“Malam ini kamu akan tidur bersama laki-laki lain,” gumam Margareth semringah. “nanti malam adalah malam kehancuranmu, Ayya!”Terlihat aura balas dendam di sorot mata Margareth, “Kamu adalah penyebab hancurnya keluargaku. Gara-gara kamu, aku terusir dari sini. Malam ini kamu harus membayar segalanya, Ayya!”Tak berlama-lama di sana, Margareth melatakkan ponsel milik Nugraha ke tempat semula. Dia berbalik keluar sebelum Pria tua itu menyadari keberadaannya.“Abis ini aku akan menelpon Herman,” gumamnya sembari berjalan mengendap-endap.***Ayyara tengah bersantai di kamar pribadinya, menunggu Raja yang masih berada di kamar mandi.Ayyara sebenarnya masih curiga melihat pesan Nugraha. Dia merasa pesan ini bukan gaya tulisan sang Kakek. Anehnya lagi, Kakeknya memintanya datang ke hotel Manda.“Kenapa harus di hotel? Kenapa nggak ketemu di rumah saja?” Ayyara berpikir. “Mungkin Kakek nggak ingin semua orang tahu, makanya Kakek memintaku menemuinya di hotel Manda,” gumam Ayyara mencoba be
Ayyara sekarang paniknya bukan main. Dia merasa hakim ketua itu bekerja sama dengan pihak hotel untuk menjebaknya. Namun, dia tertegun saat menyadari kalau semua ini berawal dari pesan Nugraha.“Nggak mungkin Kakek ikut menjebakku.” Ayyara menggeleng kepala tak percaya. “Tapi pesan itu? Apa Kakek mau ngeprank aku?” dia kembali menggelengkan kepala. Dia sangat mengenal Nugraha, tidak mungkin gurauan sang Kakek di luar batas.Ayyara mulai meneteskan air mata. Dia sangat ketakutan, “Mas Raja, kamu di mana? Mas datanglah ke sini. Ayya takut.” Ayyara tak tinggal diam. Dia kembali berbalik menggedor pintu sembari berteriak sekencang-kencangnya.***Raja menaiki taksi menuju ke arah hotel Manda. Tanpa sepengetahuan Ayyara, dia telah mengirim seseorang untuk menjaga istrinya dari kejauhan. Namun, dia justru mendapat kabar kalau istrinya sempat terlihat berbincang-bincang dengan Herman, hakim ketua.Khawatir terjadi hal buruk kepada istrinya, dia memutuskan menyusul sang istri, karena dia tah
Raja bergerak cepat menangkis pukulan itu dan berbalik memberikan sebuah tendangan keras yang masuk mulus ke perut mereka hingga terpental jauh ke belakang. Walau mereka sudah terlatih, tetapi belum cukup menandingi kelincahan dan kemampuan bela diri yang dimiliki Raja. Saat petugas lainnya mendekat dan hendak menghajar Raja, alangkah terkejutnya mereka kala melihat ke belakang. Seorang pria paruh baya berpakai jas rapi keluar dari dalam. Wajahnya tampak panik bukan main karena barusan Anton menghubunginya kalau pihak hotel Manda telah melakukan kesalahan besar terhadap Raja. “Yang mana yang namanya Raja?” seru pria itu dengan suara gemetar. “saya Abbas, direktur hotel Manda.” Semua orang yang ada di sana langsung melongo. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang direktur hotel Manda yang terkenal sombong saat ini tampak ketakutan sampai suaranya berubah. “Aku!” Abbas seketika menoleh ke arah Raja. Dia mencermati penampilan Raja, pakaian yang dikenakan dari atas sampai ba
“Herman!” seru Raja. “Sudahkah kamu bosan hidup, Herman?!”Herman dan Ayyara menunjukkan ekspresi yang berbeda saat Raja mendobrak masuk.Ayyara menangis senang suaminya datang di waktu yang tepat untuk menyelamatkan. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.Sementara, Herman tampak tercengang dan panik. Dia heran Raja datang bersama Anton, “Ada hubungan apa mereka?” gumamnyaAyyara melangkah dan menubrukkan tubuhnya ke tubuh sang suami, “Mas Raja …” Dia meluapkan rasa takutnya di pelukan sang suami. “aku dijebak, Mas. Dia mau melecehkanku, Mas.”Mendengar itu, kilatan amarah terpancar di sorot mata Raja. Begitu pula Anton yang seketika maju menghampiri Herman dengan tatapan mata berkilat iblis.“Bangsat!” Anton melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Herman. “habis kamu, Herman!”Namun, Herman bisa menghindari pukulan itu. Bahkan dia mulai menunjukkan keangkuhannya. Walau dia tahu Anton adalah seorang direktur Prince Group, tidak ada rasa takut sedikit pun karena dirinya adalah se
