Nira menatap suaminya yang membawa tas, membuat ia heran. Apalagi tas itu seperti berisi banyak barang, untuk apa Angga membawa tas malam-malam begini? Bahkan, ekspresi Angga terlihat kaget, ketika ada Nira yang tiba-tiba di belakangnya."Mas, kenapa kamu bawa tas begini? Dan, kamu mau pergi ke mana?" tanya Nira bertubi-tubi. Menatap suaminya-Angga yang sudah bersiap-siap entah hendak berlayar ke mana.Angga tidak menjawab, ia masih membatu kala aksinya ketahuan oleh Nira. Tetapi, untungnya perempuan itu tidak tahu tujuannya. Yang harus ia lakukan adalah untuk bereaksi dan berekspresi seperti biasa saja agar perempuan itu tidak curiga. "Aish! Aku harus mencari cara agar Nira bisa percaya, kenapa bisa malah tertangkap basah seperti ini, sih!" batin Angga terus berteriak. Dia harus mencari alasan yang pasti sebelum Nira mengetahui tujuan sebenarnya dari Angga.Akan tetapi, rasa gugup menyerang dirinya. Angga hampir saja tidak bisa menyembunyikan rasa itu. Ia berusaha tersenyum seperti
Angga kaget, dia sangat syok. Mendengar ucapan terlontar dari mulut Nira. Angga membisu selama beberapa waktu.Melihat Angga yang terdiam mematung, tentu saja ini menjadi kesempatan emas bagi sang istri. Nira langsung menginjak kaki Angga dengan sangat keras."Akh!" Angga memekik kesakitan, kakinya terasa ngilu diinjak oleh Nira.Tanpa Angga sadari, Nira mengambil sebuah pentungan di kamar. Yang siap sedia, jika ada maling di dalam rumahnya, tanpa ragu Nira mengayunkan pentungan ke atas dan mengarahkan ke kepala bagian belakang Angga.BUGH!BRAK!Nira memukul dengan kencang dan saat itu juga Angga langsung pingsan. Melihat Angga yang sudah tak sadarkan diri, Nira tersenyum dengan senang."Hahaha!"***Angga terbangun, seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama di bagian kepalanya, dia sedikit ingat jika Nira yang memukul kepalanya tadi."Apa-apaan ini?!" bentak Angga saat melihat tubuhnya sudah terikat di sebuah kursi di dalam kamar mandi.Angga memberontak, dia berusaha untuk melepaskan
Nira menjerit ketika ia oleng dan terjatuh. "Kurang ajar kamu, Mas!" pekiknya.Perempuan itu telah dibohongi oleh Angga. Dia langsung mengejar Angga di rumah dengan langkah kaki yang sangat cepat. Sedangkan Angga, lelaki itu kebingungan untuk mencari pintu utama. Dia sangat panik, apalagi melihat Nira yang semakin mendekat.Nira tidak akan membiarkan Angga pergi begitu saja, lelaki itu harus hidup dan mati bersamanya. Nira tidak rela, jika Angga berhasil kabur.Angga berlari tak tentu arah, dia menelusuri semua pintu untuk mencari pintu utama dan menghindar dari Nira. Tetapi, sulit baginya untuk menemukan pintu itu. Apalagi dia tidur di rumah ini selama beberapa hari saja. Ditambah lagi dalam keadaan panik tingkat dewa begini."Duh, gimana ini? Mana Nira masih mengejarku lagi," gumam Angga dengan gelisah. Keringat dingin membanjiri dahinya.Sungguh Angga lelah jika seperti ini, apa Nira tidak lelah juga mengejar dirinya? Setelah menelusuri semua pintu, akhirnya Angga menemukan pintu d
Termenung di tempat kumuh sembari memikirkan rencana untuk menyambung hidup, itulah yang sedang dilakukan oleh Angga kala itu.Pria yang saat itu sudah terjebak dalam permainan busuknya sendiri, mulai kehilangan arah dan tak tahu lagi harus melakukan apa."Kali ini aku harus ngapain supaya aku bisa punya banyak uang?" Pertanyaan itu terus saja berputar dan terus dia gumamkan. Seolah, dia sudah tak harus lagi untuk memikirkan hal lainnya. Bahkan, Nira yang saat itu terpental dan terluka, sama sekali tidak mengganggu pikiran liciknya itu lagi."Ck!" Angga kemudian berdecak sambil merasakan sesuatu yang saat itu amat mengganggu. "Padahal saat ini aku lagi bingung mikirin gimana caranya supaya bisa dapetin duit, tapi ... perut ini..." Ya, Angga terlihat cukup kelaparan saat itu, sehingga ia pun memutuskan untuk melakukan beberapa pekerjaan."Oke, kalau gitu sekarang lebih baik aku cari uang dulu," ucapnya, yang seolah dipenuhi dengan pikiran buruk, ketika melihat beberapa anak remaja di
