Kali ini yang datang bukan orang yang sama atau Dimas, tapi para pengawal Kevin yang lain.Melihat dari penampilannya saja sudah membuat Galen bergidik ngeri, apalagi mendengar bentakannya yang seperti tadi.Galen justru menganggap ini adalah orang kepercayaan sang mafia.“Saya sudah membayar utang saya barusan. Jadi kalian silahkan pergi dari rumah ini,” ucapnya lirih.Seringai licik terbit dari sudut bibir salah satu pria yang mendekati Galen.“Kau kira kami siapa hmmmm?” tanyanya sinis.Galen seperti orang dungu dan memilih untuk menggeleng.“Kami adalah orang suruhan Tuan Adamson, beliau meminta kami untuk datang memberitahu kalian segera mengosongkan rumah ini.”Mika Johanes menggeleng, “ada apa ini Pa? Siapa mereka?” tanyanya penuh amarah.“Mereka orang suruhan pemilik baru rumah ini, sebaiknya kita berkemas sekarang,” sahutnya.“Apaaaaaa?” Mika tampak sangat terkejut. “Papa sudah menjual rumah ini?” tanyanya.“Rumah dan semua aset kita disita bank Ma, dan tadi sudah dilelang.
“Aku akan mencarikan pelayan agar kau ada yang menemani di rumah ini saat aku harus bekerja,” ucap Kevin pada sang istri.Zara hanya mengangguk, dia tidak akan pernah menghalangi suaminya untuk bekerja, tapi entah kenapa rasanya ada yang kurang.“Apa aku boleh ikut?” tanya Zara.Kevin tersenyum, “suatu saat aku akan mengajakmu ke mana pun aku melangkah. Biarkan dulu aku menyelesaikan misiku,” tuturnya.Zara kembali mengangguk. Biarlah dirinya akan menghabiskan waktu hanya dengan melukis.“Apa kau mau bekerja? Mungkin kau ingin menjadi pimpinan di kantor kakek?”Zara menatap sang suami penuh tanya.Kevin tampak gugup, “maksudku itu kan sudah dibeli oleh atasanku. Kalau kau mau belajar memimpin perusahaan itu aku bisa membicarakannya dengan Bosku.”Kali ini Zara menggeleng.“Menerima tawaranmu justru membuatku semakin sulit melupakan kenyataan yang ada. Apa kau tidak sanggup membayar sewa apartemen ini sampai harus menyuruhku bekerja?”Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia te
Kevin mendorong tubuh wanita penghibur itu hingga tersungkur di lantai. Dia mendengar wanita itu meringis menahan sakit.“Aku datang ke tempat ini untuk bertemu dengan Tuan Baron, tapi sayang beliau malah pakai cara kotor untuk menggodaku,” ucap Kevin marah.Wanita penghibur itu tak terima dengan umpatan Kevin. Dia berniat melawan, namun bukan Kevin namanya kalau membiarkan lawannya menang.“Kau boleh pergi sekarang sebelum aku melemparmu keluar dari ruangan ini!”Wajah Kevin tampak sedang menahan marah membuat sang wanita bergidik ngeri dan memilih pergi dari ruangan itu.Kevin kembali duduk.Namun sudah satu jam menunggu sang mafia tak kunjung datang hingga membuat Kevin melangkah keluar menuju ke parkiran. Namun siapa sangka saat di lobby dia bertemu dengan Tuan Baron.“Tuan Adamson, bagaimana pelayanan wanita yang saya berikan untuk anda. Itu adalah wanita terbaik yang tempat ini punya,” ucapnya penuh percaya diri.Ingin sekali rasanya Kevin memberi bogem mentah pada sang mafia,
Kevin merapikan kembali jas kerjanya, lalu berdiri dan mendekati sofa.Dia masih bisa memberi senyum manis pada Tuan Baron. lalu mempersilahkan sang mafia untuk duduk dan minum air mineral yang sudah disediakan di meja sofa.“Saya datang ke sini, ingin minta maaf atas kejadian tadi malam Tuan. Saya pikir anda sama dengan pebisnis lainnya,” ujarnya.Kevin memberikan senyum tipis, “saya sangat menyesal sudah mengecewakan anda,” sambungnya lagi.Kevin tahu dalang dibalik pembunuhan keluarganya adalah sang mafia, dan mungkin dia kembali untuk mengincar nyawa Kevin.Sayangnya sang mafia belum tahu kalau Kevin tak mudah untuk dilumpuhkan.“Lupakan saja Tuan, mungkin nanti kita bisa mulai semua dari awal,” tutur Kevin.Mereka pun mulai berbincang kembali dan akan mengatur jadwal ulang untuk bertemu membahas yang sudah tertunda.Satu jam di sana sang mafia pun pamit dari kantor Kevin.Siang harinya Kevin ditemani oleh bagian marketing ke kantor pusat yang merupakan seorang wanita untuk meetin
