Share

Mei 19

Cuaca Jakarta cukup terik. Sepasang pria dan wanita baru saja keluar dari bandara Soetta. Masing-masing dari mereka membawa satu ransel berukuran sedang. Wajah si wanita tampak tegang dengan raut dingin sedangkan si pria tampak lebih santai tapi tetap waspada.

“Aku harus ke toilet,” ucap Mei sambil melirik Erik di sebelahnya.

“Oke. Aku akan menunggumu di cafe itu.” Erik menunjuk satu cafe yang berada tidak jauh dari pintu toilet.

Mei mengangguk. “Oke, pesankan aku latte.”

“Siap. Ada lagi?”

Mei menggeleng. “Itu saja.”

Saat mereka hendak berpisah, tiba-tiba saja Erik menahan tangan Mei. “Mana tasmu? Biar aku bawakan,” ucapnya.

Mei langsung tersenyum. “Kau memang teman terbaik,” ucapnya tulus.

“Hanya teman? Yakin?” Erik mencoba menggoda Mei.

Namun Mei malah berdecak. “Jangan aneh-aneh, Erik! Aku tidak ingin penggemarmu di sasana membenciku.”

Jawaban yang Mei berikan justru membuat Erik semakin enggan melepas tangan Mei. “Apa itu berarti jika tidak ada penggemar, kamu mempertimbangkan unt
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status