Bel istirahat baru saja dibunyikan, para siswa mulai berhamburan untuk menikmati waktu istirahat yang hanya 45menit ini. Begitupun dengan Qiya dan teman-temannya. Mereka langsung beranjak menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar.
Sesekali tawa Qiya terdengar kala Ajeng memulai aksi julidnya. Bukan julid yang menyebalkan, tapi julid yang malah terkesan candaan. Orang-orang yang mendengarnya pun ikut tertawa, korban sasaran julidnya juga tidak merasa tersindir karena mereka sudah paham karakter Ajeng.
Qiya berjalan mundur menghadap Ajeng yang dibelakangnya karena tidak ingin melewatkan sedikitpun candaan Ajeng yang berjalan di belakangnya. Qiya tidak memperdulikan jika ia bisa saja menabrak orang karena tidak melihat depan.
Dan benar saja, punggungnya membentur tubuh
Jangan lupa rate dan share ya gaes :) Terima kasih banyakk
Bukannya merasa tenang, Bara malah semakin gelisah ketika Qiya tidak menjawab pertanyaannya dengan benar. Gadis itu malah balik bertanya lalu sedikit-demi sedikit topik obrolan mereka di alihkan oleh gadis itu.Bara sadar, Qiya hanya menghindar dari pertanyaan yang melibatkan perasaannya. Bara paham, mungkin ia terlalu asing untuk menerima kejujuran Qiya apalagi mengenai perasaannya. Tapi, ia sangat butuh dan ingin tau tentang jawaban dari pertanyaannya itu."Prustrasi banget lah inimah,lama-lama membatin gini bisa kurus kering gue. Udah kurus makin kurus! Galucu juga kalo alasan gue membatin cuma karena cewek," sejak pulang dari mengantar Qiya, Bara tak henti-hentinya bermonolog sampai Bundanya heran sendiri."Kamu kenapa sih? Nyerocoosss aja dari tadi, gak kering tu mulutnya?" Tanya sang Bunda karena mulai jengah mendengar ocehan anak tunggalnya."Bunda, kalo cewek lagi suka sama seseorang itu tandanya gimana?"Bunda Bara men
Walaupun hatinya masih kesal dengan Yasir, pagi ini dengan terpaksa Qiya harus berangkat sekolah dengan kakaknya itu. Bahkan selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka.Sampai di kelasnya, Qiya melihat satu susu kotak di atas mejanya. Siapa lagi kalau bukan Bara yang selalu memberinya susu kotak. Qiya menghela nafas, seketika otaknya kembali mengingat perdebatannya dengan Yasir kemarin.Qiya rasa, ia terlalu jahat kepada Bara. Tapi ia juga tidak tau harus apa. Untuk sekarang, mungkin Qiya akan mengikuti alurnya saja. Ia hanya akan menjalani semuanya, sampai ia bisa menentukan pilihannya.Setelah duduk di bangkunya, tangan Qiya meraih susu kotak itu lalu meminumnya dengan tenang sambil menonton grup idolanya yang baru saja comeback.
Seperti biasa, Qiya menunggu di jemput oleh Yasir di warung depan bersama Rena yang juga menunggu di jemput. Mereka mengobrol random dari mulai kegiatan sekolah yang telah mereka jalani hingga orang-orang mengesalkan yang sangat asik untuk dijadikan bahan gibahan.Berkali-kali Rena melihat layar ponselnya menunggu balasan dari jemputannya. Dan tak lama dari itu Rena pergi saat jemputannya sudah datang. Tinggalah Qiya seorang diri disana. Awalnya Rena menawarkan tumpangan untuk Qiya, kebetulan jalan rumah Rena memang melewati jalan rumah Qiya juga. Tapi Qiya terlanjur mengirim pesan ke Yasir untuk menjemputnya.Qiya mendengus kala pesannya tidak juga mendapat balasan padahal sudah terbaca. Mungkin Yasir langsung pergi menjemputnya. Qiya duduk di bangku pendek yang ada di warung depan, kakinya mulai merasa pegal karena terlalu lama berdiri.Maniknya menatap beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jalan itu, hingga Qiya mendapati Fatur lewat dengan sa
"Kak, lo sama teh berbie sekarang gimana?" Tanya Qiya berbasa-basi. Yasir yang sedang memperhatikan mie yang ia rebus menoleh sebentar sebelum menjawab. Terdengar helaan nafas dari bibirnya. Ia bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan adiknya ini. Jika dijawab, ia dan juga Qiya mungkin akan sama-sama tersakiti. Jika tidak dijawab, ia yakin Qiya akan terus menanyakan pertanyaan yang sama sampai ia mendapatkan jawabannya. "Heh!! Denger gak?" "Heeh heeh,denger kok." "Ya jawabatuh" "Selesai!" "Apanya?" "Gue sama Fani selesai."
