Share

MESIN ATM KELUARGA MERTUA
MESIN ATM KELUARGA MERTUA
Author: Hazelldeas

Bab 1

"Bagaimana sayang? Kamu sudah transfer uang kuliah Nadin bulan ini?" 

Mendengar pertanyaan sang suami, Carissa sontak mengangguk. "Sudah, Mas. Tapi, aku hanya mentransfer dua juta saja. Kemarin, ibu--" 

"Apaa...?!! Kenapa hanya segitu? Kamu tahukan kalau bulan ini waktunya bayar uang kulah?!" bentak Aditya.

Deg!

Baru kemarin sang ibu mertua minta uang untuk arisan sejumlah satu juta rupiah dan juga minta uang untuk cicilan mobil yang dipakai nadin. Sekarang, dia dimarahi karena harus membayar penuh biaya kuliah Nadin 3,5 juta rupiah?

"Aku tau mas, tapi kenapa semua urusan keluargamu harus dilimpahkan sama aku?" balas Carissa, menahan emosi, "Lagipula, biaya kuliah Nadin, seharusnya ditanggung ayah dan ibu serta kamu. Kenapa jadi aku, Mas?"

Sungguh, Carissa muak lama-lama. Gajinya memang mencapai dua digit. Tapi, mengapa sang suami malah memanfaatkan uang tersebut untuk membantu keluarganya.

Lupakah Aditya kalau dialah kepala keluarga yang seharusnya menafkahinya. Mengapa Carissa justru diperalat seperti ini.

Dulu, bahkan lebih parah. Ketika mereka tinggal bersama dengan kedua orang tua Aditya selama satu tahun, uang Carisa benar-benar dikuasai sang mertua.

Oleh karena itu, Carissa memutuskan untuk mengambil cicilan rumah dengan model minimalis modern. Dia berharap jika tinggal dirumah sendiri keluarga sang suami tidak akan meminta ini dan itu, tapi tetap saja meskipun mereka tak tinggal bersama, keluarga Aditya tetap meminta jatah pada Carissa.

Di sisi lain, muka Aditya tampak emosi. "Kamu tahu kan gajiku hanya berapa Ris..? Kamu yang gajinya banyak harusnya membantu keluargaku!" bentak pria itu lagi.

"Ingat mas aku ini istrimu! Bukan atm Keluargamu yang bisa hanya minta-minta saja!" ucap Carissa. Tangan wanita itu mengepal, lagi-lagi menahan emosi.

Namun, Aditya malah menjadi-jadi.

"Oooohh sudah berani membentak kamu sekarang Ris..? Lagi dekat sama laki-laki mana kamu hingga berani membentakku?" tanya Aditya dengan tatapan menyelidik.

Mendengar itu, Carissa menahan tawa.

Ditatapnya balik sang suami dengan menantang. "Aku..? Bukannya kamu yang selama ini menghabiskan uang gaji kamu untuk berkencan dengan banyak wanita dil uaran sana mas..?" 

"Ka-kamu jangan asal kalau ngomong Ris!"

Suara pria itu masih tinggi, tetapi Carissa dapat merasakan keterkejutan dari suaminya.

Ditahannya senyum sinis.

Jelas-jelas, Carissa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Weekend lalu, Aditya check-in di hotel yang kebetulan juga tempat Carissa sedang seminar.

Hanya saja, Aditya tak sadar, sehingga dia bisa merekam akdi bejat sang suami yang main serong di belakangnya.

"Hah..! Udahlah mas aku capek berdebat sama kamu gak ada habisnya. Aku mau pulang saja ke Semarang.." ucap Carissa, malas.

"Ngapain kamu pulang ke sana? Mau kasihkan semua uang kamu buat keluarga kamu yang miskin itu?" cibirnya.

Carissa hanya menggelengkan kepala.

Aditya tidak tahu saja bahwa orang tua Carissa jauh lebih mampu!