Beberapa saat yang lalu, para pembalap liar yang tengah berpacu dengan motor mereka masing-masing, tengah fokus dalam balapan mereka.Ya, walaupun telah dikatakan bahwa mereka sama sekali tak boleh melakukan balapan, akan tetapi yang ada di dalam isi kepala mereka itu hanyalah hasrat kesenangan semata.Angga masih dalam posisi menunduk. Dan saat dia mengangkat kepalanya dengan suara bising dari rem motor yang dipaksakan, pria itu pun terpental setinggi 2 meter, dengan kepala yang tentu saja langsung membentur pada bahu jalan.Duakkk!Suara benturan yang amat kencang itu pun menghentikan seluruh pembalap. Beberapa orang terlihat mulai mengerumuni Angga dan saat itu bersimbah darah. "C-cepat panggil ambulans. Orang ini bisa aja mati! Cepetan!""Cepet!""Ehhh, Cepet!""Halo! ... T-tolong ... Di sini ada-"Angga saat itu tak sanggup lagi berpikir. Mungkin itu adalah saat di mana ia merasa bahwa seluruh kesenangan serta permainan busuknya akan berakhir."S-sakit ... Aku ..." Kepalanya te
Inara kaget mendengar perkataan Angga. Dia hanya mampu menatap Angga dengan tatapan sayu, berharap Angga bisa menebak pikirannya.Inara melepaskan genggaman tangan Angga padanya, dengan senyuman manis dia berkata, "Maaf, Mas. Aku sudah bahagia dengan kehidupanku yang sekarang," ujar Inara dengan sangat lembut dan tulus.Mendengar jawaban dari Inara membuat Angga menjadi lemas, dia benar sangat kecewa dan menyesali perbuatannya yang dulu."Aku tahu aku sudah salah sejak dahulu, dan aku menyesal melakukan itu semua kepadamu. Andai waktu bisa di putar kembali, aku nggak akan menyiakan wanita sepertimu," ujar Angga dengan suara lemasnya.Inara merasa kasihan dengan Angga, namun dia masih ingat apa yang di perut oleh Angga kepadanya. Tapi kini Angga sudah menemukan karma ya. "Mas, kamu pasti akan menemukan kebahagiaanmu. Kalau begitu aku pergi dulu."Inara keluar dari ruang inap Angga, Angga hanya mampu menatap kepergian Inara. Dia mengusap wajahnya, pikirannya sangat kacau dan tidak tahu
Tak hanya sampai di situ, keesokan harinya saat Angga sedang sarapan di luar rumah lagi, tiba-tiba dia merasakan gatal yang teramat sangat di kawasan yang sama. Bahkan rasanya lebih gatal dari yang kemarin."Kenapa ini bisa gatal lagi, sih!" kesal Angga dia terus menggaruk bagian bawahnya. Benar tidak kuat lagi menahan rasa pedas-pedas tak menentu tersebut."Gatalnya luar biasa, bukan kayak digigit semut ataupun nyamuk. Ck! Ah!" rutuknya kembali. Pikiran Angga kembali tertuju kepada Nira. Wajah Nira seolah terbayang-bayang pada pikirannya. Dia menepis sugesti buruknya, dan berusaha berpikir positif."Aku tidak mungkin tertular penyakit Nira! Mungkin karena kemarin tidak aku obati dan langsung tidur," ujar Angga masih berpikir positif.Dia makan sejenak, namun rasa gatal terus menggerutu. Dia menggaruk, bahkan tanpa Angga sadar, jika ada beberapa pembeli lain yang melihat aksi Angga itu."Lihat deh laki-laki yang di sana, masak dia makan sambil garuk-garuk anu!"Angga tak sengaja mend
Mata Angga terbuka lebar. Bahkan, di dalam mimpi buruknya sekalipun dia tidak pernah berpikir untuk bertemu lagi dengan Nira.Ya, wanita yang saat itu sudah ia dorong dan terluka, malah hadir di hadapannya dengan tatapan yang kesal. Bahkan, dia sama sekali tidak membiarkan Angga untuk meninggalkan tempat itu."B-bagaimana kamu bisa ada di sini, Nira? Apa yang..."Baru saja pria yang ketakutan bukan main itu hendak menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Nira yang menyadari panik pada raut wajah Angga mulai tertawa hebat."Hahaha, Mas. Sebenarnya apa yang kamu takutkan? Apa kamu takut, kalau aku tidak bangun lagi dan pada akhirnya tak bisa mengejarmu? Tidak, ke manapun kamu pergi aku akan selalu mengejarmu, Mas. Ingat! Aku tidak akan pernah melepaskanmu."Nira berteriak saat itu. Beberapa orang pun terlihat memerhatikan mereka dari kejauhan. Sebagian besar dari mereka sama sekali tidak ingin terlibat dan hanya berlalu begitu saja. Sementara yang lainnya perlahan berbisik-bisik dan mula