Kaki Jocey dan Angel terasa lemas. Mereka sungguh tidak bisa mendeskripsikan perasaan mereka ketika melihat uang tunai sebesar 10 miliar itu.“Aku juga tidak akan persulit kalian. Kalian cukup panggil aku ‘Tuan’ saja?” Brandon menepuk-nepuk tangannya, lalu berkata dengan tersenyum.Saat ini, Jocey menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan pikirannya. Dia melirik Brandon sekilas, lalu menyindir, “Brandon, jangan kira aku nggak tahu uang 10 miliar ini adalah uang jajan yang diberikan Hannah selama tiga tahun ini, ‘kan? Pasti begitu! Kalau nggak, mana mungkin kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak ini? Kecuali kamu melakukan bisnis ilegal!”Ucapan ini membuat Hannah mengerutkan keningnya. Dia langsung meraih pergelangan tangan Brandon, dan membawanya ke dalam kamar.Raut wajah Brandon terlihat sangat aneh. Setelah menikah beberapa tahun, ini adalah pertama kalinya Hannah menggenggam tangannya.Setelah pintu kamar ditutup, Hannah baru berkata, “Brandon, kamu jujur sama aku, dari m
“Batal? Kenapa kamu seyakin itu? Memangnya kamu kira kamu itu siapa? Apa kamu itu presdir dari Perusahan Investasi Sinjaya? Kamu kira kalian berdua saudaraan karena sama-sama marga Sinjaya?” Amarah Tansri langsung membeludak.Saat Brandon hendak mengatakan sesuatu, Hannah pun berkata, “Ibu, tadi Brandon juga nggak ada di tempat. Masalah ini juga bukan salah dia. Si Martin yang nggak tahu diri. Lagi pula, Brandon sudah berhasil pinjamin uang 10 miliar. Dia sudah bantu kita untuk selesain masalah krisis ini, bisa nggak ….”“Bisa apa? Aku bersikap baik sama dia? Coba kamu lihat penampilan dia, kayak gelandangan saja!” maki Tansri. Saat ini, dia pun sudah melupakan masalah perceraian. “Kenapa masih di sini? Cepat masak! Aku beri tahu, ya, kamu mesti tahu diri kalau kamu ingin tinggal di rumah. Kalau nggak, jangan salahkan aku beri pelajaran sama kamu!”Brandon juga tidak meladeni Tansri. Dia melirik Hannah sekilas dengan tatapan kaget. Sejak kapan Hannah begitu perhatian terhadapnya?“Ibu,
Karen sudah menunggu lama di kantor. Hari ini, dia mengenakan kemeja putih yang agak transparan dengan rok sepan. Ketika melihat Brandon berjalan ke dalam ruangan, dia segera menyuguhkan secangkir teh. “Pak, Keluarga Limantara mengutus Martin untuk mengantar kontrak yang sudah ditandatangani. Apa Bapak ingin membacanya lagi?”“Tidak usah!” Brandon bahkan tidak mengangkat kepalanya. “Suruh dia keluar! Kalau dia berani menginjakkan kakinya di perusahaan ini lagi, aku akan patahkan kakinya.”“Baik!” Karen juga tidak berani bertanya alasannya.…Di ruang tunggu.Saat ini Martin terlihat sangat muram. Dia merasa dirinya sangat sial. Tadi, dia malah ketemu dengan si pecundang itu. Sekarang, dia malah sudah menunggu hampir setengah jam di sini. Dia pun merasa kesal.“Hei, apa ada orang di luar?!” jerit Martin.Beberapa saat kemudian, seorang resepsionis berjalan ke dalam, lalu berbisik, “Pak, mohon jangan jerit-jerit di dalam perusahaan ….”“Siapa kamu? Berani-beraninya suruh aku untuk jangan
Martin seolah-olah telah membongkar sebuah kebohongan saja. “Betul! Pasti seperti ini, tidak ada kemungkinan lain lagi. Kalau tidak, bagaimana mungkin kontrak ini kelihatan seperti asli saja? Tapi mereka bodoh juga, ya. Mereka pasti tidak menyangka masalah akan terbongkar secepat ini ….”“Emm! Pasti seperti ini! Kakek, panggil dia kemari …. ““Aku tidak nyangka si pecundang itu punya nyali untuk melakukan hal bodoh seperti ini. Semua pasti diperintah sama Hannah. Mereka berdua memang sudah mempermalukan nama Keluarga Limantara!”Semua orang ikut mengutarakan asumsi mereka. Hannah sungguh keterlaluan! Bisa-bisanya membohongi mereka telah mendapatkan modal investasi sebesar 600 miliar?! Kurang ajar!Raut wajah Kakek Herman tampak tak berekspresi. Dia membaca ulang kontrak yang dibatalkan itu, lalu berkata dengan dingin, “Telepon Tansri, suruh dia bawa kedua orang itu kemari. Kalau hari ini mereka tidak beri aku penjelasan, aku akan usir mereka dari Keluarga Limantara.”Semua orang di tem