Mereka memiliki berbagai restoran dan cabangnya sudah di mana-mana. Bahkan, rencananya sang ayah akan membuka cabang di Jakarta agar Carissa bisa mengelola tanpa harus kerja ikut orang terus. Tapi, Carissa menolak usulan sang ayah karena dia ingin mandiri.

Memang sejak dulu, Carissa sangatlah tidak suka bergantung pada orang lain. Dia bahkan sampai merantau ke Jakarta, sampai suatu hari, sahabatnya mengajak untuk ikut acara family gathering di perusahaan Aditya saat ini bekerja. 

Tak disengaja, benih-benih cinta itu mulai tumbuh saat itu. Namun, saat ke Semarang untuk melamar Carissa, orang tuanya yang memegang teguh prinsip rendah hati, hanya mengatakan bahwa mereka punya rumah makan di kota itu. 

Siapa sangka, prinsip hidup orang tuanya dan keputusan Carissa di masa lalu itu menyelamatkannya.

Ternyata, sang suami dan keluarganya gila harta!

Carissa ingin melihat sejauh mana mereka memanfaatkan dirinya.

"Apa salahnya aku berkunjung ke orang tuaku mas..?" tanya Carisa.

"Ya gak ada salahnya asal kamu gak memberikan semua uang kamu buat mereka," jawab Aditya dengan entengnya.

Dulu, ketika melihat rumah orang tua Carisa yang cukup bagus karena terletak di perumahan, Aditya yakin satu hal.

Meskipun Carisa bukan termasuk orang kaya, setidaknya mereka tak akan meminta jatah uang padanya dan Carissa.

Apalagi, biaya hidup di sana harusnya tidak tinggi, kan?

Baginya, ini rencana Yang Maha Kuasa untuk mempertemukannya dengan Carissa yang gajinya tiga kali lipat lebih banyak darinya.

Wanita itu harus membantu Aditya yang sejak dulu menjadi tulang punggung bagi keluarganya!

Kini, muka Carissa tampak kesal. "Ada urusan apa kamu sama aku kalau aku memberi ke orang tuaku atau tidak?"

"Kalau kamu mau memberi uang ke orang tua kamu, kamu harus melunasi biaya uang kuliah Nadin dan cicilan mobilnya bulan depan!" ucap Aditya.

Carissa memilih diam.

Segera, dia pergi meninggalkan sang suami yang terlihat tak tahu malu di ruang tamu itu.

Brak!

Tak lupa, dia menutup pintu kamarnya dengan kencang agar Aditya sadar.

Sayangnya, pria itu bebal.

"Dasar istri gak tau diri, masih mending ku nikahi kalau gak, kau kan jadi perawan tua," gerutunya.

Alih-alih membujuk sang istri, Aditya justru memilih keluar dari rumah serta mengemudi mobilnya kearah rumah orang tuanya.

***

Mendengar mobil sang suami keluar, Carisa menghela napas panjang.

Dia harus bersabar agar segala sesuatu yang dia rencanakan berhasil sebelum dia menggugat Aditya ke pengadilan.

Dulu, Aditya bersikeras membayar DP rumah ini menggunakan uangnya, sehingga sertifikat atas nama pria itu. Hanya saja, angsuran setiap bulannya Carisa yang membayarkannya, hingga lunas.

Bayangkan 18.7 juta Rupiah/bulan karena rumah ini memang di komplek yang cukup elit!

Tapi, Aditya seolah-olah berkuasa hanya dengan DP yang tak seberapa itu.

Bahkan, pria itu hanya memberinya uang sebesar satu juta rupiah pada Carissa untuk kehidupan sehari-hari, listrik, hingga air!

Gaji Aditya yang 7.9 juta itu, 
dia habiskan bersama dengan wanita-wanita di luaran sana.

Sungguh, Carissa sudah muak!

"Aku harus segera membalikkan sertifikat rumah ini menjadi milikku secepatnya, karena kalau sampai aku menggugat tapi masih atas nama Mas Aditya bisa-bisa aku tekor banyak," gumam Carisa sembari mencari sertifikat rumah yang entah di mana disembunyikan pria itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status