Sebelum tangan Marcel mengenai wajah Ayyara, sebuah kepalan tangan milik Raja terlebih dahulu masuk ke perut pria itu.Saking kerasnya, Marcel terlempar mendarat di lantai. Semua orang melongo tak percaya. “Ahh!” Marcel menjerit kesakitan sembari memegangi perutnya.Semua orang yang awalnya terdiam karena menghormati Ayyara, kini mereka mulai memaki kasar terhadap Raja.“Kamu gila, ya?! Dia Pak Marcel Putra Wirdoyo, anaknya Pak Ferdi, seorang pejabat sekaligus pemilik WNE Group.” seru salah satu pria denga nada penuh penekanan. “kamu sudah muak hidup?!”“Hidupmu bakalan tamat, aku berani taruhan!”Namun, Raja malah merogoh dan memainkan ponselnya, membuat semua orang semakin kesal.“Punya otak nggak sih, kamu?! Kok bisa ya Bu Ayya punya suami modelan kayak kamu? Sadar diri, kamu sudah malu-maluin istrimu di hadapan banyak orang!”Ayyara pun tak lepas dari sasaran kekesalan mereka.“Lihat tuh kelakuan suamimu! Kami menghormatimu karena prestasimu. Tapi kamu kok belagu ya jadi orang? B
“Marcel! Aku akan membunuhmu hari ini juga!” murka Ferdi sembari berjalan ke arah Marcel. “anak bajingan!”BUGH!Tanpa diduga oleh siapapun, Marcel mendapatkan hukuman dari Ferdi. Rasa sakit di perutnya belum sembuh akibat pukulan Raja, kini Ayahnya sendiri malah menambahkan dengan melayangkan pukulan ke wajah dan perutnya tanpa ampun.“Sudah berapa kali aku katakan! Jangan mengganggu Bu Ayya lagi!” Urat di pelipis Ferdi menyembul. “anak kurang ajar! Kamu selalu bikin masalah! Papa malu punya anak kayak kamu!”Ferdi lalu menghampiri Raja dan Ayyara, “Maafkan anakku. Ini murni salahku!” sembari membungkuk, suaranya terdengar gemetar.Tentu saja semua orang yang menyaksikan pemandangan ini langsung melongo. Alangkah terkejutnya mereka melihat Ferdi yang disegani dan memiliki koneksi kuat di Nusantara itu begitu panik sampai suaranya berubah.Dari tempatnya berdiri, Marcel merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Wajahnya memerah dan pipinya memanas menahan malu.“Bapak ingat 'kan apa konsek
“Sepertinya wajahmu sudah tidak asing lagi,” ucap pria tua itu.“Mungkin Bapak melihat wajah saya di koran atau di televisi,” balas Ayyara dengan senyuman kecil.Pria tua itu masih mengamati Ayyara, “Jujur saya tidak terlalu memperhatikan detail wajah setiap orang yang akan hendak bekerja sama dengan saya. Tapi setelah bertemu dengan anda, saya merasa seperti mengenal anda di masa lalu,” ucapnya sembari mengingat-ingat. “kalau boleh tahu siapa nama orang tua anda?”“Orang tua saya meninggal semenjak saya masih kecil, Pak,” jawab Ayyara. “saya diasuh Kakek saya.”“Maaf, saya tidak bermaksud menyinggungnya,” kata pria tua itu.Ayyara mengangguk disertai senyuman kecil, “Tidak apa-apa, Pak.”Pria tua itu menoleh ke arah Raja. “Anda suami Bu Ayya?”Raja dan Ayyara senang dengan tutur bahasanya yang sopan, menandakan kalau pria tua itu begitu menghormati orang lain.“Benar, Pak. Nama saya Raja,” tutur Raja. “Senang bertemu dengan anda. Nama saya Bambang,” Pria tua itu tersenyum ramah. D
“Ada apa lagi, Anton?” tanya Raja. “Maaf, Pak Raja. Aku lupa nanti malam ada undangan dari walikota untuk datang ke pesta hari jadi pernikahannya. Mungkin Pak Raja ingin menghadirinya?” “Tidak. Aku tidak tertarik,” jawab Raja datar. “Baiklah kalau begitu, Pak.” *** Hari berlalu begitu cepat. Perusahaan Jaya Kosmetik sudah diresmikan, menandakan hari itu juga semua karyawan bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sebagai pimpinan perusahaan, Ayyara tidak menunjuk sikap angkuh. Justru dia berbaur dengan semua lapisan karyawan. Dia tidak menganggap mereka adalah bawahannya, melainkan sebagai teman kerja. Tentu semua karyawan semakin kagum dan menyukai kepemimpinan Ayyara. Mereka pun merasa iri dengan Raja yang mendapatkan cintanya Ayyara. Ibaratkan seorang rakyat jelata yang menikahi seorang ratu. “Bu Ayyara sudah cantik, pintar, baik … dia memang idaman para lelaki. Tapi sayang dia malah punya suami miskin kayak Raja.” “Heran aku. Kok bisa ya Bu Ayya jatuh
