Dimas terdiam cukup lama dengan pilihan yang diberikan oleh Anya.“Aku tak bisa memilih diantara kalian, Nya. Pria tidak masalah jika memiliki istri lebih dari satu, dan jaminanmu surga, Nya.” Dimas meyakinkan Anya saat ini.Anya menatap Dimas dengan tajam, merasa amarahnya semakin memuncak. "Mas, surga bukan dijamin dengan poligami, apalagi jika itu dilakukan tanpa keadilan dan kejujuran. Kamu telah mengkhianatiku dan sekarang meminta aku untuk menerima ini semua? Tidak, Mas. Aku tidak akan hidup dalam kebohongan dan ketidaksetiaan."Dimas terlihat bingung dan terdesak. "Tapi, Anya, aku mencintaimu. Aku hanya ingin kita semua bahagia."Anya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya meskipun hatinya bergemuruh. "Kamu tidak bisa mencintai seseorang dengan cara menghancurkan hatinya, Dimas. Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan menghormati perasaan dan kehormatan kita."Regina, yang sejak tadi diam di luar kamar langsung masuk dan mulai angkat bicara dengan nada taja
“Ini apartemen ayah mertuamu?” Felisha yang baru berkunjung pada pagi harinya langsung melihat desain interior apartemen tersebut.“Iya, padahal aku sudah mempunyai rumah di kota tapi memang tidak ada yang tahu.” Ucap Anya yang berada di dapur menyiapkan minuman untuk Felisha dan kembali ke ruang tamu.“Itu bagus, setidaknya dari pihak suamimu ada yang mendukungmu, Anya.” Ucap Felisha.Anya mengangguk, “Ya, aku juga bersyukur tentang hal itu. Aku juga belum menceritakan hal ini pada pamanku.”“Aku tak bisa membayangkan bagaimana marahnya pamanmu saat mengetahui kamu diperlakukan seperti ini. Tapi kamu belum menceritakan tentang Dimas yang mandul, Nya?”Anya menggeleng, “Aku akan mengatakan dan memberikan bukti di waktu yang tepat, aku ingin Dimas merasakan bahagia terlebih dahulu sebelum dia menghancurkannya sampai pria itu menjadi gila.”Felisha mengangguk setuju, dia juga merasa sakit hati saat sahabatnya di khianati. “Untung kamu tidak ingin di poligami, Nya. Jaman sekarang pria m
Di depan layar komputer yang masih menyala, Anya kembali melamun. Dina yang sudah tahu tentang permasalahan yang dialami Anya memilih untuk tidak mengajak wanita itu bicara.Hingga telepon kantor berbunyi, Dina segera bangkit dan mengangkatnya.“Ada, pak. Baik, pak.” Ucap Dina menjawab telepon tersebut lalu mendekati Anya.“Mba Anya, pak Farhan memanggil mba Anya.”Mendengar itu Anya mengangguk dan segera bangkit seolah tahu apa yang akan dibicarakan atasannya itu.Hingga dia sampai di ruangan pak Farhan, Anya langsung mengetuk pintu dan masuk.“Apa bapak memanggil saya?”Pak Farhan mengangguk dan segera menyuruh Anya untuk duduk.“Bagaimana, apakah kamu sudah memutuskan? Kali ini aku tak mendesakmu Anya, melihat kemarin kamu cuti pasti ada masalah yang menimpamu setelah kejadian di restoran itu.” Pak Farhan mengingatkan dengan raut wajah yang tampak ikut simpati.“Terima kasih pak atas perhatiannya. Berhubung bapak sudah tahu, saya akan menerimanya pak. Tapi mungkin butuh waktu satu
Anya masih termenung di dalam kamar, memikirkan Dimas yang benar-benar akan menikahi Anggun.Meskipun ada rasa sakit hati dan dendam yang memenuhi hatinya, tapi tetap saja tidak bisa dipungkiri ada rasa tak rela. Hubungan mereka bukanlah sebentar terlebih mereka pacaran lebih dari tiga tahun tapi harus kandang di pernikahan yang ke enam bulan.Dia menangis untuk terakhir kalinya di malam ini dan berjanji dia akan benar-benar menghapus perasaannya.“Aku sangat mencintaimu, Nya. Mau kah kamu menikah denganku.”Anya mengingat lamaran Dimas padanya di sebuah restoran mewah di kota kalimantan. Dulu tak ada badai di rumah tangga mereka sebelum Regina mulai mengusik mereka di pernikahan mereka yang ke tiga bulan.“Ibu mertua memang maut untuk menantunya.” Gumamnya sambil mengusap air matanya.Saat dia membuka ponselnya untuk mengalihkan rasa sesaknya, tapi begitu dia membuka sosial medianya, banyak pesan masuk disana dan mengirimkan sebuah foto dan pesan yang tertulis.Anya segera membuka p
