"Hanya ini saja yang kau butuhkan?"
Kai mengernyit melihat barang bawaan Nathalie yang lebih sedikit dari yang ia kira. Bahkan koper wanita tersebut tidak terisi penuh. Hanya beberapa potong pakaian dan sedikit make up. Namun, tetap saja membuat Kai ingin membuang peralatan merias tersebut agar Nathalie tidak menggunakannya.
"Kau tidak membawa camilan sama sekali? Bagaimana kalau di perjalanan nanti kau kelaparan?"
Pria itu menahan Nathalie yang akan menutup koper. Keduanya berpandangan dalam beberapa saat, sebelum kemudian wanita itu menghela napas pelan.
"Aku jarang makan di perjalanan," ujar wanita itu. Menyingkirkan tangan Kai dan menutup koper berwarna hijau tosca itu.
"Kalau ada yang ingin kau beli di sana, gunakan kartu yang kuberikan padamu."
Nathalie mengangguk.
"Aku memang sedang berpikir bagaimana cara menghabiskan uangmu." Pandangan wanita itu berubah licik.
"Bohong. Kau sama sekali belum men
Ruangan itu hening tanpa gangguan. Sampai beberapa lama. Sebelum akhirnya Kai mendengkus. Mendengar suara pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan Hans tengah berjalan cepat ke arahnya. Ia memasang wajah cemas. Yang membuat Kai semakin yakin jika kedatangan pria itu tidak akan membawa kabar baik. "Tuan, gawat. Para investor dari Turki tiba-tiba ingin menarik investasi mereka." Hans berdiri di hadapannya dan menunjukkan layar tablet yang ia bawa pada atasannya itu. Sejenak, kening Kai terlipat. "Apakah ada alasan atas hal ini?" Hans kembali menarik tabletnya dan kemudian menggeleng. "Mereka menyampaikan alasan yang tidak masuk akal. Saya rasa ada yang aneh pada mereka." Kai mengangguk paham. Ia juga merasa ada yang aneh. Seperti ada seseorang yang mendalangi kejadian ini. Secara tiba-tiba dan serentak. Semua ini sangat aneh jika hanya kebetulan. Padahal sebelumnya tidak ada masalah sama sekali. "Siapkan tiket untu
Sudah dua hari sejak kepergian Nathalie. Dan kini Kai merasa rumahnya begitu lengang tanpa kehadiran wanita itu. Tidak banyak yang ia lakukan selain beraktivitas seperti biasa. Istirahat, bangun, dan kerja. Semua itu terus berulang hingga ia merasa hidupnya terlalu monoton. Berbeda dengan adanya Nathalie di rumah ini. Setidaknya wanita itu dapat menjadi teman bicara dan saling bercerita. Memahami satu sama lain.Dan ini adalah hari kedua Nathalie liburan bersama rekan kerjanya. Di mana sesekali wanita itu mengirimkan potret dirinya pada salah satu destinasi wisata yang ada di sana.Kai tersenyum sembari melihat wajah yang ia rindukan tersebut. Nathalie terlihat bahagia dan senyum wanita itu tak bisa berbohong.Hingga tiba di mana hari kepulangan Nathalie yang sudah ia tunggu-tunggu. Niatan untuk menjemput kekasihnya itu kandas lantaran Hans memberitahu dirinya tiba-tiba ada rapat penting di Singapura. Yang mengharuskan dirinya pergi saat ini juga den
Kali ini Nathalie akan pulang dengan menggunakan taksi. Beberapa saat lalu, Ley menghubungi dirinya dan mengatakan jika pria itu tidak bisa menjemputnya karena tengah pergi menemui ibunya yang ada di rumah sakit. Tiba-tiba saja terjadi sesuatu di sana yang mengharuskan Ley datang.Tentu saja, Nathalie sangat paham bagaimana khawatirnya pria itu sekarang. Ia hanya bisa membantu untuk mendoakan kesembuhan ibu dari supirnya tersebut.Sebuah mobil berwarna merah terang berhenti di dekatnya. Kacanya yang kemudian turun membuat Nathalie dapat melihat siapa seseorang dalam mobil tersebut."Ehm ... aku akan memberimu tumpangan jika kau mau."Rena. Wanita yang duduk di bangku kemudi itu menawarkan tumpangan dengan nada yang tidak biasa.Nathalie terdiam. Entah sejak kapan wanita itu berubah menjadi lebih baik padanya. Yang biasanya selalu melayangkan tatapan tajam dan perkataan berbisa, kini berubah."Aku akan naik taksi." Nathalie
