Share

Kontrak Kesepakatan

"Kesepakatan?" tanya Emily dengan wajah bingung.

Harold menganggukkan kepalanya. "Ya! Aku sudah membuat kontraknya dan kau hanya tinggal menandatanganinya."

"Bagaimana jika aku tidak mau menandatanganinya?" tantang Emily.

"Kau pasti mau. Karena kau tidak punya pilihan," kata Harold percaya diri.

"Cih... kau percaya diri sekali," komentar Emily sebelum Harold pergi meninggalkannya. Emily menatap punggung Harold yang memasuki sebuah ruangan.

Harold kembali dengan sebuah amplop besar berwarna coklat beserta sebuah pena di tangannya. "Kau bisa melihatnya terlebih dahulu," katanya sambil menyerahkan amplop tersebut kepada Emily. Kemudian dengan isyarat tangan, ia mempersilahkan Emily untuk duduk di sofa.

Mereka duduk berhadap-hadapan. Dengan sebuah meja yang menjadi pembatasnya. Emily membuka amplop coklat dan mengeluarkan kertas putih di dalamnya. Lalu, membaca lamat-lamat isi yang ada di dalamnya.

Harold meletakkan di atas meja pena berwarna hitam dengan garis berwarna emas di sisinya. Ia menikmati ekspresi wajah Emily menatap tak percaya lembaran kertas di tangannya.

"Aku tidak akan menandatanganinya! Aku tidak memiliki waktu seluang yang kau pikirkan!" seru Emily sambil beranjak berdiri.

"Berarti kau bersedia membawa ini ke ranah hukum?" tantang Harold yang masih duduk dengan tenang.

"Terserah apa katamu," kata Emily tak peduli. Ia menghentakkan kakinya menjauh dari Harold.

Harold malah terkekeh. Membuat Emily semakin geram dan menghentikan langkahnya. Ia menatap Harold geram.

"Kurasa jika berita ini menyebar dan menjadi sebuah skandal. Firma hukum milik keluargamu akan mengalami kerugian besar," komentar Harold. "Anak seorang pengacara terkenal, melakukan pelecehan sexual. Wah, itu akan menjadi topik yang sangat menarik," imbuh Harold.

Emily menggertakkan giginya. "Kau menyelidikiku?" tanyanya menahan emosi. Tidak banyak orang tau jika Emily Grace merupakan anak dari pemilik G&P Law Firm (Grace & Partners Law Firm), firma hukum yang cukup terkenal di Washington, DC.

Mendengar pertanyaan Emily, Harold menganggukkan kepalanya tenang. "Aku juga mengetahui bahwa kau bekerja di Woman Megazine Life Style and Beauty, sebagai salah satu penulis. Ah... tidak kau diangkat menjadi kepala penulis baru-baru ini. Itulah yang menyebabkan kau banyak mendapatkan musuh di kantor. Kau pergi ke kantor pada pukul sembilan pagi dan pulang pada pukul lima sore. Kau selalu pergi bekerja tepat waktu dan pulang tepat waktu. Kau tinggal bersama temanmu yang bernama Shopie Kim. Ia merupakan—"

"Kau!" bentak Emily. Membuat Harold menghentikan  kalimatnya. Emily yang geram karena kehidupan pribadinya diselidiki, sudah kehabisan kata-kata saking emosinya.

"Kau tentu tidak ingin bukan, keluargamu terlibat karena skandal ini?"

Harold benar. Ia tidak ingin melibatkan keluarganya.  Jika berita tentangnya tersebar, maka firma hukum ayahnya bisa jadi terkena imbasnya. Harold merupakan selebriti terkenal, berita tentangnya tentu saja akan menjadi minat semua orang. Ia juga bisa kehilangan pekerjaannya jika skandal tentangnya dan Harold benar-benar tersebar. Mengingat banyaknya oknum yang membencinya di kantor.

Emily dengan kesal kembali duduk di hadapan Harold. Ia menatap lembaran kertas di tangannya, menatap kontrak kesepakatan konyol di tangannya.

Kontrak Kesepakatan

Yang bertandatangan di bawah ini;

Pihak Pertama : Harold Spears

Pihak Kedua     : Emily Grace

Karena insiden yang merugikan pihak pertama maka pihak kedua harus memberikan konpensasi berupa;

1. Dengan sukarela mau memberikan tenaganya di pagi hari untuk membersihkan apartemen milik pihak pertama. Pihak kedua diharapkan sudah datang dan mulai bekerja sebelum jam enam pagi.

