. Daza tidak percaya bahwa Lavendra hanya kejang saja, karena pasti ada sesuatu yang terjadi sampai-sampai dia akhirnya berakhir di operasi.Lavendra masih belum sadar. Ia masih harus tetap berbaring dan masih menggunakan oksigen pada hidungnya.Dokter memanggil Daza. Dirinya pergi ke ruangan tempat dokter berada, setelah Diana ia inta untuk menggantikannya mengawasi Lavendra.Saat masuk, Daza mendapati sudah ada orang tuanya dan juga orang tua Lavendra berada di sana. Saat menatap ke arah mereka semua, tertera jelas ada kesedihan yang mendalam dan juga tampak jelas raut wajah kesedihan.Degup jantungnya makin lama makin cepat ia rasakan. Daza seperti sudah bisa tahu bahwa pasti ada sesuatu yang buruk, sampai-sampai tidak ada yang mau melihat ke arah dirinya tersebut.Dengan berusaha tetap tenang, Daza duduk di depan dokter yang memang