"Tolong jangan bawa aku pergi ...."Nathalie sudah hampir menangis sekarang. Ia sangat berharap seseorang akan menolongnya saat ini.Sementara seseorang yang ada di sebelahnya itu mendengkus. Memelankan laju kecepatan mobil sehingga membuat Nathalie termenung."Apa kau terbiasa berbicara tanpa memandang lawan bicaramu?"Nathalie yang mendengar suara tidak asing di sebelahnya lantas menoleh. Memperhatikan wajah di sampingnya sebelum kemudian melebarkan kedua mata."Dalton! Kenapa ... kau?"Pria itu melirik Nathalie sebentar sebelum kembali menatap jalan."Kau berharap siapa yang akan ada di sampingmu sekarang? Kai?" Pria itu mendesah kasar. "Hampir saja kau diculik tadi.""Kenapa mereka ..." Nathalie tidak melanjutkan ucapannya lagi setelah ia tersadar akan satu hal.Eden. Seseorang yang pernah Kai katakan akan segera muncul mengincar kekasihnya itu. Namun, tetap saja ia j
Pandangannya tajam menatap lurus pada sebuah batu nisan di hadapannya yang terbentuk dengan indah. Sedangkan pada batu tersebut terukir nama seseorang yang sudah tidak mungkin ada lagi di dunia ini. Nama yang membuat ia merasa harus lebih kuat menjalankan hidup dan berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Menapak kerasnya dunia yang terdapat bermacam-macam hal mengerikan yang tak terlihat.Perlahan, wanita bersurai pirang itu menurunkan kacamata hitam yang sejak tadi menyembunyikan manik mata sebiru langit saat ini. Dan detik berikutnya, ia meletakkan bunga anyelir berwarna merah pucat tersebut pada makam di hadapannya. Tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain datar."Aku pasti akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku ... Ayah," ucap wanita itu sembari menciptakan seringai tipis di wajah cantiknya.Ia mengalihkan pandangannya pada satu keluarga yang sedang menitikkan air mata di hadapan makam seseorang. Tampaknya mereka baru saja kehil
"Harimu menyenangkan, Kai?"Mark memberikan segelas whisky pada pria berpakaian putih di hadapannya. Kai tidak membalas dan hanya mengangkat bahu, membuat Mark menggelengkan kepala pelan.Khas seorang Kai."Berikan aku jus," ujar pria itu yang membuat kerutan di dahi Mark terlihat.Ada apa dengan pria ini?Dan tanpa banyak kata, Mark segera menyiapkan minuman yang Kai minta. Sembari membatin apa yang telah terjadi pada pria itu. Tidak biasanya Kai akan meminta minuman selain alkohol saat datang ke sini. Wajah Kai saat ini juga terlihat senang. Entah apa yang membuat pria sedingin es tersebut terlihat berbeda sekarang."Apa Dalton akan kemari?" Mark kembali bertanya selesai menuangkan minuman pada pembeli yang lain.Kai mengangguk."Dia akan segera datang," balasnya.Menghela napas pelan. Kai kembali melirik ponselnya yang tidak ada tanda-tanda seseorang menghubungi dirinya.Mungkinkah kekasihnya
"Aku ingin kau segera menikah, A Kai."Suara ayahnya terdengar. Dan Kai hanya mendengkus."Aku belum merencanakannya untuk saat ini." Ia menghentikan mobilnya di lampu merah. Menyadarkan kepala dan suara ayahnya kembali terdengar."Sampai kapan kau akan mengatakan hal itu? Umurmu sudah cukup untuk menikah. Kau juga harus memikirkan ku yang sudah tua ini. Aku tidak ingin mati sebelum melihatmu menikah.""Apa yang ayah bicarakan?"Lagi-lagi ayahnya itu berbicara dengan nada menyedihkan."Aku hanya ingin mengingatkan agar kau tidak menghabiskan waktumu untuk terus bekerja. Kau harus mencari seorang wanita yang bisa kau ajak bertemu denganku.""Aku sudah memiliki kekasih. Jadi, jangan terus memaksaku untuk mencari wanita lagi, oke?"Helaan napas terdengar dari seberang telepon. Bersamaan dengan Kai yang kembali menginjak pedal gas."Apa kau benar-benar kembali bersama dengan ma
"Minggu depan adalah acara pertemuan keluarga, kau ingin datang?" Kai bertanya pada Nathalie yang sedang mengunyah sup jagung yang baru saja wanita itu suapkan ke dalam mulut.Saat ini, mereka berdua tengah sarapan bersama. Dengan beberapa pembicaraan kecil yang menjadi pemanis pagi ini."Kenapa kau malah bertanya padaku?" Wanita itu tidak mengerti. Apakah pria itu sedang bertanya tentang pendapatnya?"Kau bisa menemaniku pergi?" Pria itu kembali berkata.Sedangkan Nathalie tampak sedikit merasa tidak enak. Ia tidak bisa menebak bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar Kai ketika mengetahui mereka yang kembali bersama setelah membatalkan pertunangan dulu. Kejadian itu bukanlah hal kecil, melainkan menggegerkan seluruh orang-orang yang tidak menyangka jika mereka berdua akhirnya berpisah."Sepertinya aku tidak akan bisa. Akhir-akhir ini press menjadi semakin sibuk."Sebenarnya, Nathalie tidak peduli dengan penilaian orang lain m