Share

22. Memulai

Nadhif sebentar mengerutkan dahi dan menaikkan alisnya memandang Nadina. Pemuda itu tampak sangat berharap mendapat jawaban dari Nadina atas kebingungannya yang seketika datang itu.

Nadina sejenak memegang ujung bibirnya sebagai pertanda apa yang sang bibi katakan ada hubungannya dengan bibir luka milik Nadhif.

Nadhif dengan segera meraba ujung bibirnya, dilihatnya jari jemarinya usai menyentuh bibir itu pelan. Warna merah membasahi jarinya.

“Astaga! Sepertinya saya sudah membersihkannya tadi di toilet dan sudah tidak keluar lagi. Kenapa saat berada di hadapan keluarga dia malah tampak bebas keluar seperti ini!” batin Nadhif.

“Aah, sudahlah! Tidak apa-apa! Tidak perlu malu seperti itu! Kita semua juga pasti pernah mengalami ini bukan?!” sergah sang bibi memandang Aminah mencari persetujuan wanita itu.

“Jangan membuat mereka malu. Ayo segera duduk dan makan Nadhif, Nadina!” kekeh Aminah.

Nadhif dan Nadina segera duduk di kursi makan mereka dengan perasaan canggung yang amat memba
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status