“Sepertinya aku mengenalmu,” ucap Fahar. “Bukankah kamu menantunya Pak Nugraha?” Fahar tidak menyadari bahwa Raja bukan hanya sekedar menantu Nugraha, tetapi pria itu adalah keturunan keluarga Darmendhara. “Benar,” jawab Raja sembari berjalan ke arah Ayyara. “dan dia istriku. Kami berterima kasih karena anda mau membantu kami.” “Aku turut prihatin atas kejadian ini. Tapi apakah istri anda baik-baik saja?” tanya Fahar. “Seperti yang anda lihat,” jawab Raja. Ayyara menambahkan, “Aku baik-baik saja. Beruntung suamiku datang tepat waktu, kalau tidak …” Ayyara tidak mampu melanjutkan ucapannya. Dia tidak bisa membayangkan hal mengerikan itu menimpanya. Kalau suaminya datang telat semenit saja, mungkin pria bejat itu akan menikmati tubuhnya. Fahar menatap Ayyara, “Kalau boleh tahu gimana awalnya anda bisa sampai bisa dijebak Herman?” tanyanya mencari informasi tambahan. Mendengar pertanyaan itu, Ayyara seketika menunduk sedih. Walau dia menjadi korban penjebakan, dia tetap merasa
“Karena ini,” ucap Ayyara sembari memberikan ponsel miliknya kepada Raja. “aku datang ke sana untuk menemui Kakek.”Raja menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tatapannya dingin setelah membaca semua pesan itu.“Kakek?” gumamnya, tetapi dia tidak percaya begitu saja.Ayyara menghembus napas berat. “Kok bisa sih? Nggak mungkin Kakek menjebakku, tapi pesan ini benar-benar dari nomernya Kakek.”“Siapa pengirim pesan itu? Kita segera tahu jawabannya di rumah Kakek,” tanggap Raja sembari menjalankan mobilnya.“Iya, Mas.” Ayyara setuju. Dia lalu kembali memeluk suaminya. “Maafkan Ara ya, Mas.”“Tidak. Ara tidak salah.”***Nugraha bersantai di kamar pribadinya. Tatapannya menerawang jauh, mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu saat dirinya mengadopsi Ayyara.“Anak kalian sekarang sudah bahagia bersama suaminya. Dia lembut hatinya, juga cerdas. Dia bahkan menjadi penolong hidupku. Aku beruntung memiliki cucu sepertinya.” Nugraha tersenyum membayangkan Ayyara, tetapi perlahan senyuman it
Ayyara merasakan aura kemarahan sang suami yang amat besar. Dia mengerti, tidak ada seorang suami yang tidak akan murka jika melihat keluarganya sendiri menjebak istrinya untuk diserahkan kepada lelaki hidung belang.Ayyara kembali menatap layar cctv. Dia menggeleng kepala tidak percaya. Berulang kali mereka ingin menjual dirinya terhadap pria lain demi keuntungan mereka. Berulang kali mereka berniat mencelakai dan merusak rumah tangganya.Tak terasa air menetes dari kedua mata Ayyara, “Aku benar-benar nggak menyangka mereka setega itu sama aku,” keluhnya.Begitu pun dengan Nugraha. Walau dia masih belum tahu rencana Margareth dan Radit, tetap saja dirinya tidak bisa menerima perbuatan mereka.Nugraha menoleh pada Ayyara, “Apa yang mereka lakukan terhadapmu di sana? Kamu baik-baik saja, 'kan?” dia tampak khawatir. Ayyara dilema harus menjawab apa. Dia takut kalau berterus terang membuat kesehatan sang Kakek kembali menurun.“Aku baik-baik saja. Kakek nggak perlu khawatir,” jawab Ayya
“Manusia iblis! Cepat ke rumahku!” titah Nugraha terdengar begitu murka. “Beraninya kalian menyerahkan cucuku ke lelaki hidung belang! Kalian harus merasakan amarah dari seorang Kakek dan suami!” Margareth tercengang mendengar Nugraha mengetahui rencana jahatnya, tetapi dia yakin Ayyara yang telah mengadu dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Herman. “Lah kok bisa? Aku aja terkejut mendengarnya. Papa jangan main nuduh sembarangan dong. Papa jangan percaya begitu aja sama Ayya. Dia pasti ngarang cerita.” Margareth membela diri. “Kalau kamu dan Radit tidak merasa bersalah, datanglah ke sini sekarang juga!” tantang Nugraha. “Baik. Aku dan Radit nggak takut karena kami nggak salah!” balas Margareth. Dia lalu memutus sambungan sepihak. Margareth malah tersenyum penuh kemenangan, “Ahhhh senangnya aku. Akhirnya balas dendamku terbayarkan.” Suaranya yang begitu nyaring, membuat Radit kaluar dari rumah. “Ma, ada apa sih? Kok teriak-teriak?” tanya Radit sembari menggaruk-garuk tubuhny
