Murni mundur beberapa langkah. Pun dengan Mayang yang melakukan hal yang sama. Entah ada keperluan apa, Adhyatsa justru datang ke rumah ini. Napas Murni tampak kembang kempis saat ini.Murni merasa lelah karena hidup dalam tekanan Adhyatsa juga adik iparnya. Mereka dulu sangat merendahkannya, tetapi tidak saat ini. Revan dianggap membawa perkembangan baik untuk perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya. Angan yang luar biasa bodoh."Oh, kamu, siapa, Mayang? Ya, anak pembantu yang pada akhirnya tercapai cita-citanya untuk menikah dengan Tuan Muda keluarga Adhyatsa. Gundik tetaplah gundik. Kalian satu tipe, sama satu dengan lainnya." Tanpa aba-aba Adhyatsa menyerang Mayang dengan ucapan yang sangat menyakitkan. "Kamu boleh mendapatkan cinta Revan, tapi pemenangnya tetap mereka yang punya harta. Aku rasa kalian berdua ini paham," lanjut Adhyatsa sambil menunjuk Mayang dan bergantian dengan Murni.Tatapan penuh kebencian tampak pada Adhyatsa untuk menantu dan istri Revan. Mereka sa
Saat ini bahkan sudah jam makan siang dan Revan baru saja datang ke kantor Haris Manggala. Ara sedikit menahan napas karena takut sang papa akan marah. Tidak, di luar dugaan, Haris sama sekali tidak marah justru sebaliknya. Laki-laki paruh baya itu justru tersenyum lebar dan mereka berjabat tangan."Aku rasa kamu sudah bekerja keras, Revan. Terima kasih meski berada di rumah selama hampir dua puluh delapan hari, tapi kamu tetap bekerja. Terbukti, saham Adhyatsa Grup naik dengan pesat. Saham kita sudah sama," kata Haris membuat Ara tersedak air liurnya sendiri.Benarkah yang diucapkan Haris Manggala? Ara bahkan tidak tahu sama sekali. Data yang didapatkan tidak seperti yang diucapkan oleh sang papa. Lantas apa yang salah. Ara buru-buru merogoh ponsel dari dalam tas slempang. Ia mengecek semua data perusahaan. Entah bagaimana, data yang didiskusikan semalam bersama Revan hilang begitu saja. Astaga! Ara sangat ceroboh karena tidak menyimpan terlebih dahulu data itu."Iya, Pa. Semua atas
"Ada apa, Bunda? Mengapa lihat saya seperti itu?" tanya Ara sengaja ingin tahu bagaimana reaksi Murni saat ini."Oh, enggak, Ra." Murni rupanya kali ini bisa berkata dengan lembut pada menantunya itu."Atau, Bunda sudah diberitahu oleh Mama dan Papa perihal ini?" Ara langsung mencecar mertuanya itu."Enggak, Ra. Kami tidak pernah ketemu selama empat bulan terakhir ini." Murni mengatakan dengan jujur.Bagaimana Haris mau menemui Murni? Sosok pebisnis andal itu tiba-tiba sangat jijik dengan Murni. Satu hal, wanita itu tidak pantas disebut seperti wanita pada umumnya. Iblis berkedok wanita baik."Baiklah, saya masuk dulu ke kamar," pamit Ara dengan cepat dan segera membalik tubuhnya."Ra, tunggu. Aku ikut." Revan langsung mengekori sang istri dengan cepat.Mereka tidak melakukan apa pun di dalam kamar meski pasangan suami dan istri halal. Hanya saja rasa bahagia Revan yang tidak terbendung itu membuat ingin berada di dekat Ara. Sudah sangat lama mereka tidak berbincang satu dengan lainny
Dokter memeriksa Mayang dengan cepat lalu meresepkan vitamin dan obat. Tekanan darah Mayang sangat turun atau sedang mengalami drop. Dokter juga mengatakan jika Mayang seperti mengalami syok terhadap sesuatu. Jika dibiarkan akan berbahaya bagi janin dan ibunya. Ucapan Dokter rupanya membuat Murni berpikiran buruk pada Ara. Siapa tahu istri pertama Revan adalah penyebab dari syok yang dialami Mayang. Atau bisa saja Gita yang menyebabkan semua ini terjadi. Setelah menjelaskan banyak hal, Dokter pun pamit untuk pulang. "Heh! Kamu pasti penyebab menantu kesayanganku syok. Apa yang kamu lakukan?!" bentak Murni pada Ara hingga Gita kesal dan merebut ponsel Mayang. "Baca ini, bodoh!" Mayang terkejut saat melihat apa yang dilakukan oleh sahabat kakak madunya itu. Bagaimana Gita bisa tahu? Sial! Bukankah sejak tadi Mayang asyik sendiri dengan benda pipih itu? Akan sangat mencurigakan bagi Gita dan kebetulan ponsel itu sedang membuka aplikasi perpesanan. "Baca dengan keras! Apa kamu buta h
