Rifia menyeringai licik memikirkan idenya tersebut. Menjadi pasif selama ini karena tahu bahwa Siella tidak mengetahui hubungannya, dirasa sudah cukup dan sudah harus dipertegas.Rifia merasa harus bisa merebut Vano dari Siella yang tidak ada harganya tersebut. Wanita dengan penampilan tidak enak dipandang itu harus segera di hempaskan dari hidup Vano.“Aku akan mencoba mendekatinya. Dengan begitu, dia akan perlahan percaya padaku. Aku akan membuat dia sakit hati karenamu,” ujar dari Rifia.“Aku? Maksudmu?” Vano sedikit tidak paham dan juga terkejut mendengarnya.“Iya. Aku akan menjelek-jelekkanmu di depan Siella, dengan begitu, dia akan menjadi sangat curiga denganmu, dan tidak akan mau tahu tentangmu lagi kedepannya,” jawab Rifia.“Kalau begitu malah namaku yang jelek. Bagaimana kalau dia malah menyebarkannya ke orang lain? Kamu kan tahu, dia itu orang yang menghubungkanku dengan para investor dan juga orang-orang ternama untuk membangun koneksi perusahaanku!” tegas Vano.Jelas ia s
Karena itulah, Siella benar-benar menampilkan dirinya di versi terbaiknya dan tidak akan bisa membuat Vano menolak untuk mendekatinya. Meski harus menahan perasaan jijik dan juga pastinya merinding, Siella tetap mencoba.Untuk saat ini, dia akan berpenampilan demikian, dengan menegaskan kepada dirinya sendiri untuk tidak sampai tidur dengan Vano. Rasa-rasanya Siella tidak bisa membayangkan harus seranjang dengan Vano, apalagi harus melakukan kegiatan itu.Dia sudah kehilangan hasratnya, dan pastinya tidak akan pernah mau lagi merasakan hal itu lagi kedepannya.Dan begitulah Siella muncul di depan Vano, penuh dengan pesona yang membuat Vano sampai tidak bisa tutup mulut karena terpukau. Ia harus membuat orang ini benar-benar bimbang.“Baru pulang? Tumben tidak di jam biasanya,” sapa Siella, sambil mengaduk coklat panas yang ia buat untuk dirimu sendiri.Melihat Vano yang tampak terpaku tersebut, membuat Siella jadi makin yakin kalau sekarang sang mata keranjang sudah masuk ke dalam jeb
Vano berpikir keras sekali. Darimana Rifia bisa tahu informasi itu? Tidak mungkin Rifia memata-matainya, kan? Lagipula Rifia tidak punya buktinya, jadi seharusnya itu hanya karangan dari Rifia saja.“Hei, aku baru sampai rumah. Bagaimana mungkin aku bisa bersama Siella?!” Vano masih berusaha membela dirinya yang salah.Terdengar pesan masuk ketika dirinya masih menelepon. Vano lihat layar ponselnya, dan membuka pesan dari Rifia tersebut. Betapa terkejutnya Vano setelah melihat pesan yang dikirimkan Rifia kepada dirinya tersebut.Tak disangka-sangka, ternyata foto dirinya sedang memeluk Siella terpampang dengan sangat jelas sekali. Dan Vano bisa langsung menebak siapa yang mengirimnya. Jelas sekali kalau Siella yang mengirimkannya.‘Sial. Aku lupa kalau Rifia sudah minta nomor Siella tadi. Sudah pasti dia menghubungi Siella!’ batin Vano baru tersadarkan.Meski begitu, Vano berusaha untuk membela dirinya lagi supaya tidak kelihatan salah sama sekali. Padahal dia sudah sangat buntu sekal
Setelah membicarakan rencana dari Devan, Siella kembali bertemu dengannya, di rumah Hani seperti biasanya. Sebenarnya Siella agak sulit menerima rencana dari Devan, meski keuntungan sudah disebutkan oleh Devan, tetap saja, tidak semudah itu menerimanya.“Kamu pikir, apa Vano tidak akan curiga kalau aku mendadak bekerja denganmu?” tanya Siella dengan badan yang bersandar, dan kedua tangan yang sedang menyilang.“Tidak akan. Kamu baru tahu aku benci dengannya saat kita baru bertemu. Jadi, jelas kalau Vano tidak pernah menceritakan soal aku kepadamu. Kalau kamu bekerja padaku, kamu tidak akan rugi sama sekali,” jelasnya.“Tidak rugi bagaimana? Yang ada aku akan kesulitan membuat dua orang itu ribut kalau aku sudah bekerja denganmu. Yang ada malah mereka bisa hidup tenang dengan semua jerih payah palsu itu!” gerutu dari Siella yang sama sekali tidak terima.Menyeringai Devan memandangi Siella yang memberikan respon begitu. Dengan jarak duduk yang terpaut cukup jauh, jelas saja mereka tida
