Share

Bab 42. Kejujuran yang Terpendam

Tubuh Eridan mulai merapat ke arah Vela. Semakin kecil jarak di antara mereka, semakin besar getaran dalam dada si wanita. Ketika bibir sang pria menyentuh miliknya, letupan kecil sontak melambungkan jiwa. Vela tidak sanggup memungkiri bahwa hatinya telah tunduk pada Eridan.

“Engh, Ridan ….”

Sang suami pun terpanggil untuk menatap kedua matanya. “Kenapa belakangan ini, pipimu cepat sekali merah?” tanya pria itu dengan senyum menggoda.

“Aku juga enggak tahu. Mungkin, karena cuaca.”

Setelah membunyikan tawa kecil, sang pria kembali melancarkan aksi. Vela semakin mabuk karenanya. Perlahan-lahan, pikiran wanita itu tertarik ke masa lampau, masa ketika ia pernah memiliki perasaan yang sama.

*

“Ayo, Vel. Kan kamu yang penasaran mau ke sini. Jangan sampai bensinku sia-sia. Perjalanan kita jauh, loh,” bujuk Eridan yang sedang berdiri di atas sebilah papan. Dengan tampang ngeri, Vela melihat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status