"Assalamualaikum, Ibu." Revan langsung mencium punggung tangan wanita yang dulu merawatnya.Mayang masih terkejut dengan kedatangan tamunya kali ini. Ia sama sekali tidak menyangka jika Revan dan Ara akan datang secepat ini. Ara tadi mengirimkan pesan jika akan datang besok. Mengapa justru malam ini mereka datang?"Wa-waalaikumussalam, Tuan Revan." Darsih masih sangat terkejut dan gugup saat ini.Revan segera melepaskan tangan wanita paruh baya itu. Ara pun melakukan hal yang sama seperti sang suami. Ia juga menghormati ibu dari sahabat baiknya itu. Darsih cukup terkejut melihat wanita muda yang ada di depannya.Wanita muda yang datang bersama Revan itu sangatlah cantik. Tidak hanya cantik, bagi Darsih wanita muda itu juga berkelas. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Mayang. Entah apa yang akan mereka lakukan pada Mayang. Darsih curiga jika Mayang mengganggu rumah tangga mereka."Saya Ara, Bu. Dulu saya dan Mayang bersahabat saat masih kuliah di Bandung. Kami beda jurusan tapi sanga
"Mas, kita sudah sepakat. Kita akan melaluinya dengan baik-baik saja. Ayolah," kata Ara sambil menggenggam tangan sang suami.Revan tercekat seketika mendengar ucapan Ara. Lidahnya mendadak kelu dan tidak bisa mengucapkan apa pun. Kepala Revan mengangguk sebagai jawaban. Ia lantas menatap Mayang yang masih menunduk sejak tadi."May, maukah kamu menikah denganku?" Revan kali ini bisa mengatakan dengan lancar."Ya." Satu kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Mayang sebagai jawaban.Tidak dipungkiri ada kebahagian pada mata kedua calon pengantin itu. Mereka bisa menikah meski harus melewati perpisahan sebelumnya. Revan merasakan hatinya bimbang saat ini. Benarkah ia bahagia? Atau hanya karena melihat Ara tersenyum saat ini?"Terima kasih atas kesediaan kalian berdua. Aku janji, nama kamu nggak akan buruk meski menjadi istri kedua. Aku juga akan berjanji mengumumkan pernikahan kalian nantinya. Tidak perlu khawatir, May, kita bertiga akan baik-baik saja." Ara mengatakan dengan tegar pa
Setelah pernikahan itu, Revan langsung memboyong Mayang malam itu juga. Kini sudah satu bulan mereka tinggal bersama. Murni tampak sangat bahagia saat Mayang datang ke rumah ini. Ia merasa punya teman di rumah ini.Perlahan, Murni mulai mengabaikan Ara yang notabene dari keluarga konglomerat. Murni dan Mayang mempunyai kesamaan. Mereka sama-sama dari keluarga tidak mampu. Mereka merasa sangat cocok antara satu dengan lainnya.Revan lebih banyak menghabiskan malam bersama dengan Mayang. Ara tidak mempermasalahkannya dan semakin giat bekerja saat ini. Kemajuan perusahaan yang Ara kelola semakin signifikan. Gita masih sama, tidak pernah menyapa Mayang saat datang ke rumah ini. Malam ini, Ara ingin berdiskusi dengan Revan. Diskusi terkait perusahaan. Adhyatsa Grup diambang kebangkrutan dan tidak ada yang dilakukan oleh Revan sama sekali. Sebenarnya, hal ini bukan urusan Ara karena akan sangat menguntungkan bagi Manggala Grup dan juga Cakra Buana Grup yang saat ini semakin besar. "Mas, k
Murni mundur beberapa langkah. Pun dengan Mayang yang melakukan hal yang sama. Entah ada keperluan apa, Adhyatsa justru datang ke rumah ini. Napas Murni tampak kembang kempis saat ini.Murni merasa lelah karena hidup dalam tekanan Adhyatsa juga adik iparnya. Mereka dulu sangat merendahkannya, tetapi tidak saat ini. Revan dianggap membawa perkembangan baik untuk perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya. Angan yang luar biasa bodoh."Oh, kamu, siapa, Mayang? Ya, anak pembantu yang pada akhirnya tercapai cita-citanya untuk menikah dengan Tuan Muda keluarga Adhyatsa. Gundik tetaplah gundik. Kalian satu tipe, sama satu dengan lainnya." Tanpa aba-aba Adhyatsa menyerang Mayang dengan ucapan yang sangat menyakitkan. "Kamu boleh mendapatkan cinta Revan, tapi pemenangnya tetap mereka yang punya harta. Aku rasa kalian berdua ini paham," lanjut Adhyatsa sambil menunjuk Mayang dan bergantian dengan Murni.Tatapan penuh kebencian tampak pada Adhyatsa untuk menantu dan istri Revan. Mereka sa
