Seminggu setelah kejadian itu, Mayang tidak punya solusi apa pun. Permintaan pinjaman pada beberapa bank di Jakarta ditolak. Identitas Mayang bukan orang Jakarta. Ada solusi untuk meminta surat izin tinggal sebagai syarat karena Mayang tercatat sebagai warga Semarang, tetapi Mayang pun tidak pernah berkomunikasi dengan ketua rt setempat.Sumarjono merasa dipermainkan oleh Mayang akhirnya melaporkan tindak kriminal yang dilakukan wanita itu. Mayang dalam posisi sangat sulit. Ia mendapatkan ancaman masuk penjara. Pidana empat tahun kurungan setidaknya akan didapatkan oleh Mayang jika tidak segera mendapatkan uang itu."Bu, apa tidak bisa cari pinjaman dari Semarang saja?" tanya Lina dengan wajah penuh keprihatinan."Aku nggak mau keluarga dan tetanggaku tahu jika aku bermasalah di sini. Sebisa mungkin aku akan selesaikan ini dengan cara baik-baik." Jawaban Mayang terlalu naif, padahal Lina tahu, berita itu sudah menyebar melalui media sosial."Ya, sudah, Bu. Risikonya kafe ini akan ditu
Menolak atau menerima tawaran Ara sama-sama salah. Mayang mengembuskan napas kasar. Ia berpikir matang-matang sebelum menjawab. Ini tentang masa depan pernikahan mereka bertiga nantinya."Ra, kasih aku waktu tiga hari." Mayang tidak mau tawar menawar dengan sahabat baiknya itu. "Baik. Dalam tiga hari lagi aku akan datang pada jam yang sama." Setelah mengatakannya, Ara segera berpamitan pada Mayang.Mayang pun mengantar Ara hingga depan kafe. Ara datang ke kafe naik taksi online. Kini Mayang menuju ke ruangan pribadinya di lantai dua. Hati Mayang gundah dan tidak ingin gegabah saat memutuskan masalah ini.Sementara itu, Ara kali ini menuju ke kediaman keluarga besar Adhyatsa. Ia akan berbicara pada kakek Revan itu. Masalah ini harus tuntas, jika bisa sebelum tiga hari yang akan datang. Ara tidak mau membuang waktu lagi."Permisi," kata Ara di depan pintu ruang tamu kediaman Adhyatsa.Rumah keluarga Revan seperti tidak terurus sama sekali. Entah apa yang dikerjakan oleh penghuni rumah
Tiga hari setelah kejadian itu, Revan mendiamkan Ara. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran Ara. Kebanyakan wanita akan marah jika suaminya terang-terangan menikah lagi. Akan tetapi, tidak bagi Ara.Sejak malam itu, Revan tidak ingin berusaha mencari tahu alasan sang istri. Hal ini membuat Ara tidak nyaman. Ia pun mengambil surat tentang kesehatan miliknya yang palsu untuk ditunjukkan pada sang suami. Ara ingin Revan setuju dengan rencananya. "Apa ini?" tanya Revan yang baru saja selesai berpakaian dan siap berangkat kerja. "Bacalah." Ara tidak berani menatap sang suami.Revan membuka map berlogo gambar salah satu rumah sakit swasta internasional. Ia terkejut saat membaca tentang kesehatan rahim sang istri. Ara tidak bisa mengandung karena kecelakaan yang menimpanya. Revan langsung jatuh terduduk."Maka dari itu, aku ingin Mas Revan menikah dengan Mayang. Dia satu-satunya sahabat terbaik yang aku punya, Mas. Aku mohon," kata Ara dengan suara parau."Jadi, akulah penyebab kamu menjad
Revan menatap sang istri yang kini tampak panik. Ia sama sekali tidak berani menatap Mayang. Wajah cantik itu membuat debar di dadanya menggila. Revan tidak habis pikir mengapa jalan hidupnya seperti sinetron ikan terbang."Mas, kebetulan kamu datang. Kita sekalian bicara saja. Mayang nggak mau ketemu kamu berdua saja. Padahal maksud aku biar kalian enak mengobrolnya," kata Ara berusaha memecah keheningan mereka bertiga. "Ck! Apa yang mau dibicarakan, Ra?" tanya Revan dengan ketus seolah tidak suka dengan semua rencana wanita yang saat ini sudah mulai bisa berjalan tanpa kursi roda itu. "Mas kamu itu lucu pertanyaannya. Ya, pernikahan kalian berdua. Atau kalian berdua bicara di sini, biar aku pindah tempat duduk," kata Ara sengaja memberikan waktu berdua pada Revan dan Mayang."Kamu nggak boleh pergi ke mana pun. Aku mau menikah dengan sahabat kamu karena permintaan kamu. Jadi, kita harus bicarakan bertiga," kata Revan dengan tegas.Mayang terkejut mendengar ucapan Revan. Ia merasa
