Share

Bab 1

17 tahun kemudian. Suasana rumah tampak ramai karena saat ini sedang diadakan pesta ulang tahun Marissa yang ke 17.

"Happy birthday to you…. Happy birthday.… Happy birthday.... Happy birthday to you…." Semua kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

"Make a wish, Nak," ujar Aurin.

Marissa menyatukan kedua tangannya dan merapalkan sebuah doa. Setelah itu, ia meniup lilin yang berada di atas kue ulang tahunnya. 

"Yeay." Terdengar sorakan dan tepuk tangan yang ditujukan untuk Marissa.

"Potongan pertama untuk Mama dan Papa," ucap Marissa seraya menyuapkan potongan kue ulang tahun kepada kedua orang tuanya.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue, kini diadakan acara makan-makan dan hiburan. Ada penampilan dari sebuah band yang beranggotakan teman-teman sekolah Marissa yang bernama Carolina Band.

Acara berjalan dengan lancar dan seru walau hanya diadakan secara sederhana di dalam rumah. Apalagi ada Roy, pacar Marissa yang tentunya ikut hadir dalam acara ini.

Marissa dan Roy berdansa ria diiringi lagu yang dibawakan oleh Carolina Band. Satu jam berlalu, acara ulang tahun Marissa berakhir. Semua teman, kerabat, dan tetangganya yang hadir pun pulang.

Tersisa Marissa dan Roy yang duduk berdua di taman belakang rumah Marissa.

"Maaf, ya, aku ngasih kadonya telat. Sengaja aku kasih kado sekarang biar momennya lebih kerasa," celetuk Roy.

"Iya, gak papa. Aku malah lebih senang karena kerasa lebih romantis," sahut Marissa.

Roy melebarkan senyumnya lalu menyerahkannya sebuah paper bag kecil kepada Marissa.

"Dibuka," titah Roy.

Dengan perasaan senang, Marissa membuka paper bag pemberian Roy. Ternyata di dalamnya ada sebuah kotak perhiasan panjang berwarna merah.

Marissa membuka kotak tersebut dan terlihatlah kalung emas berbandul kupu-kupu yang sangat indah. 

"Mau aku pakaikan?" tawar Roy.

"Mau," sahut Marissa senang.

Roy pun mengambil kalung tersebut dan memakaikannya di leher Marissa. Marissa menunduk untuk melihat kalungnya lebih jelas. Ia tersenyum bahagia saat melihat betapa indahnya kalung tersebut.

"Cantik," puji Marissa.

"Iya, tapi lebih cantikan kamu," sahut Roy.

"Gombal." Marissa memutar bola matanya malas. Walaupun begitu, ia sangat senang mendengar pujian dari Roy.

"Fakta," ujar Roy.

"Iya deh."

"Kamu tetap cantik mau lagi kesal, marah, cemberut, cemburu. Kamu tetap cantiknya aku," cetus Roy.

"Stop, Roy. Aku geli dengernya," sahut Marissa yang membuat Roy terkekeh geli.

"Aku pamit pulang dulu, ya. Ayahku nyuruh aku pulang," ucap Roy.

"Iya, hati-hati."

Saat Roy baru saja akan melajukan motornya, tiba-tiba hujan datang. Roy pun langsung meneduh dan memakai jas hujan.

"Pulangnya tunggu hujan reda aja," usul Marissa.

"Nanti Ayahku telfon-telfon aku terus. Jadi aku pulang sekarang aja. Maaf, ya."

"Yaudah, hati-hati. Jangan ngebut, jalanan licin!"

"Siap, sayang!"

Roy pun melambaikan tangan yang dibalas lambaian tangan pula oleh Marissa. Lalu Roy melajukan motor ninjanya meninggalkan pekarangan rumah Marissa.

Saat Marissa akan masuk rumah, ekor matanya tak sengaja melihat seorang perempuan berjalan di bawah guyuran hujan. Marissa pun spontan menoleh untuk melihat lebih jelas lagi. Dirinya terkejut ketika menyadari bahwa yang ia lihat itu nyata. Ada seorang perempuan yang berjalan pelan di bawah guyuran air hujan.

Marissa pun mengambil payung dan segera menghampiri wanita itu. Saat ingin mengucapkan sebuah kalimat, Marissa terpaku ketika melihat wajah perempuan itu.

Wajah perempuan itu… sangat mirip dengannya. Marissa seperti bertemu dengan dirinya yang lain. Perempuan tersebut juga sama terkejutnya dengan Marissa. Mereka sama-sama terpaku dan saling menatap satu sama lain.