"Saya sedang menjalani hubungan serius dengan Mas Gilang. Kebetulan, saya adalah sepupu jauh dari Andhara Manggala. Saya tahu banyak seperti apa kamu sebenarnya," kata wanita itu sambil tersenyum mengerikan di depan Mayang.Gilang juga tampak hadir bersama dengan wanita itu. Mantan calon suami Mayang itu tampak luar biasa saat ini. Sangat berbeda dengan saat bersamanya dulu. Sial! Mengapa Mayang justru mengagumi Gilang saat ini."Sayang, kamu ucapkan selamat juga dong sama dia. Ternyata dia hanya istri kedua seorang Revan Adhyatsa yang sebentar lagi akan bangkrut." Wanita itu memberikan ucapan yang luar biasa mengerikan untuk Mayang.Hari ini, semua kolega bisnis Revan datang. Mayang bahkan tidak tahu jika akan seramai ini. Murni sama sekali tidak memberitahukan jika akan banyak orang yang datang. Mayang membuang napas kasar."Hai, selamat, ya, May. Akhirnya cita-cita kamu menikah dengan Revan terkabul." Gilang mengatakan dengan nada riang seolah tidak terjadi masalah apa pun sebelumn
Satu jam mendengar ucapan sang Dokter membuat Revan tidak bisa tenang. Bagaimana mungkin bisa terjadi seperti itu. Penjelasan Dokter sama sekali tidak bisa diterimq oleh akal sehat suami Mayang. Dari mana obat itu berasal?'Istri Anda mengkonsumsi obat penggugur kandungan. Dan terakhir diminum adalah tiga jam dari sekarang.' Ucapan Dokter itu masih terngiang di telinga Revan saat ini.Revan tidak tahu sama sekali perihal obat penggugur kandungan yang diminum oleh sang istri. Selama ini, Mayang hanya tampak meminum vitamin dari dokter Bima--Dokter Spesialis Obgin. Dari manakah obat itu berasal? Revan merasa harus berbicara secara langsung pada Mayang."Gimana, Van?" tanya Murni saat Revan datang.Murni masih di tempat yang sama. Revan mengembuskan napas kasar. Masalah yang dihadapi sangat rumit saat ini. Revan sama sekali tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini."Van, apa Mayang dan bayinya baik-baik saja?" tanya Murni yang saat ini harap-harap cemas."Mereka baik, doakan s
Ara merasakan perjalanan pulang kali ini sangat lama. Perasaan istri pertama Revan itu tidak enak. Firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang akan terjadi. Ara meraba dadanya yang mendadak sakit."Mau masuk ke halaman atau di sini saja, Bu?" tanya sopir taksi saat berada di depan rumah milik Ara.Tidak biasanya gerbang rumah Ara tertutup rapat. Ara tidak paham dan langsung menoleh ke arah sopir taksi. Gegas, Irma segera membayar ongkos taksi itu. Ara mengembuskan napas kasar karena tidak sadar jika sudah sampai di depan rumahnya."Di sini saja, Pak. Biar saya buka dulu gerbangnya." Irma membuka pintu mobil dan segera turun.Sopir taksi itu mengangguk sebagai jawaban lalu membantu menurunkan barang bawaan mereka. Ara jelas tampak sangat tidak baik-baik saja. Ia menekan bel yang ada di depan gerbang. Mbok Ijah yang kebetulan berada di halaman rumah segera membukakan pintu."Non Ara, ya, Allah, kenapa seperti ini?" tanya Mbok Ijah ketika melihat Ara sangat kacau.Tidak ada jawaban yang
Tidak butuh waktu lama bagi Haris untuk mendapatkan semua bukti siapa penjual obat terlarang itu. Orang suruhan Haris membawa kedua orang itu yang tak lain adalah mafia yang pernah bekerja sama dengan Haris beberapa waktu lalu. Mereka sangat terkejut saat bertemu. "Bagaimana bisa?" Haris kali ini ingin tahu lebih banyak tentang siapa yang membeli obat itu.Dua orang itu jelas ketakutan. Mereka masuk ke dalam kandang singa yang sedang kelaparan. Haris punya kekuatan untuk melenyapkan mereka berdua. Kasus ini jelas membuat Haris tidak habis pikir."Saya tidak tahu jika Mayang adalah istri dari menantu Anda. Kami hanya menjual obat itu saja. Mayang membeli obat itu sejak hamil lima bulan. Mungkin kemarin dia minum dalam dosis yang luar biasa tinggi." Salah satu dari mereka menceritakan hal itu. "Wanita itu sudah sejak lama ingin menggugurkan kandungannya. Alasannya tidak nyaman dalam keadaan hamil dan harus bekerja," kata salah satu dari mereka."Apa ada bukti tentang hal itu?" tanya Ha