Ara kebingungan saat mendengar Murni menyebut Adhyatsa dengan sebutan Tuan. Bukankah mereka adalah mertua dan menantu? Ara semakin mendekatkan telinganya agar bisa mendengarkan semua. Informasi penting ini semoga saja bisa melancarkan semua rencananya."Sa-saya benar-benar tidak tahu maksud ucapan Tuan Besar." Kali ini Murni sangat ketakutan menatap ayah mertuanya itu."Apa aku harus percaya dengan semua kepolosan kamu? Tidak, Murni! Aku yakin kamu juga andil dalam rencana Revan yang akan menikahi anak babu itu!" Adhyatsa sangat marah ketika mengatakan hal ini. "Kamu tahu, hal ini akan menyakitkan keluarga besar Manggala. Efeknya jelas, mereka akan menarik semua bantuan untuk Adhyatsa Grup," lanjut Andhyatsa sambil menatap tajam pada Murni yang kini mulai berlinang air mata."Revan mau menikah lagi? Tidak mungkin! Hubungan Ara dan Revan sudah sangay baik. Mereka sudah satu kamar. Rasanya tidak mungkin anak saya gila." Murni memang tidak tahu apa pun tentang rencana Ara."Lantas, apa y
Hardi--asisten Revan datang bersama dengan Inama. Haris tidak keberatan ketika ada sosok laki-laki muda itu. Penerimaan Inama terhadap Hardi membuat Haris luluh. Meski semua masih dirahasiakan pada banyak orang."Hardi," cicit Gita yang nyaris tidak terdengar oleh siapa pun. Hardi menatap Gita sambil tersenyum lebar. Sahabat Ara itu menunduk. Pemandangan lantai granit rumah ini sepertinya lebih menarik. Padahal mereka ada bahan diskusi."Apa Ara bercerita padamu tentang rencana pernikahan Revan?" tanya Haris yang kini beranjak dari duduknya."Tidak sama sekali, Pak. Saya tidak bisa terlalu dekat dengan istri bos saya. Bisa jadi fitnah macam-macam. Hanya saja, saya mencoba berpikir dari sisi Ara." Hardi mengatakan alasan yang lumayan masuk logika. "Ara punya rencana? Tapi kenapa harus mendatangkan wanita lain dalam rumah tangganya? Apa dia yakin akan baik-baik saja?" Haris semakin emosi saat ini. "Biar bagaimana pun, aku akan secepatnya ke Singapura dan menemui Dokter yang mengurus A
"Assalamualaikum, Ibu." Revan langsung mencium punggung tangan wanita yang dulu merawatnya.Mayang masih terkejut dengan kedatangan tamunya kali ini. Ia sama sekali tidak menyangka jika Revan dan Ara akan datang secepat ini. Ara tadi mengirimkan pesan jika akan datang besok. Mengapa justru malam ini mereka datang?"Wa-waalaikumussalam, Tuan Revan." Darsih masih sangat terkejut dan gugup saat ini.Revan segera melepaskan tangan wanita paruh baya itu. Ara pun melakukan hal yang sama seperti sang suami. Ia juga menghormati ibu dari sahabat baiknya itu. Darsih cukup terkejut melihat wanita muda yang ada di depannya.Wanita muda yang datang bersama Revan itu sangatlah cantik. Tidak hanya cantik, bagi Darsih wanita muda itu juga berkelas. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Mayang. Entah apa yang akan mereka lakukan pada Mayang. Darsih curiga jika Mayang mengganggu rumah tangga mereka."Saya Ara, Bu. Dulu saya dan Mayang bersahabat saat masih kuliah di Bandung. Kami beda jurusan tapi sanga
"Mas, kita sudah sepakat. Kita akan melaluinya dengan baik-baik saja. Ayolah," kata Ara sambil menggenggam tangan sang suami.Revan tercekat seketika mendengar ucapan Ara. Lidahnya mendadak kelu dan tidak bisa mengucapkan apa pun. Kepala Revan mengangguk sebagai jawaban. Ia lantas menatap Mayang yang masih menunduk sejak tadi."May, maukah kamu menikah denganku?" Revan kali ini bisa mengatakan dengan lancar."Ya." Satu kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Mayang sebagai jawaban.Tidak dipungkiri ada kebahagian pada mata kedua calon pengantin itu. Mereka bisa menikah meski harus melewati perpisahan sebelumnya. Revan merasakan hatinya bimbang saat ini. Benarkah ia bahagia? Atau hanya karena melihat Ara tersenyum saat ini?"Terima kasih atas kesediaan kalian berdua. Aku janji, nama kamu nggak akan buruk meski menjadi istri kedua. Aku juga akan berjanji mengumumkan pernikahan kalian nantinya. Tidak perlu khawatir, May, kita bertiga akan baik-baik saja." Ara mengatakan dengan tegar pa