“Sepertinya pameran otomotif ini hanya pantas dihargai 400-600 miliar saja! Lagi pula, mobil di sini sangat sedikit, pasti ada masalah dengan arus kasnya! Sebenarnya aku berencana untuk menyuntikkan modal, tapi pikiranku berubah setelah melihat sikapmu.”Suara Brandon tidaklah keras, tapi setiap kata terdengar sangat jelas di telinga semua orang.Semua orang di tempat langsung berbisik-bisik sambil melirik Brandon dengan bingung.Kali ini, suara tawa Anwar semakin keras lagi. “Hebat sekali! Mau suntikkan modal? Aku juga nggak butuh uangmu! Cepat keluar dari sini!”Brandon membalas dengan tersenyum, “Pak Anwar, kamu tidak usah usir aku. Tapi, aku khawatir setelah aku pergi nanti, kamu akan cari aku dan berlutut sama aku!”Brandon melirik Anwar dengan tatapan sinis. Sepertinya Anwar masih tidak sadar dirinya sedang berbicara dengan siapa!Sebelumnya Anwar memelasnya untuk mengunjungi pameran otomotifnya. Sekarang Anwar malah mengusirnya.“Brandon, aku kenal spesialis psikolog, gimana kal
Brandon berpikir beberapa saat, lalu berkata, “Seharusnya pulang ….”“Kamu ada urusan?” tanya Hannah dengan penasaran. Selama tiga tahun hidup bersama, sepertinya Brandon jarang keluar rumah.Setelah berpikir beberapa saat, Brandon menjawab, “Aku ada kerjaan. Apalagi yang bisa aku lakukan selain bekerja?”“Pekerjaan apa?” Hannah spontan merasa gembira. Sudah tiga tahun! Akhirnya Brandon ada sedikit kemajuan.Brandon mengangkat-angkat pundaknya, lalu berkata, “Jadi asisten dari teman yang meminjamkan uang. Belakangan ini dia sedang ekspansi bisnisnya di Kota Manthana. Aku bisa datang ke sini juga untuk membantunya membeli mobil.”Akhirnya Hannah mengerti. Dia pun bertanya dengan penasaran, “Temanmu itu berbisnis di bidang apa? Kalau di bidang konstruksi, mungkin kami bisa kerja sama.”Hannah sungguh berharap temannya Brandon menggeluti bidang konstruksi. Sebab, Hannah sadar kedudukannya di Keluarga Limantara sangatlah rendah, apalagi suaminya ini.“Dia buka perusahaan investasi kecil-ke
“Sepeda … sepeda elektrik?” Anwar spontan mengulangi ucapan Karen. Ujung matanya berkedut, dan dia mulai memiliki firasat buruk.“Iya, dia mengendarai sepeda elektriknya. Awalnya aku ingin antar dia ke pameran otomotif, tapi dia bilang nggak usah,” balas Karen.Kemudian, Karen mengingatkan, “Ketika bertemu Pak Presdir kami, kamu harus sopan ya sama dia. Aku sudah membantumu membujuknya untuk mempertimbangkan masalah investasi pameran otomotif kamu. Kalau kamu mengacaukannya, aku juga nggak bisa bantu kamu lagi!”Selesai berbicara, Karen langsung mengakhiri panggilan. Dia membereskan dokumen dan mulai menyibukkan diri.Saat ini pikiran Anwar menjadi kosong.Pak Presdir, rendah hati, sepeda elektrik ….Sialan! Jangan-jangan dia orangnya?!Ketika memikirkan hal ini, Anwar hampir saja mengompol di celananya. Beberapa saat kemudian, dia langsung berlari ke aula untuk menarik supervisor penjualan yang menjamu Brandon tadi. “Pergi! Panggil tuan yang tadi kemari! Aku nggak peduli kamu pakai ca
Brandon memandang Anwar yang sedang berlutut di lantai. Dia berkata sambil tersenyum, “Pak Anwar, kenapa kamu bersikap sesopan ini? Aku hanyalah seorang pecundang, tidak pantas menerima perlakuan seperti ini.”Anwar bahkan tidak berani menegakkan tubuhnya. Dia hanya membalas, “Pak Brandon pintar bercanda. Tadi Pak Brandon sudah bilang sendiri, kalau aku memohonmu untuk kembali, aku harus berlutut padamu ….”“Apa kamu pantas? Kamu bahkan tidak pantas berlutut di hadapanku,” balas Brandon dengan tenang.“Iya, iya, aku tidak pantas, aku memang tidak pantas. Aku terlalu tidak tahu diri. Aku harap Pak Brandon bisa memaafkanku.” Ekspresi Anwar terlihat sangat kaku.Saat ini, Brandon hanya membaca majalah di tangannya.Melihat ekspresi Brandon, Anwar langsung mengantukkan kepalanya ke atas lantai. “Semoga Pak Brandon bisa memaafkanku!”Hanya Anwar sendiri yang mengetahui seberapa kacaunya laporan keuangan pameran otomotif ini. Jika dia tidak mendapatkan suntikan modal dari luar, sepertinya pa