“Sepertinya aku mengenalmu,” ucap Fahar. “Bukankah kamu menantunya Pak Nugraha?” Fahar tidak menyadari bahwa Raja bukan hanya sekedar menantu Nugraha, tetapi pria itu adalah keturunan keluarga Darmendhara. “Benar,” jawab Raja sembari berjalan ke arah Ayyara. “dan dia istriku. Kami berterima kasih karena anda mau membantu kami.” “Aku turut prihatin atas kejadian ini. Tapi apakah istri anda baik-baik saja?” tanya Fahar. “Seperti yang anda lihat,” jawab Raja. Ayyara menambahkan, “Aku baik-baik saja. Beruntung suamiku datang tepat waktu, kalau tidak …” Ayyara tidak mampu melanjutkan ucapannya. Dia tidak bisa membayangkan hal mengerikan itu menimpanya. Kalau suaminya datang telat semenit saja, mungkin pria bejat itu akan menikmati tubuhnya. Fahar menatap Ayyara, “Kalau boleh tahu gimana awalnya anda bisa sampai bisa dijebak Herman?” tanyanya mencari informasi tambahan. Mendengar pertanyaan itu, Ayyara seketika menunduk sedih. Walau dia menjadi korban penjebakan, dia tetap merasa
“Karena ini,” ucap Ayyara sembari memberikan ponsel miliknya kepada Raja. “aku datang ke sana untuk menemui Kakek.”Raja menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tatapannya dingin setelah membaca semua pesan itu.“Kakek?” gumamnya, tetapi dia tidak percaya begitu saja.Ayyara menghembus napas berat. “Kok bisa sih? Nggak mungkin Kakek menjebakku, tapi pesan ini benar-benar dari nomernya Kakek.”“Siapa pengirim pesan itu? Kita segera tahu jawabannya di rumah Kakek,” tanggap Raja sembari menjalankan mobilnya.“Iya, Mas.” Ayyara setuju. Dia lalu kembali memeluk suaminya. “Maafkan Ara ya, Mas.”“Tidak. Ara tidak salah.”***Nugraha bersantai di kamar pribadinya. Tatapannya menerawang jauh, mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu saat dirinya mengadopsi Ayyara.“Anak kalian sekarang sudah bahagia bersama suaminya. Dia lembut hatinya, juga cerdas. Dia bahkan menjadi penolong hidupku. Aku beruntung memiliki cucu sepertinya.” Nugraha tersenyum membayangkan Ayyara, tetapi perlahan senyuman it
Ayyara merasakan aura kemarahan sang suami yang amat besar. Dia mengerti, tidak ada seorang suami yang tidak akan murka jika melihat keluarganya sendiri menjebak istrinya untuk diserahkan kepada lelaki hidung belang.Ayyara kembali menatap layar cctv. Dia menggeleng kepala tidak percaya. Berulang kali mereka ingin menjual dirinya terhadap pria lain demi keuntungan mereka. Berulang kali mereka berniat mencelakai dan merusak rumah tangganya.Tak terasa air menetes dari kedua mata Ayyara, “Aku benar-benar nggak menyangka mereka setega itu sama aku,” keluhnya.Begitu pun dengan Nugraha. Walau dia masih belum tahu rencana Margareth dan Radit, tetap saja dirinya tidak bisa menerima perbuatan mereka.Nugraha menoleh pada Ayyara, “Apa yang mereka lakukan terhadapmu di sana? Kamu baik-baik saja, 'kan?” dia tampak khawatir. Ayyara dilema harus menjawab apa. Dia takut kalau berterus terang membuat kesehatan sang Kakek kembali menurun.“Aku baik-baik saja. Kakek nggak perlu khawatir,” jawab Ayya
“Manusia iblis! Cepat ke rumahku!” titah Nugraha terdengar begitu murka. “Beraninya kalian menyerahkan cucuku ke lelaki hidung belang! Kalian harus merasakan amarah dari seorang Kakek dan suami!” Margareth tercengang mendengar Nugraha mengetahui rencana jahatnya, tetapi dia yakin Ayyara yang telah mengadu dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Herman. “Lah kok bisa? Aku aja terkejut mendengarnya. Papa jangan main nuduh sembarangan dong. Papa jangan percaya begitu aja sama Ayya. Dia pasti ngarang cerita.” Margareth membela diri. “Kalau kamu dan Radit tidak merasa bersalah, datanglah ke sini sekarang juga!” tantang Nugraha. “Baik. Aku dan Radit nggak takut karena kami nggak salah!” balas Margareth. Dia lalu memutus sambungan sepihak. Margareth malah tersenyum penuh kemenangan, “Ahhhh senangnya aku. Akhirnya balas dendamku terbayarkan.” Suaranya yang begitu nyaring, membuat Radit kaluar dari rumah. “Ma, ada apa sih? Kok teriak-teriak?” tanya Radit sembari menggaruk-garuk tubuhny