“Sekarang sudahkah kalian siap mendapat hukumanku?!” seru Nugraha sembari mengepalkan kedua tangannya. “Sebelum aku menyerahkan kalian ke polisi, kalian harus menerima hukuman dari seorang Kakek!”Radit gelagapan, tetapi tidak dengan Margareth. Bahkan wanita itu terlihat tenang. “Ya, tadi aku memang masuk ke kamar Papa, tapi aku cuma ingin cek aja kamar Papa sudah dibersihin atau belum,” kilah Margareth.Memang di rumah ini terdapat banyak cctv, tetapi hanya terpasang di bagian luar, sedangkan tidak ada satu pun yang terpasang di setiap kamar.Nugraha menggelengkan kepala. Dia tak menyangka Margareth masih bisa memberikan alasan yang sangat tidak masuk akal.“Baiklah, sepertinya aku harus pakai cara kekerasan,” gertak Nugraha. “dan satu lagi! Mulai detik ini juga kalian bukan lagi bagian dari keluarga Nugraha!” “Papa mau ngapain?!” teriak Margareth kala melihat Nugraha menghampirinya dengan tatapan penuh amarah.Nugraha berhenti tepat di hadapan Margareth, “Anggap saja kita tidak pe
“Baiklah, anda memang pantas mendapatkan pukulanku!” seru Raja. “Sudah terlalu banyak anda berusaha mencelakai istriku!”Margareth syok, ternyata dia salah langkah.“Kamu benar-benar mau memukulku?” Margareth menunjuk hidungnya. “Hahaha. Bisa saja kamu. Mana mungkin kamu tega memukul Tante.” dia tertawa awkward, sekaligus berharap Raja hanya bercanda.Tante? Kedengarannya sangat menggelikan.“Aku tidak sedang bercanda!”Raja menjawab tegas dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak sedang bercanda.“Kenapa anda plin-plan? Bukankah anda sendiri yang memintaku untuk memukul anda?” sindir Raja.Margareth menelan ludah. Dia tak menyangka Raja benar-benar ingin memukulnya, padahal ucapannya barusan hanyalah sebuah permintaan palsu untuk menarik simpati semua orang.Namun, sayangnya Raja bukanlah orang bodoh. Dia bahkan mengangkat alisnya menunggu jawaban dari Margareth.“Jadi, bagaimana? Sudah siapkah anda mendapatkan pukulanku?”Margareth tidak menjawab. Dia semakin tersudut kala meliha
“Bahkan ini baru permulaan!” ucap Raja serius. “Masih ada hukuman lain yang harus kalian terima. Tapi tenang saja, aku tidak akan sampai membunuh kalian. Kecuali kalian ingin mati, aku bisa membantunya.”Margareth dan Radit terkejut bukan main. Mereka seolah tidak percaya mendengar ucapan itu.Sementara, Nugraha dan Ayyara percaya kalau Raja hanya menggertak kedua orang itu untuk memberikan efek jera.“Iblis kamu, Raja!” Raut wajah Margareth mengerut. “anakku bersalah. Dia berbesar hati menerima hukuman untuk menebus kesalahannya, tapi bukan berarti kamu boleh menghukum anakku semaumu!” Radit menatap Raja dengan penuh amarah, “Siapa yang kayak binatang?! Aku atau kamu?! Aku akan melaporkanmu, bangsat!” suaranya meninggi. Sesaat dia menoleh pada Nugraha. “Kek, ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Raja mau membunuhku.” Tatapannya dengan cepat bergeser ke arah Ayyara. “katakan, apa sekarang kamu masih mau membela suamimu yang sangat bringas?”Seolah ada kesempatan, Margareth kembali m
“Iya atau tidak?!” Suaranya penuh penekanan. “ 5 tahun di kandang sapi? atau 10 tahun di penjara?!”Margareth dan Radit dibuat mati rasa. Mereka tidak tahu harus menjawab apa. Mereka semakin tak punya harapan kala melihat ekspresi Nugraha yang tampak menyutujui ide konyol menantunya.“Baiklah, aku beri kalian waktu satu menit!” tegas Raja.Di titik ini, Ayyara melihat Raja berganti menatapnya. Lantas dia menggerakkan bibirnya tanpa suara, “Apa, Mas?”“Begitu.” Hanya kata itu yang diucapkan Raja.Pupil mata Ayyara mengecil. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan Raja. Yang dia tahu sang suami pasti memberikan sebuah kode isyarat.“Apa, Mas?” Ayyara kembali menggerakkan bibirnya. “Direktur,” jawab Raja.“Direktur?” Alis Ayyara berkedut. Dia semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan suaminya. Apa hubungannya dengan situasi sekarang? “Mas?” Ayyara tidak sabar karena sedari tadi Raja hanya menatapnya tanpa memberi jawaban.“Nanti aku jelaskan,” jawab Raja, membuat Ayyara sedikit k