“Nggak usah! Nggak usah, ya!” Anwar berkata dengan wajah serba salah, “Kalau kamu lapor polisi, nanti masalah akan jadi heboh. Nanti aku sulit untuk menjelaskannya. Aku nggak ingin masalah ini merusak bisnisku …. Nanti aku akan beri dia 2 juta, lalu usir dia dari sini. Kamu nggak usah ikut campur dalam masalah ini ….”Sambil berbicara, Anwar bahkan merasa seluruh kemejanya sudah dibasahi oleh keringat dingin.Angel sebagai teman baiknya Hannah malah tidak mengetahui identitas suaminya Hannah, dan bahkan menghasutnya untuk mengejar Hannah. Apa Angel ingin mencelakainya?“Kak Anwar, kenapa kamu keringatan? Memangnya panas?” Angel tidak menyadari keanehan di wajah Anwar, dia pun bertanya dengan penasaran.“Cuaca panas sekali. Iya, panas,” balas Anwar dengan canggung.“Oh ya, nanti kamu nggak usah kasih dia sebanyak itu, cukup kasih 400 ribu saja. Mengenai masalah Kak Hannah, kamu tenang saja. Selama ada aku, aku pasti akan bantuin kamu!” Angel memberi dukungan kepada Anwar, lalu berpamit
“Baik, baik, baik!” Anwar segera mengangguk. Tidak ada yang lebih penting dibandingkan dengan masalah kerja sama.Beberapa saat kemudian, Anwar mengantar Brandon keluar pameran otomotif. Setelah melihat mobil Porsche Panamera yang dikendarai Brandon sudah melaju pergi. Anwar baru menyadari bahwa semua pakaiannya sudah basah kuyup.“Pak Anwar, aku tidak mengerti. Kenapa kamu ….” Si supervisor berkata dengan kebingungan.“Plak!” Anwar langsung menamparnya. “Sejak kapan aku harus menjelaskan sama kamu? Ingat! Kalau sampai masalah hari ini tersebar, aku pasti akan habisi kamu!”…Saat Brandon meninggalkan pameran otomotif, hari pun sudah gelap. Dia tidak kembali ke perusahaan lagi. Brandon mengirim pesan kepada Hannah, lalu pergi belanja di swalayan sebelum pulang ke rumah.Di sisi lain, Hannah pun merasa malu ketika mengetahui Brandon akan pulang malam ini. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya, dan pulang ke rumah.Saat ini Tansri sedang mengutak-atik ponselnya di ruang tamu. Ekspresinya
Meski lelaki itu sudah diabukan, Tansri juga akan mengenalinya. Sebab, dia adalah menantu pecundang keluarganya! Si pecundang yang bernama Brandon Sinjaya!Tansri bukan tidak pernah melihat mobil Porsche. Sebab, Hannah juga mengendarai mobil Porsche. Hanya saja, mobil Hannah adalah mobil tipe terendah, dan harga di pasaran hanya sekitar 1,5 miliar saja. Semantara, mobil Porsche Panamera yang dikendarai Brandon harganya mencapai 4 miliar.Bisnis Keluarga Limantara memang besar. Hanya saja, mereka hanyalah keluarga kalangan menengah. Jadi, jarang ada anggota keluarga mereka yang bisa mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli sebuah mobil.Mobil yang sedang parkir di halaman rumah itu adalah impian Tansri. Jadi, meskipun mobil itu dikendarai oleh menantu pecundang yang dibencinya, Tansri juga masih belum bisa merespons.Brandon menenteng barang di tangannya, langsung berjalan memasuki rumah. Kemudian, dia pun menyapa Hannah, “Aku sudah kembali.”Hannah juga terbengong di tempat. Dia me
Pada saat ini, Brandon yang sedang antre membeli teh susu. Tiba-tiba ponsel Brandon berdering. “Pak Brandon, video Martin diusir dari perusahaan sudah tersebar luas di internet. Sekarang ada netizen yang menanyakan kenapa kita bersikap kasar. Menurut Pak Brandon, apa kita perlu mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan masalah ini?” Terdengar suara Karen dari ujung telepon.Brandon berpikir sejenak, lalu berkata, “Apa ada rekaman CCTV di ruang tunggu? Kamu samarkan wajah wanita itu, lalu cari orang untuk mengunggahnya ke sosial media.”“Baik!” Kedua mata Karen langsung berkilauan. Bos memang hebat! Masalah sebesar ini bahkan bisa diselesaikan dengan sepatah dua kata.Selesai bertelepon, Brandon pun membawa teh susu dan berencana kembali ke rumah.Baru saja Brandon hendak menyeberang jalan, sebuah mobil Audi seri A4 berhenti mendadak di belakang Brandon. Seketika Brandon pun dapat mendengar suara sorakan dari dalam mobil.Beberapa saat kemudian, seorang wanita dengan riasan tebal dan