Reynard melepaskan pakaian hijau khusus operasi yang masih menempel di tubuhnya. Hari ini ia baru saja menyelesaikan operasi Caesar. Ia membersihkan diri dari mengganti pakaiannya. Kini Reynard sedang beristirahat di dalam ruangannya. Satu jam lagi pria tampan itu dijadwalkan untuk membuka poliklinik di rumah sakit itu. Sorenya pun ia mempunyai jadwal untuk melakukan visit ke ruangan ibu yang pasca melahirkan dengan tindak operasi Caesar eracs. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Reynard membuka pintu dan melihat Paula sedang berdiri di hadapannya dengan senyum yang mengembang. Paula terlihat sangat cantik hari ini. Sepertinya ia mempersiapkan pertemuan ini dengan sangat baik. "Paula?" Reynard memaksakan senyumnya, walaupun ia merasa tak nyaman dengan kehadiran dokter itu. "Rey, aku bawain ini buat kamu!" Paula menyerahkan kotak bekal makan siang di hadapan dokter tampan itu. "Terima kasih, Paula. Ngerepotin banget, Pau!" Reynard menerimanya dengan kikuk. Beberapa kal
Sofia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang berukuran king size. Ia menatap langit-langit kamar. Teringat kejadian tadi saat pertemuannya dengan Reynard. Mantan kekasihnya itu selalu saja membuat jantungnya berdebar. Tanpa Sofia sadari, bibirnya menyunggingkan senyuman. Entah mengapa perasaannya sangat berbunga saat bertemu dengan dokter berkharisma itu. Perasaan yang dulu pernah padam seakan bermekaran kembali.Sofia pun mengingat kejadian tadi saat Lily datang dan mengganggu kebersamaan dirinya dengan Reynard. Beruntung di sana Reynard dan Sofia tidak menanggapi kehadiran Lily hingga wanita itu dibuat malu sendiri dan akhirnya pergi. Sofia membuka ponselnya yang sudah ia ganti menjadi logo apel tergigit yang sedang hits. Wanita itu menatap ponselnya. Berharap seseorang menghubunginya. Ah, Sofia jadi malu sendiri dibuatnya, ia menepuk pipinya pelan. Sofia bagai ABG yang baru kasmaran saja. Sofia bangun dari posisi tidurannya. Ia berjalan ke arah balkon. Sofia menghirup udara
Lily menatap tespack yang ada di tangannya dengan mata berbinar. Ia menatap garis dua di benda pipih itu dengan penuh kebahagiaan. Lily sangat gembira karena dirinya akan segera menjadi ibu. Lily tidak sabar ingin menerapkan parenting yang akhir-akhir ini begitu viral di media sosial."Aku harus kasih tahu Eril!" Gumamnya seraya senyumnya masih mengembang sempurna di bibirnya."Er?" Lily keluar dari kamar mandi dan mencari suaminya."Ke mana sih dia?" Lily mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari sosok suami yang sedari tadi sedang sibuk packing untuk kepindahan mereka ke rumah Bu Laksmi. "Rupanya kamu di kamar!' Lily tersenyum setelah menemukan Eril di kamar tamu. Wanita itu menyembunyikan tespack di belakang punggungnya. Ingin memberikan suprise seperti di video-video reels milik selebriti."Aku dari tadi di sini, Ly. Membereskan barang yang ada di sini," Eril membawa sandal rumah miliknya dari kamar tamu itu."Er, bisa kamu berhenti dulu?" Lily menyuruh dengan wajah serius
Seorang wanita dengan cekatan menata masakan buatannya di meja makan. Wanita itu bernama Sofia. Sofia membuat nasi goreng dengan telur ceplok. Wanita berusia 26 tahun itu harus berhemat agar uang bulanan yang diberikan suaminya cukup sampai gajian nanti. Suaminya yang bernama Chaeril Prayoga atau yang kerap di sapa Eril keluar dengan setelan santai. Pria itu terlihat tampan. Ditambah postur tubuhnya yang tinggi membuat penampilannya kian mempesona. Sofia mengernyit heran menatap pakaian yang tak biasa dari suaminya. Biasanya sang suami akan mengenakan setelan formal karena ini masih hari kerja. Sofia menahan pertanyaannya saat Eril mendudukan dirinya di kursi makan yang ada di hadapannya. "Telur lagi?" Eril berdecak kesal saat membuka tudung saji. "Iya, Mas. Hanya nasi goreng dan telur saja. Uang belanjaku sisa seratus ribu lagi, Mas," jawab Sofia dengan jujur. "Uang segitu banyak kok. Uang bulanan engga besar, tapi di tangan istri yang tepat bisa jadi makanan enak. Bisa bisulan
