Share

13. Korban

Hendi terperenyak. Dia sudah kehilangan ayahnya, jika kali itu ganti ibunya yang harus pergi, Hendi merasa dunianya hancur sudah. Karmila yang ada di sisinya menepuk-nepuk bahu Hendi sebagai tanda simpati.

Selanjutnya waktu berjalan begitu lambat bagi Hendi. Tangannya berkeringat dingin, cemas menunggu Nurlaila keluar dari ruang operasi. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres dengan terjadinya musibah yang berturut-turut dalam keluarganya. Kapan semuanya itu bermula? Kepala Hendi berpikir keras.

Akhirnya pintu ruang operasi dibuka. Beberapa perawat mendorong sebuah brankar keluar.

“Itu Mama!” Hendi mendesah lega melihat Nurlaila berbaring di sana dengan satu mata dibalut perban.

Seorang dokter mendekat. “Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan mata pasien. Sebelah bola matanya rusak parah seperti habis ditusuk benda tajam, jadi terpaksa kami angkat.”

“Siapa yang sudah melakukan itu pada Mama? Belum ada satu jam saya pergi, Mama masih baik-baik saja.”

Dokter itu menggeleng sedih. “Seti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status