Hari ini waktunya jumsih atau jumat bersih. Rutin dilaksanakan setiap bulan di hari jumat minggu terakhir bulan itu. Semua murid kerja bakti membersihkan seluruh area sekolah. Tidak semua murid sebenarnya, karena sebagian besarnya hanya berperan merecoki saja. Ada juga yang duduk berkelompok lalu ngobrol asal.Jumat kali ini Qiya dipaksa bebersih karena teman kelasnya sudah sangat kesal setiap jumsih selalu saja Qiya dan teman-temannya tidak pernah ikut kerja bakti. Terkecuali Rena dan Imel. Dua sobat Qiya itu rajinnya bukan main."Iya iya siniin sapunya! Gue sapuin sampe ke tanah-tanahnya!" Kesal Qiya sambil merebut sapu dari tangan sekretaris kelas.Tangannya mulai lihai menyapu lantai lorong kelas Qiya. Ia yang sedang kesal ditambah kesal lagi oleh Irham yang terus mengikuti langkah
Bugh bugh bugh...."BARA!!!"Yasir menarik badan Bara menjauhkannya dari Fatur. Mereka semua tidak menyangka Bara akan melakukan sejauh ini. Yang mereka tau, Bara orang paling tenang dan santai menghadapi permasalahan hatinya. Kenapa sekarang Bara jadi emosi?Fatur memegang sudut bibirnya yang berdarah, ia mulai terpancing emosi karena menjadi sasaran emosi Bara padahal ia tidak merasa salah sama sekali.Fatur menatap manik Bara dengan tajam. Ia mengabaikan rasa perih di beberapa bagian mukanya karena pukulan telak dari Bara yang begitu tiba-tiba."MAKSUD LO APA ANYING!!" Bentaknya dihadapan Bara. Kakinya melangkah mendekati temannya itu.
"Kak, kak Fatur berantem ya? Sama siapa? Kok mukanya bonyok gitu?" Tanya Qiya saat melihat Yasir pulang.Yasir tak menggubris pertanyaan Qiya, ia tidak tau harus menceritakan apa kepada adiknya. Ini semua berhubungan dengan Qiya, tapi rasanya lebih baik Qiya tidak tahu.Qiya terus mengikuti langkah kakaknya yang berjalan ke arah kulkas dan mengambil minuman dingin."Lo ngapain sih kaya anak ayam ngikutin mulu!""Ish!! Lo denger gak gue tanya tadi?"Yasir menyimpan botol air dingin ke tempatnya lagi, "bukan urusan lo!" Jawabnya dengan sinis.Padahal jelas, semuanya karena Qiya. Batin Yasir.Tak menyerah begitu saja. Bukan Qiya namanya kalau tidak mendapat jawaban atas rasa penasarannya. Gadis itu terus mengikuti langkah Yasir bahkan sampai ke kamarnya.Membuat Yasir merasa sangat jengkel. Ia mendengus, "Qiya.. gak semua pertanyaan lo harus ada jawabannya!""Kali ini kayaknya pertanyaan yang paling harus ada ja
Setelah bel istirahat terdengar, dengan langkah cepat Qiya berjalan menuju kantin untuk membeli minum. Panas sekali badannya, tenggorokannya kering, dan kakinya pegal sekali berdiri lama menghormat kepada bendera.Setelah memesan minum Qiya duduk di salah satu bangku kantin bersama Irham dan Ajeng. Ia merebahkan kepalanya di atas meja."Gilaaa.. gerah banget!!!" Keluh Qiya.Irham mengibas-ngibaskan tangannya di depan Qiya berharap sedikit memberi angin untuk menyejukan gadisnya. Ajeng yang melihatnya mendengus sebal. Sudah panas makin panas aja tubuhnya liat orang mesra-mesraan di depan matanya."Bisa gak sih gak usah bucin? Pacar gue gak ada disini!! Males banget jadi kamcong," sindir Ajeng."Tuhkan gak bisa banget ya lo sekali aja gak sirik sama gue.""Ish diem-diem. Pusing banget deh dengerin kalian ribut mulu! Akur napa akur" kesal Qiya.Tiba-tiba ponselnya berdering menunjukan panggilan video dari Raiya. Tanpa pikir panjang