Apa mungkin seorang cowok miskin sanggup membeli salah satu mobil dari pameran otomotif ini?“Tuan, dari wibawamu, menurutku hanya mobil ini yang cocok dengan Tuan.” Si penjual menatap Brandon dengan arogan, lalu menunjuk sebuah mobil Porsche Panamera di dekatnya. “Setelah Tuan bawa mobil ini keluar, pasti akan ada cewek yang minta tumpangan Tuan.”Brandon pun tersenyum ketika mendengarnya. Dia melirik sekilas, lalu berkata, “Bagus juga, tapi aku sudah lama tidak menyetir. Coba kamu atur jadwal test drive-nya. Kalau cocok, aku akan beli mobil ini.”“Test drive? Tuan mau test drive?”Si supervisor penjualan spontan tertawa. Dia tidak menyangka akan ada orang yang sok kaya hingga tahap seperti ini. Dia bahkan ingin mengetes mobil seharga 2-3 miliar ini?“Tuan, mohon tinggalkan tempat ini. Kami tidak menyambut kedatangan Anda. Kalau mau cari masalah, pergi sana ke tempat lain!”Brandon terbengong. Kenapa dia malah diusir? Dengan sikap seperti ini, malah ingin minta diinvestasi?Saat Brand
“Baik, Pak Anwar! Aku akan segera usir orang ini!” Si supervisor penjualan lekas mengangguk, lalu menoleh menatap Brandon dengan galak. “Tuan, silakan tinggalkan tempat ini. Kami tidak sambut kedatanganmu. Kalau kamu tidak tahu di mana jalan keluarnya, ada satpam yang bisa antar kamu keluar ….”Brandon malas meladeninya. Dia tetap melangkah maju, lalu menatap ke sisi Hannah.“Bran … Brandon? Kenapa kamu bisa ada di sini?” Saat ini Hannah baru merespons. Dia merasa gembira dan juga canggung ketika bertemu dengan Brandon.Bahkan, Hannah sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Jelas-jelas dulu Hannah bisa bersikap arogan dan menekan Brandon. Hanya saja, entah kenapa sekarang Hannah tidak begitu membencinya lagi. Terkadang ketika tidak bisa melihat Brandon, hati Hannah malah terasa hampa.Brandon tidak berbicara, dia hanya menatap Anwar yang berada di sampingnya.Hannah berjalan maju, lalu menarik Brandon ke sebelah. Dia berbisik, “Brandon, kamu jangan salah paham, ya. Di
Hannah terlihat canggung tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kemudian, Angel melirik Anwar sekilas dengan wajah bingung.Anwar berkata dengan tersenyum, “Angel, si menantu yang kerjaannya numpang hidup di rumah Hannah itu datang untuk beli mobil. Dia suka sama mobil Porsche Panamera, gimana kalau kamu bantu dia untuk pilih warna?”Angel menghela napas, lalu berkata, “Pilih warna? Buang-buang waktu aku saja.”Selesai berbicara, Angel menghampiri Brandon sekilas, lalu berkata, “Hei pecundang, apa kamu nggak nampak Kak Hannah lagi pacaran sama kakakku? Kalau kamu tahu diri, segera pergi dari sini! Apa kamu nggak sadar kalau kamu itu merusak pemandangan?”Mendengar caci makian Angel, Anwar langsung tertawa. Tatapannya juga tertuju pada diri Brandon. Si pecundang itu memang tidak punya harga diri. Dengar-dengar dia pernah membantu Angel untuk mencuci sepatunya? Sungguh memalukan!Raut wajah Brandon berubah muram. Dia tahu meski cara bicara Angel sangat kasar, sebenarnya dia bukan orang jahat.
“Sepertinya pameran otomotif ini hanya pantas dihargai 400-600 miliar saja! Lagi pula, mobil di sini sangat sedikit, pasti ada masalah dengan arus kasnya! Sebenarnya aku berencana untuk menyuntikkan modal, tapi pikiranku berubah setelah melihat sikapmu.”Suara Brandon tidaklah keras, tapi setiap kata terdengar sangat jelas di telinga semua orang.Semua orang di tempat langsung berbisik-bisik sambil melirik Brandon dengan bingung.Kali ini, suara tawa Anwar semakin keras lagi. “Hebat sekali! Mau suntikkan modal? Aku juga nggak butuh uangmu! Cepat keluar dari sini!”Brandon membalas dengan tersenyum, “Pak Anwar, kamu tidak usah usir aku. Tapi, aku khawatir setelah aku pergi nanti, kamu akan cari aku dan berlutut sama aku!”Brandon melirik Anwar dengan tatapan sinis. Sepertinya Anwar masih tidak sadar dirinya sedang berbicara dengan siapa!Sebelumnya Anwar memelasnya untuk mengunjungi pameran otomotifnya. Sekarang Anwar malah mengusirnya.“Brandon, aku kenal spesialis psikolog, gimana kal