Akad nikah sebentar lagi akan dilaksanakan. Semua keluarga berkumpul di halaman depan rumah Bu Laksmi yang telah di dekor dengan sangat mewah. Sebetulnya Mega ingin menikah di gedung besar, tapi karena alasan Bu Laksmi ingin semua tetangga menyaksikan pernikahan Mega, akhirnya Mega berbesar hati untuk mengadakan resepsi pernikahan di halaman rumah ibunya yang sangat luas. Calon suami Mega pun tidak mempermasalahkan karena nantinya mereka akan melaksanakan resepsi kedua di kediaman calon suami Mega di Yogyakarta. "Kamu kenapa engga pake seragam?" Tante dari Eril mendekat pada Sofia yang tampak berbeda dari outfit keluarga lainnya."Dia lagi hamil. Jadi, baju yang kita jaitin engga muat!" Jawab Bu Laksmi cepat yang mendengar pertanyaan dari adiknya."Oh," Tante dari Eril itu hanya membulatkan bibirnya, lalu bergegas pergi untuk mengambil kendi yang telah diisi uang untuk acara saweran nanti.Sofia menundukan wajahnya. Ia memilin jarinya sendiri. Berada di tengah keramaian, tapi dirinya
Sofia menghembuskan nafasnya gusar. Ia sudah tahu pasti Bu Laksmi akan menolak memberikan surat mas kawin itu padanya. Sofia berusaha menutup telinga ketika Bu Laksmi mengomelinya dengan hardikan dan sumpah serapah yang memekikan telinga. Sakit hati? Tentu saja. Namun Sofia sudah biasa dengan makian mertuanya itu. Hingga ia hanya bisa memendam amarah dan sakit hatinya di dalam hati saja."Dokter bilang janin Sofia kini posisinya sungsang dan plasentanya ada di bawah. Jadi, kata dokter Sofia harus rajin USG. Sekarang Sofia gak punya uang lagi buat USG. Tolong ibu kasih suratnya ya, Bu! Toh Sofia meminta hak Sofia kan, Bu?" Sofia menyahut, ia tak tahan lagi jika harus diam saja. "Gini nih kalau punya istri engga berpenghasilan. Apa-apa minta ke suami," Laksmi mencak-mencak, amarahnya berkobar karena Sofia berani menjawab omelannya. "Sudahlah, Bu. Berikan saja suratnya! Memang itu sudah hak Sofia kan, Bu?" Bela Eril terhadap istrinya, ia sangat pusing dengan ibu dan Istrinya yang tidak
Sofia menatap hamparan sawah yang menguning. Rasanya sangat damai setiap kali ia berkunjung ke desa orang tuanya. Sofia saat ini memilih untuk pergi ke rumah kedua orang tuanya untuk mencari penghiburan dari hatinya yang tengah gundah. Wanita itu berjalan menuju kumpulan para petani yang sedang sibuk di pagi hari ini. Matanya menyipit mencari keberadaan orang tuanya di antara para petani yang sedang membersihkan tanggul. Senyuman merekah dari bibir Sofia tatkala ia menemukan orang tuanya yang sedang bahu membahu membersihkan tanggul dan jerami yang terinfeksi oleh hama."Ibu, Bapak?" Seru Sofia sembari berjalan dengan langkah-langkah kecil."Sofia?" Seru kedua orang tuanya sembari membetulkan caping atau topi petani yang berbentuk kerucut di kepala mereka."Kamu datang sama siapa, Fia?" Tanya ayahnya yang bernama Rahman sembari naik ke atas pematang sawah dengan diikuti oleh istrinya."Fia sendirian, Pak," jawab Sofia masih dengan senyuman yang terulas di wajahnya. Kedua orang tuanya
Sofia berteriak memanggil suaminya. Akan tetapi, Eril seperti tidak mendengar teriakannya. Bahkan Sofia berlari kecil dengan harapan Eril melihatnya dan menurunkan Lily dari atas motor maticnya. Lily pun menoleh ke arah Sofia. Wanita itu tersenyum sinis kemudian menempelkan wajahnya kembali pada bahu Eril. "Astagfirullah!" Sofia menghentikan langkahnya dan mengusap dadanya yang seperti terbakar karena adegan yang tiba-tiba itu."Ke mana mereka?" Sofia menerka-nerka. Sofia pun memilih untuk masuk ke dalam angkot guna pulang ke rumah kontrakan mereka. Sofia langsung mengambil ponselnya yang ada di tas selempang kecilnya."Aku melihat kamu membonceng Lily, Mas," Sofia mengirimkan pesan demikian pada nomor ponsel Eril.Setelah mengirimkan pesan, wanita itu segera memasukan ponselnya kembali ke dalam tas. Ia berusaha menghilangkan segala pikiran buruk mengenai Eril dan Lily. Sofia yakin Eril tidak akan mengkhianati pernikahan mereka.Sofia tidak menyadari jika angkot yang membawanya kini