2. Dengan sukarela mau memberikan tenaganya untuk menyiapkan makan malam jika pihak pertama meminta. Jenis-jenis makanan yang bisa dan tidak bisa dimakan oleh pihak pertama beserta daftar restoran yang biasa pihak pertama kunjungi, terlampir di halaman 2.

3. Kontrak ini berlaku selama satu bulan.

Pihak Kedua,

Emily Grace

"Aku tidak tau kalau kau sekonyol ini," cibir Emily.

Harold menyilangkan kakinya. "Pembantuku baru saja berhenti. Jadi, aku berpikir kenapa tidak menjadikanmu saja sebagai pembantu. Jadi, aku bisa menghemat pengeluaran selama sebulan."

"Dasar pelit!" cibir Emily lagi sambil menandatangani kertas di tangannya.

"Terserah apa katamu." Harold tersenyum puas saat melihat lembar kontrak yang sudah di tandatangani oleh Emily dan menariknya dari hadapan Emily. "Baiklah, kau bisa berkerja mulai besok," imbuhnya sambil beranjak berdiri.

Emily menarik salinan kontrak yang berada di atas meja dengan kasar. Ia lalu segera berderap pergi keluar dari apartemen Harold, tanpa mengucapkan salam.

***

"Bagaimana?" tanya Shopie yang langsung menghambur ke arah Emily begitu melihat temannya keluar dari lift.

Emily melambaikan tangannya di depan wajahnya. "Akan kuceritakan nanti. Ayo kita pulang terlebih dahulu," katanya sambil menarik pergelangan tangan Shopie. Ia benar-benar ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin saking muaknya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Shopie saat mereka berjalan di parkiran yang terletak di basement apartemen.

Emily hanya menganggukkan kepalanya.

"Apa ia melakukan hal buruk kepadamu?" tanya Sopie ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

Emily lalu menceritakan segalanya kepada Shopie tanpa ditutup-tutupi sedikit pun. Ia mempercayai Shopie. Mereka sudah berteman sejak lama.

"Bagimana rasanya berciuman dengan aktor papan atas?" tanya Shopie sebagai respon pertama ketika Emily selesai bercerita.

Emily mendesah jengkel. "Astaga, Shop! Sebagus apapun ia berciuman, tetap saja ia lelaki berengsek!"

Shopie menganggukkan kepalanya mengerti. "Aku menyimpulkan, bahwa ia pandai berciuman," komentar Shopie.

Emily memutar bola matanya. "Ayolah, Shop. Bukan itu intinya sekarang."

Shopie melambaikan tangannya di depan wajahnya. "Sebenarnya ... tidak masalah jika kau harus berkerja di sana selama sebulan. Itu lebih baik daripada ia menuntutmu ke ranah hukum," komentar Shopie berusaha bersikap bijak. "Lagi pula, kau bisa bertemu dengan aktor papan atas setiap hari selama sebulan! Kurasa kau yang diuntungkan," imbuhnya sambil tertawa menggoda.

"Bagaimana jika ia melakukan hal buruk kepadaku?" kata Emily sambil terus fokus mengemudi.

"Misalnya?"

"Well, bagaimana jika dia berusaha memperkosaku atau lain sebagainya."

Shopie tiba-tiba terkekeh. "Ayolah, Em. Tidur dengan Harold Spears adalah impian semua gadis di negara ini."

"Aku serius, Shop."

Shopie berdeham untuk menggentikan tawanya. "Kau bisa melaporkannya jika itu terjadi. Tapi, kurasa itu tidak akan terjadi. Lagipula, ia merupakan selebriti terkenal, tentu saja ia sangat berhati-hati dalam menjaga citranya. Apalagi dia tau kau adalah anak dari pengacara terkenal. Fakta yang jarang sekali diketahui orang lain."

Emily melirik ke arah Shopie. "Kau benar. Aku hanya merasa cemas." Ia menggigit bibir bawahnya.

Shopie melambaikan tangan di depan wajahnya. "Tak perlu cemas, Em. Kau selalu melakukan segalanya dengan baik," katanya sambil tersenyum menenangkan. "Dan aku memiliki satu saran untukmu," imbuh Shopie.

"Apa?" Emily melirik ke arah Shopie.

"Jangan lupa selalu membawa kondom di tasmu," kata Shopie sambil terkekeh.

Emily memutar bola matanya. "Ayolah, Shop. Aku tak berniat berhubungan badan dengannya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status