Share

12. Bisikan

Baru sekali itu Hendi naik ke atap gedung rumah sakit berlantai sembilan, tempat ibunya dirawat. Dia menyebrangi pagar pembatas, dan berdiri di tepian atap. Hari sudah gelap, lampu-lampu penerang dinyalakan. Dari tempatnya berdiri Hendi melihat masih ada saja orang-orang yang berlalu lalang di bawah sana. Namun, tidak ada satu pun yang memerhatikan keberadaan Hendi yang tengah berdiri di antara hidup dan mati.

“Ayo, lompat, lompat sekarang!”

“Tunggu apa lagi?”

“Dunia ini brengsek, tinggalkan saja!”

Berbagai macam ruh gentayangan mengerubungi Hendi. Seorang wanita dengan kepala hancur, seorang nelayan dengan kulit kelapa terkelupas, seorang pelajar dengan leher hampir putus, dan masih banyak lagi. Semuanya berbisik-bisik, menyeringai, atau hanya terdiam sambil terus memeloti Hendi.

“Menjauhlah, pergi sana! Jangan dekati aku, aku capek!” Hendi menggumam.

Dalam hatinya dia tidak mau mati. Apalagi dengan cara seperti itu, mati bunuh diri, membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah, mematahkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status