“Siapa yang membayar kalian?!” tanya Raja. “katakan, Rudi!”Raja menyadari bahwa hari ini dia lengah, karena tak menduga teman barunya bernama Rudi memiliki niat jahat untuk mencelakainya.Rudi semakin ketakutan melihat tatapan Raja begitu mengerikan, membuat tubuhnya bergetar sejadi-jadinya.“Ma-ma-af, Ra-ja.” Saking takutnya, suara Rudi gagap dan nyaris tak terdengar. “aku … terpaksa melakukan ini karena aku butuh uang. Ada seorang yang membayar 20 juta kepadaku.”“Aku tidak suka main tebak-tebakan. Katakan dengan jelas, Rudi!” bentak Raja.Rudi menelan ludahnya, tenggorakan terasa tercekat dan keringat dingin di tubuhnya bercururan.“Dia mantan pejabat Pemerintahan. Dia saat ini ada di dalam penjara,” ucap Rudi dengan suara bergetar.“Sepertinya kamu tidak mengerti ucapanku, Rudi. Apakah aku perlu memberitahumu lewat pukulan?” Tatapan Raja penuh penekanan.Melihat Raja seperti seekor singa yang hendak memakannya, tubuh Rudi semakin bergetar hebat. Bahkan detakan jantungnya terdenga
“Sepertinya kamu punya tugas tambahan,” ucap Raja sembari melihat ke arah sosok pria yang tak lain dan tak bukan adalah Marcel.Anton mengangguk mengerti, “Segera aku bereskan, Pak,” katanya sembari mengeluarkan ponsel dari saku jaket.Anton menggeser layarnya. Dia menghubungi Ferdi. Di dering ke tiga telepon tersambung.“Ya, Pak?” suara Ferdi terdengar senang. “Ada yang bisa saya bantu?”“Orang-orangku melihat anakmu ada di klub malam. Apakah itu pantas?” Suara Anton begitu pelan. “Semua perusahaan yang menjalin kerja sama dengan Prince Group, harus menjaga sikapnya di luar sana!”“Maaf, Pak. Saya akan–” Suara Ferdi terdengar panik.Namun, belum sempat Ferdi menyelesaikan kalimatnya, Anton memutus sambungan sepihak.Benar saja, tak berselang lama ponsel Marcel berdering. Awalnya dia menghiraukan dan terus menikmati sentuhan-sentuhan yang diberikan wanita kupu-kupu malam.Namun, raut wajahnya berubah kesal mendengar ponsel miliknya terus berdering,“ Sialan! Siapa yang menggangguku?” u
“Aku mau kepalamu!” seru Anton begitu dingin.Seketika suasana di tempat itu berubah mencekam. Beberapa wanita barusan yang mendekati Raja dan Anton, mulai berbalik mundur perlahan-lahan.“Tidak masalah jika kamu takut. Taruhan di batalkan,” ucap Anton kemudian.Di titik ini raut wajah Joni masih tampak begitu semringah. Dia merasa yakin mampu memenangkan taruhan penuh berisiko ini. Dia tidak mungkin melewatkan kesempatan emas yang bisa membuat kekayaannya bertambah 1 miliar.“Siapa bilang aku takut? Justru aku tidak sabar ingin segera memulainya,” ucap Joni penuh percaya diri.Joni menyunggingkan senyuman meremehkan kala melihat Pria bertopeng satunya maju lebih mendekat.“Aku punya kemampuan banyak jenis bela diri. Kamu pasti k.o dalam hitungan detik.” Tatapan Joni penuh mengintimidasi, bermaksud menjatuhkan mental lawannya.Melihat pria itu tak merespon, Joni semakin merasa berada di atas angin, “Aku sarankan kamu menyerah sebelum wajah di balik topengmu babak belur. Katakan pada b
Tendangan Anton membuat Haston jatuh terlentang di lantai. Semua orang yang menyaksikannya tampak semakin ketakutan, apalagi mereka tidak bisa keluar dari tempat ini yang dijaga oleh banyak pria bertopeng.Anton maju dan menginjakkan kakinya di perut Haston.“Jangan! Lepaskan!” Haston menjerit kesakitan.“Sekarang katakan siapa saja oknum polisi yang memberi izin klub malam ini beroperasi?” tanya Anton sembari menekan kakinya di perut Haston.“Am-pun.” Haston terengah-engah akibat perutnya terinjak. “saya akan memberitahu semuanya.” Haston pun menyebutkan oknum polisi maupun pejabat yang sering datang ke klub malam ini. Nama yang disebut salah satunya adalah Marcel Putra Wirdoyo yang merupakan pelanggan setia.“Baiklah. Sekarang kamu akan menerima hukuman yang setimpal. Semua ucapanmu terekam jelas,” ucap Anton sembari mengeluarkan alat perekam kecil di saku celananya. “aku akan menyerahkan rekaman ini ke pengadilan pusat.”Di tengah kesakitannya, Anton terlihat begitu panik, “Tolong