"Kamu… kenapa mirip sekali denganku?" ujar Marissa.

"K-kamu siapa?" Perempuan tersebut malah balik bertanya.

"Kenalkan, aku Marissa," ucap Marissa sambil mengulurkan tangan kanannya.

Dengan bergetar, perempuan itu menjabat tangan Marissa sambil berucap, "Aku Farissa."

"Wow, selain wajah kita yang mirip, nama kita juga mirip, ya," cetus Marissa.

Farissa hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

"Kamu kenapa hujan-hujanan? Ayo neduh dulu di rumahku," tawar Marissa.

"Gak usah, aku di sini aja," tolak Farissa.

"Gak papa, nanti kamu sakit kalau kehujanan. Kamu duduk aja di kursi belakang rumahku kalau gak mau masuk rumahku."

Walaupun ragu, Farissa mengiakan tawaran Marissa. Marissa oun menggandeng tangan Farissa dan membawanya memasuki gerbang rumahnya menuju taman belakang rumahnya.

"Kamu duduk disini dulu, aku ambilkan minuman hangat dan baju ganti," ujar Marissa sambil memasuki rumahnya.

Farissa menyilangkan kedua tangannya di depan tubuhnya untuk menghangatkan diri. Ia mendongak untuk melihat langit. Ia refleks menutup mata ketika petir menyambar.

Tak lama kemudian, Marissa datang dengan segelas teh hangat dan pakaian di tangannya.

"Ini diminum dan ini ada pakaianku buat ganti pakaian kamu yang sudah basah," ucap Marissa.

"Tapi aku ganti baju dimana?"

"Disini aja, gak ada yang lihat, kok. Aku hadap belakang dan gak bakal ngintip kamu," ujar Marissa.

Farissa pun mengangguk dan menerima pakaian dari Marissa. Marissa lalu berbalik badan dan menunggu Farissa berganti pakaian.

"Sudah," ucap Farissa.

Marissa berbalik badan lagi dan melihat Farissa sudah selesai berganti pakaian.

"Cocok tapi bajuku kebesaran, ya? Maaf banget, tapi kenapa aku lihat kamu kurus banget," ujar Marissa.

Farissa menunduk, ia memilin kedua tangannya. "Aku…"

Marissa menunggu Farissa yang tak kunjung menyelesaikan perkataannya. "Kamu kenapa? Apa kamu lapar? Mau aku ambilkan makanan?"

"Mau mau!" sahut Farissa antusias.

"Sebentar, ya." Marissa meninggalkan Farissa untuk mengambil makanan.

Farissa mengedarkan pandangannya, menilik lebih jauh rumah Marissa yang sangat megah.

"Andai aku jadi Marissa, pasti hidupku tidak akan menderita," ucap Farissa dalam hati.

Tak lama kemudian, Marissa kembali dengan sebuah nampan di tangannya. Nampan tersebut berisi sup, dessert, kue, dan jus jeruk.

"Silahkan dimakan," ucap Marissa.

Farissa mengangguk lalu memakan makanan tersebut dengan sangat antusias. Marisaa terkekeh melihat Farissa yang makan dengan sangat lahap.

"Pelan-pelan makannya," tegur Marissa.

"Terima kasih banyak," ujar Farissa dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Sama-sama."

Marissa bermain ponsel sambil menunggu Farissa selesai makan. Farissa terlihat kagum dan ingin tahu tentang ponsel yang dipegang Marissa. Ia terus mengintip apa yang dilakukan Marissa dengan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Farissa sudah menyelesaikan kegiatan makannya. Ia bersendawa yang membuat Marissa terkekeh.

"Boleh aku tanya?" ucap Farissa gugup.

"Iya?"

"Benda yang kamu pegang itu apa?" tanya Farissa.

Marissa menunjukkan ponselnya. "Ini? Ini namanya ponsel."

Farissa mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf o.

"Sekarang jam berapa?" tanya Farissa.

"Jam setengah sepuluh," jawab Marissa.

"Gawat, aku harus segera pulang," ucap Farissa panik

"Kenapa buru-buru?" tanya Marissa.

"Nanti paman aku marah," jawab Farissa.

Marissa pun mengantarkan Farissa sampai di pintu gerbang rumahnya. Farissa pun berpamitan dan melambaikan tangan kepada Marissa yang dibalas lambaian tangan pula oleh Marissa. Marissa pun memperhatikan Farissa berjalan sampai tidak terlihat lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status