Share

Jangan Bersedih

“A—aku tidak apa-apa, Bi Asti,” sahut Zia gagap, ia lantas tersenyum canggung untuk menutupi rasa salah tingkahnya.

Indera penglihatan Zia berselancar seraya mencari ide agar dirinya tak makin salah tingkah. Benar, dirinya menyadari kalau kini pasti terlihat aneh di mata bi Asti. “Aku ke kamar dulu, Bi,” ujarnya seraya melangkah meninggalkan meja makan di belakangnya.

“Nona Zia?” panggilan bi Asti menghentikan langkah kakinya hingga Zia memilih memutar tubuhnya dan menatap bi Asti. “Nona Zia, belum menghabiskan sarapannya.”

Zia mengukir senyuman canggung. Kemudian ia berbalik ke arah meja makan dan meraih piring dan minumannya yang belum tersentuh. “Aku sarapan di kamar aja, Bi. Lupa, kalau lagi nyusun daftar interview buat tuan Sean,” ucap Zia seraya menunjukkan isi di atas kedua tangannya.

Bi Asti tak protes. Ia hanya bisa memandangi tubuh Zia yang menjauh dari pandangannya. Wanita itu dapat melihat tatapan sedihnya Zia.

“Kasihan nona Zia, pasti sedih karena ulah nona Agnes,” guman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status