Anya mengira setelah pulang dari butik dia akan kembali apartemen dan bebas. Ternyata apa yang dia pikirkan salah.“David, kenapa kita berhenti disini?” Tanya Anya pada David.Tapi pria itu hanya tersenyum tipis dan keluar dari mobil begitu saja. Anya pun dengan enggan mengikuti David keluar dari mobil.Anya merasa sedikit canggung saat mengikuti David masuk ke restoran mewah itu. Para pengunjung lainnya yang menggunakan setelan jas dan gaun indah membuatnya merasa kurang sesuai dengan pakaian kerjanya. Namun, David tampak tidak terpengaruh dan terus berjalan menuju meja yang sudah dipesan sebelumnya.Setelah mereka duduk, seorang pelayan datang dengan menu, namun David langsung memberi isyarat bahwa mereka tidak membutuhkannya. “Saya sudah memesan makanan sebelumnya,” kata David kepada pelayan.Anya menatap David dengan bingung. “Kenapa kita disini?”David tersenyum, kali ini senyum yang lebih hangat. “Aku pikir kamu membutuhkan sedikit hiburan setelah semua yang kamu alami. Makan ma
Hari pernikahan Dimas tiba, cuaca yang sedikit mendung menambah ketenangan di hati.Anya yang berhias dengan gaun indah berwarna marun dengan berlian yang menghiasi leher dan telinganya menambah kesan glamour.Tak ada rasa sedih ataupun senang di wajahnya yang ayu, hanya ada ketegasan dan ketidakpedulian disana.Dengan dijemput oleh orang suruhan David, Anya mulai berangkat ke acara pernikahan yang berlangsung di rumah Dimas dimana dibangun untuk hadiah pernikahannya dengan pria itu.“Non kata tuan jika nanti tidak sanggup kita bisa kembali lebih dulu.” Ucap supir itu pada Anya.David mungkin khawatir jika Anya tak sanggup melihat Dimas yang masih menjadi suaminya mengucapkan sumpah janji pernikahan dengan wanita lain.“Aku tak lemah hanya karena itu.” Ucap Anya dengan datar.Dan pria itu terdiam dan mengangguk, tidak ada obrolan lagi di sana hingga Anya sampai di halaman rumah yang sudah diubah menjadi acara pesta pernikahan.Senyum miring Anya terbit, ternyata acaranya tak lebih bes
Bandara internasional soekarno-hatta, tempat pertama kali Anya menginjakkan kakinya di jakarta.Dia mulai menjalani kehidupan barunya disini, meskipun dia masih satu minggu lagi untuk masuk ke kantor karena untuk proses pemindahannya. Dia memilih untuk berangkat lebih cepat.“Kota baru kenangan baru.” Gumamnya sambil melihat cerahnya cuaca di ibu kota.Dia mulai menarik kopernya untuk keluar bandara menuju ke apartemen yang dia sewa secara online.Dengan menggunakan taxi, dia pergi menuju tempat untuk dia bisa beristirahat.“Daerah mana, non?” Supir taxi itu bertanya saat Anya sudah masuk ke dalam mobil."Ke daerah Thamrin, Pak," jawab Anya dengan senyuman, menyebutkan alamat apartemen yang sudah dia sewa.Supir taksi mengangguk dan mulai melajukan kendaraannya. Sepanjang perjalanan, Anya memandangi pemandangan kota Jakarta yang ramai. Meskipun ada perasaan canggung karena berada di kota yang sama sekali baru baginya, Anya juga merasa antusias dan berharap bisa menemukan kebahagiaan se
Menikmati sisa liburannya sebelum bekerja, Anya memutuskan untuk pergi ke jakarta aquarium. Di hari biasa tempat ini tidak terlalu ramai membuat Anya bisa menikmati pemandangan ikan yang luar biasa dengan bebas.Dengan memakan es krim sambil berjalan-jalan Anya menikmati semuanya dan bisa melupakan beban masalahnya saat ini.Tapi saat dia berbalik menatap ke belakang, dia terkejut saat melihat pria kemarin yang menolongnya dari copet ternyata juga berada disini.“Hei, kamu yang kemarin kan?” Tanya Anya dengan ramah sambil mendekati pria itu.Pria itu, Alex, tampak terkejut saat Anya menyadari dia ada disini.“Iya, kamu juga ada disini?” Ucap pria itu dengan berusaha santai dengan Anya.Anya tersenyum, merasa sedikit lega melihat wajah yang dikenal di tempat umum seperti ini. "Ya, aku sedang menikmati waktu luang sebelum mulai bekerja minggu depan. Kamu sendiri sedang apa di sini?"Alex tersenyum, mengangkat bahu dengan santai. "Aku juga sedang menikmati hari libur. Kebetulan aku suka