Siella secara silih berganti melihat ke arah Devan dan Rifia. Tatapan Rifia yang sangat berbinar, dengan penuh emosi yang menyentuh membuat Siella bingung melihat responnya.Sementara itu Devan kelihatan sangat ketus dan memasang wajah dingin yang membuat orang-orang agak bingung. Vano yang ada di sana sepertinya juga idak paham akan situasi yang sedang dihadapinya pada kala tersebut.“Kalian saling kenal?” Siella bertanya dengan sedikit pelan.Rifia berjalan perlahan mendekati Devan, dan perlahan hendak memegang wajahnya. Namun Devan segera langsung menepis, menolak dipegang oleh Rifia dan memasang ekspresi wajah tidak senang sama sekali.“A- Apa perusahaanmu?” tanya Rifia dengan sedikit kaku.Mendapat pertanyaan begitu, membuat Devan merasa menemukan waktu yang tepat untuk menyombongkan dirinya tersebut.“RoboHydro Company. Perusahaan yang fokus pada pengembangan robot pintar, dan kini sedang bekerjasama dengan salah satu perusahaan di US. Meski dulu kamu berkata bahwa perusahaanku
Mereka keluar dari dalam lift dan meninggalkan perusahaan Vano dengan segera. Menuju ke dalam mobil Devan, suasana di antara mereka berdua benar-benar canggung, karena tidak ada yang berbicara terhadap satu sama lain.Setelah menutup pintu mobil, Siella mencoba menanyakan sesuatu yang sempat membuatnya terkejut tadinya.“Kenapa kamu sepertinya enteng sekali berbicara begitu kepada Vano dan Rifia? Bukannya itu akan jadi masalah padaku?” tanya Siella, sambil memasang sabuk pengaman.“Tidak,” Devan kemudian mulai mengemudi, “Vano tidak akan membiarkanmu dekat denganku terlalu sering. Dia juga punya dendam padaku. Dan itu akan memicu dari pertengkaran mereka sendiri. Kamu hanya perlu pintar-pintar menipu mereka saja,” jawabnya.Kedengarannya seperti mengkambinghitamkan Siella sebagai bentuk balas dendamnya. Tetapi, di sisi lain rencana Devan termasuk cukup berjalan mulus sekali. Karena bisa langsung menyatu dengan bagaimana rencana Siella berikutnya.“Tapi, apa yang akan membuat Vano memb
Entah sejak kapan, semenjak kejadian dimana Siella resmi menjadi sekretaris pribadi dari Devan, Siella lebih sering mendatangi perusahaan Vano ketimbang perusahaan dari Devan sendiri.Bahkan, Siella sendiri merasa seperti sekarang Vano selalu menghubunginya. Tidak seperti dulu. Yang akan memanggil Siella kalau ada urusan saja. Sekarang seperti hal kecil saja ditanyakan kepada Siella.Siella sampai harus mencari waktu dan menegaskan kepada Devan bahwa kali ini dia benar-benar tidak bisa datang ke perusahaannya, karena Siella merasa harus benar-benar bekerja di tempat Devan, itu lah posisinya.“Iya, aku sudah bilang. Kerjakan seperti yang sudah aku jelaskan saja!” Siella nyaris meninggikan suara berkata kepada orang diseberang teleponnya.Dengan kasar ia mematikan teleponnya, dan memasang wajah sebal setelah akhirnya membuat panggilan tiada henti itu benar-benar henti total.Di dalam ruangan kerja Devan, Siella sampai mau mengeluh dengan mendongakkan kepala, dan badan yang bersandar di
Siella nyaris saja ambigu mengartikan ucapan dari Devan tersebut. Tanpa sadar, plakhhh. Siella menampar wajahnya untuk menyadarkan diri.Tamparan untuk dirinya sendiri tersebut membuat orang-orang yang ada di dekatnya tersebut kaget karena apa yang dilakukan oleh dirinya tersebut.“Siella? Kamu…, kenapa?” Devan bertanya karena merasa bingung dengan sikap dari Siella yang terbilang mendadak cukup aneh bagi dirinya tersebut.Langsung benar-benar salah tingkah Siella setelah Devan bertanya kepadanya. Jantungnya sama sekali tidak kompromi di saat seperti ini. Orang-orang yang bersama dengan Devan pun langsung mencoba menenangkan Siella.“Ma- Maafkan saya. Karena ini kali pertama saya datang ke sini langsung, rasanya sedikit takjub, dan juga kagum dalam satu waktu,” Siella berusaha tidak membuat dirinya menjadi kelihatan norak.“Ahahaha, santai saja. Kamu bisa bicara santai kalau di sini. Bicaralah secara formal saat kamu melakukan penawaran soal kerja,” ujar dari salah satu orang yang ber