Kota West Country dan segala gemerlap dunia malamnya. Kota ini memiliki beberapa klub dan bar paling keren. Kehidupan malam, teman kencan, tempat romantis, hingga tempat minum-minum West Country memilikinya dan tersebar di berbagai penjuru.Begitu pun dengan Kevin, weekend ini dia memutuskan pergi ke bar untuk bersenang-senang. Sudah lama dia tidak menghabiskan waktu dengan minum-minum sampai mabuk, hari ini Kevin baru bisa merealisasikannya."Ayo Kevin, minum lagi. Ini masih nanggung. Kita ke sini untuk melepas penat dan berdamai dengan semuanya, iya, kan?"Kayla menuang anggur ke dalam gelas milik Kevin, padahal itu sudah gelas ketiga, tapi wanita itu terus memaksanya untuk meminum kembali alkohol itu.Ya, malam ini Kevin tidak sendiri. Dia ditemani mantan kekasihnya yang merangkap sebagai sahabat. Setelah dua Minggu berlalu, mereka semakin dekat dengan dalih persahabatan.Kevin langsung melepas botol alkohol dari tangan Kayla dan berbalik menuangkan isinya pada gelas milik gadis
Kevin kembali menenggak minuman keras itu dalam satu tegukan. “Aku benar-benar tak percaya ternyata kau mampu menemukan wanita lain yang menggeser aku dari hatimu.” Jujur sekuat hati Kayla mencoba menahan rasa sakitnya. Tujuannya datang ke Kota West Country adalah untuk mencari Kevin dan mengajaknya kembali berpacaran. Tapi Kayla tak kehabisan akal, dia yakin bisa tetap menjadi satu-satunya wanita yang Kevin cintai seperti dulu. “Wanita seperti apa sih dia? Aku jadi penasaran deh,” ucapnya lagi. Kevin masih sadar untuk tidak menyebut nama Zara di depan Kayla, dia juga tidak mengatakan kalau dirinya sudah menikah. Kevin takut urusannya akan panjang kalau sang paman tahu semuanya. Dia hanya menegaskan kalau di hatinya sudah ada satu nama yang sudah menggeser Kayla. "Dia perempuan yang baik, saat aku benar-benar kacau dia memberiku kebahagiaan yang berbeda, yang membuatku lebih baik. Jadi, aku berharap apapun yang terjadi bisa bersamanya terus." Sejujurnya Kayla juga merasa bersal
"Karena aku sibuk dan untuk apa juga kau menelepon sesering itu? Ajaklah siapa pun, memangnya kau tidak bisa pergi sendiri, Kayla?" tanya Kevin. Kayla menggeleng dan menjelaskan bahwa dia hanya ingin ditemani oleh Kevin, bukan pria lain yang tak dia kenali."Aku hanya ingin mengajakmu menghabiskan malam bersama, memangnya tidak boleh? Aku tidak mengajakmu untuk kencan. Aku hanya minta ditemani," jawab Kayla.Dia menatap Kevin seakan memohon agar pria itu mengiyakan ajakannya kali ini.Seakan jika tidak pergi Kayla akan menderita. Dia tidak suka diabaikan, apalagi permintaan wanita itu tidak sulit. Dia hanya ingin Kevin bersenang-senang dan melupakan pekerjaannya dulu."Hanya itu?" tanya Kevin lagi. Sejak tadi ia sangat penasaran dan bertanya-tanya dalam hati kenapa Kayla mengajaknya ke klub' tiba-tiba."Ayolah, kenapa kau curiga padaku? Kita hanya minum-minum di sana seperti beberapa hari yang lalu, bukankah kita ini sahabat?"Pusing karena Kayla masih saja memaksa akhirnya mau tak
"Tentu saja, Kevin. Aku bisa melakukannya," bisik Kayla. Senyum iblis tergambar jelas di bibirnya. "Lagipula aku akan mengajakmu bersenang-senang malam ini. Kau tak perlu memikirkan kekasihmu sekarang, karena malam ini kau adalah milikku, Kevin.""Apa maksudmu?"Kayla mengetukkan ujung telunjuknya pada botol anggur. "Di dalam gelas itu ada obat tidur, aku hanya perlu menunggunya bekerja. Jangan khawatir, Sayang."*****"Kau berat sekali, Kevin!" keluh Kayla saat memapah pria itu dengan susah payah memasuki kamar hotel.Hotel itu memang sudah ia siapkan sebelumnya. Untuk apa? Tentu saja untuk menjebak Kevin, wanita itu akan membuat skenario murahan untuk menghancurkan hubungan antara Kevin dan Zara. Persetan jika rumor ini tercium oleh media, yang jelas, Kayla akan membuat hubungan keduanya hancur.Kayla tersenyum sarkastik, dia merasa menang karena berhasil merobohkan dinding pertahanan lelaki itu. Di atas ranjang Kevin sudah terkapar dan hilang kesadaran.Penampilannya begitu acak-