Saat ini bahkan sudah jam makan siang dan Revan baru saja datang ke kantor Haris Manggala. Ara sedikit menahan napas karena takut sang papa akan marah. Tidak, di luar dugaan, Haris sama sekali tidak marah justru sebaliknya. Laki-laki paruh baya itu justru tersenyum lebar dan mereka berjabat tangan."Aku rasa kamu sudah bekerja keras, Revan. Terima kasih meski berada di rumah selama hampir dua puluh delapan hari, tapi kamu tetap bekerja. Terbukti, saham Adhyatsa Grup naik dengan pesat. Saham kita sudah sama," kata Haris membuat Ara tersedak air liurnya sendiri.Benarkah yang diucapkan Haris Manggala? Ara bahkan tidak tahu sama sekali. Data yang didapatkan tidak seperti yang diucapkan oleh sang papa. Lantas apa yang salah. Ara buru-buru merogoh ponsel dari dalam tas slempang. Ia mengecek semua data perusahaan. Entah bagaimana, data yang didiskusikan semalam bersama Revan hilang begitu saja. Astaga! Ara sangat ceroboh karena tidak menyimpan terlebih dahulu data itu."Iya, Pa. Semua atas
"Ada apa, Bunda? Mengapa lihat saya seperti itu?" tanya Ara sengaja ingin tahu bagaimana reaksi Murni saat ini."Oh, enggak, Ra." Murni rupanya kali ini bisa berkata dengan lembut pada menantunya itu."Atau, Bunda sudah diberitahu oleh Mama dan Papa perihal ini?" Ara langsung mencecar mertuanya itu."Enggak, Ra. Kami tidak pernah ketemu selama empat bulan terakhir ini." Murni mengatakan dengan jujur.Bagaimana Haris mau menemui Murni? Sosok pebisnis andal itu tiba-tiba sangat jijik dengan Murni. Satu hal, wanita itu tidak pantas disebut seperti wanita pada umumnya. Iblis berkedok wanita baik."Baiklah, saya masuk dulu ke kamar," pamit Ara dengan cepat dan segera membalik tubuhnya."Ra, tunggu. Aku ikut." Revan langsung mengekori sang istri dengan cepat.Mereka tidak melakukan apa pun di dalam kamar meski pasangan suami dan istri halal. Hanya saja rasa bahagia Revan yang tidak terbendung itu membuat ingin berada di dekat Ara. Sudah sangat lama mereka tidak berbincang satu dengan lainny
Dokter memeriksa Mayang dengan cepat lalu meresepkan vitamin dan obat. Tekanan darah Mayang sangat turun atau sedang mengalami drop. Dokter juga mengatakan jika Mayang seperti mengalami syok terhadap sesuatu. Jika dibiarkan akan berbahaya bagi janin dan ibunya. Ucapan Dokter rupanya membuat Murni berpikiran buruk pada Ara. Siapa tahu istri pertama Revan adalah penyebab dari syok yang dialami Mayang. Atau bisa saja Gita yang menyebabkan semua ini terjadi. Setelah menjelaskan banyak hal, Dokter pun pamit untuk pulang. "Heh! Kamu pasti penyebab menantu kesayanganku syok. Apa yang kamu lakukan?!" bentak Murni pada Ara hingga Gita kesal dan merebut ponsel Mayang. "Baca ini, bodoh!" Mayang terkejut saat melihat apa yang dilakukan oleh sahabat kakak madunya itu. Bagaimana Gita bisa tahu? Sial! Bukankah sejak tadi Mayang asyik sendiri dengan benda pipih itu? Akan sangat mencurigakan bagi Gita dan kebetulan ponsel itu sedang membuka aplikasi perpesanan. "Baca dengan keras! Apa kamu buta h
"Saya sedang menjalani hubungan serius dengan Mas Gilang. Kebetulan, saya adalah sepupu jauh dari Andhara Manggala. Saya tahu banyak seperti apa kamu sebenarnya," kata wanita itu sambil tersenyum mengerikan di depan Mayang.Gilang juga tampak hadir bersama dengan wanita itu. Mantan calon suami Mayang itu tampak luar biasa saat ini. Sangat berbeda dengan saat bersamanya dulu. Sial! Mengapa Mayang justru mengagumi Gilang saat ini."Sayang, kamu ucapkan selamat juga dong sama dia. Ternyata dia hanya istri kedua seorang Revan Adhyatsa yang sebentar lagi akan bangkrut." Wanita itu memberikan ucapan yang luar biasa mengerikan untuk Mayang.Hari ini, semua kolega bisnis Revan datang. Mayang bahkan tidak tahu jika akan seramai ini. Murni sama sekali tidak memberitahukan jika akan banyak orang yang datang. Mayang membuang napas kasar."Hai, selamat, ya, May. Akhirnya cita-cita kamu menikah dengan Revan terkabul." Gilang mengatakan dengan nada riang seolah tidak terjadi masalah apa pun sebelumn