Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas38. Lelaki Sampah (Bagian A)Karena posisiku yang tidak begitu jauh dari mereka, aku bisa mendengar ucapan-ucapan mereka dengan sangat jelas. Apa? Apa maksudnya ini? "Bu, kenapa dia di sini?" tanyaku pada Ibu yang sudah berhenti menangis dan duduk sendirian, menatap ke arah Kak Ambar dan wanita itu yang sedang adu mulut dengan pandangan kosong."Di—dia," ucapan Ibu menggantung, seolah dia mampu untuk meneruskan kalimatnya."AKU JUGA ISTRINYA!" pekikan dari salah seorang wanita itu terdengar dengan sangat jelas.Aku terperangah kaget, dan segera menoleh ke arah Ibu dengan pandangan bertanya-tanya. Melihat Ibu yang mengangguk dengan lemah, membuat aku langsung bisa menarik kesimpulan dan menghubungkan semua benang merah ini."Kalau kau istrinya, terus kenapa?" Kak Ambar membalas sengit. “Apakah aku harus bersujud di kakimu?” tanya Kak Ambar dengan ketus."Pakai otak kau Ambar, tega sekali kau mau memasukkan suami kita ke penjara!" katanya wanit
39. Lelaki Sampah (Bagian B) Ibu berkali-kali menghela nafas, pasti merasa sangat shock dengan segala keburukan menantu kesayangannya yang selama ini dia puji-puji setinggi langit. Dia bahkan tidak ikut berkomentar saat Kak Ambar dan Mbak Tuti bersitegang. Seolah-olah jiwanya entah tengah di mana. "Heh, Galuh! Aku juga akan menuntutmu karena telah menghajar suamiku!" katanya pongah. Aku terdiam, tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Bagaimanapun ucapan Mbak Tuti itu benar? Bang Galuh bisa jadi ikut masuk penjara karena sudah menghajar Bang Gery hingga babak belur. "Tuntut saja, aku hanya membela kakakku yang dipukuli oleh suami sampahmu itu," ejek Bang Galuh dengan santai. "Sudah pencuri, KDRT lagi, aku yang akan membuat suamimu itu berada di penjara dengan waktu yang sangat lama," katanya lagi. Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Bang Galuh, apa iya bisa seperti itu? Entahlah, nanti aku akan mencari tahu. Lagi pula, tidak akan aku biarkan suamiku terkena kasus. Enak saja! Bang
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas40. Adu Bacot (Bagian A)"Bu …."Mbak Tuti yang masih berada di halaman langsung menghambur dan memeluk tubuh seorang wanita paruh baya, di belakang mereka terlihat seorang anak kecil dan juga seorang wanita muda yang mungkin seumuran denganku, sedang berjalan menghampiri mereka yang tengah berpelukan.Aku mengenali mereka sebagai mertua Kak Ambar dan juga Adik iparnya, bukankah seharusnya Ibra menginap di rumah mereka malam ini? Ataukah gosip mengenai Bang Gery yang dihajar oleh bang Galuh sudah sampai ke telinga mereka?Aku tidak mau menebak-nebak, lagipula aku memang tidak terlalu akrab dengan keluarga Bang Gery yang aku anggap terlalu hedon. Berbeda dengan keluarga Bang Abdul yang religius, aku jelas lebih merasa nyaman berada di tengah keluarga besar suami kak Dewi.Aku melirik Kak Ambar, terlihat dia memutar bola mata dengan malas. Apa dia tidak terkejut? Bukankah suatu kejutan saat kau melihat istri simpanan suamimu, terlihat sangat dekat
41. Adu Bacot (Bagian B)Tidak terpancar sedikitpun keragu-raguan dari suara Kak Ambar, ternyata tekadnya sudah bulat dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya yang toxic ini."Jangan bodoh kamu Ambar! Dimana lagi ada laki-laki seperti Gery yang mau sama kamu, anakku itu ganteng!" kata mertua Kak Ambar dengan sengit."Iya, Abangku itu ganteng. Mbak nggak bakalan dapat suami seperti Abangku itu lagi sampai kapanpun, memangnya ada laki-laki yang mau sama janda?" Sarah ikut menimpali, mereka seolah sedang mendoktrin pikiran buruk di kepala Kak Ambar.Wah, aku agak sedikit dejavu dengan kata-kata itu, haruskan aku mengeluarkan balasan yang sama?"Wah, Ibu ini kok begitu sih? Anaknya salah malah dibela," kataku sambil berjalan mendekat dan duduk di samping Kak Ambar."Jangan ikut campur kamu!" kata Sarah dengan nada ketus, terlihat sekali kalau dia tidak menyukai kehadiranku."Lah, kamu membela kakakmu mati-matian. Ya jelas lah, aku membela kakakku juga!" kataku santai. "Lagi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas42. Keluarga Gila (Bagian A)"Bila tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, kalian boleh pulang sekarang!" kata Kak Ambar setelah beberapa saat dilalui dengan keheningan."Kau mengusir kami?" tanya mertua Kak Ambar dengan ekspresi tidak percaya. “Bagaimana bisa kau bersikap sangat tidak sopan begini, Ambar?” tanyanya lagi dengan nada yang sangat tersakiti."Tidak, kalau kalian masih mau di sini juga tidak apa-apa. Karena aku mau masuk ke dalam dan istirahat," ucap Kak Ambar pelan. “Silahkan jika kalian mau di sini, jika membutuhkan tikar maka aku akan mengambilkannya!” lanjutnya dengan santai."Wah, wah, sombong benar kau Ambar!" Mbak Tuti tiba-tiba nyeletuk. “Tidak ada sopannya kau pada mertuamu sendiri, pantas Bang Gery membencimu!” lanjutnya emosi.Dia seolah tidak terima karena mertuanya diusir. Lah, bagaimana coba? Memangnya mereka mau di sini sampai kapan? Orang juga butuh istirahat, Kak Ambar butuh untuk menenangkan dirinya."Loh, kalian ma
43. Keluarga Gila (Bagian B)Wajah mereka langsung berubah pias, dan aku bisa melihat kegugupan dari gestur tubuh mereka. Sepertinya tebakanku benar!"Apa maksudmu? Kau kira kami pengemis?" tanya Sarah tak suka. “Seenaknya saja kamu menuduh kami begitu, keluargaku bukan orang miskin!” lanjutnya emosi."Tapi kenyataannya memang begitu, abangmu menjadi benalu di keluarga ini untuk diberikan hasilnya pada kalian!" kataku tajam. "Bahkan hasil curiannya itu pun, masuk ke kantong kalian. Jangan kalian pikir aku tidak tahu!" kataku menebak, aku berjudi kali ini. Semoga saja tebakanku benar.Puas! Aku sangat puas saat mereka pucat pasi, seolah aliran darah telah meninggalkan wajah mereka. Tebakanku benar ternyata."Seharusnya kalian meminta maaf pada keluarga kami, karena Bang Gery sudah mencuri, melakukan tindak KDRT pada kakakku dan berselingkuh dengan Mbak Tuti. Bukannya membela dia dan menekan Kak Ambar agar tidak jadi bercerai dengannya. Satu alasan yang jelas, kalian juga ikut menikmati
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas44. Kejujuran (Bagian A)"Ini, Ibu makan dulu. Kita belum sempat makan tadi kan?" kata Kak Ambar sambil membawa sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asapnya.Harum nasi goreng menusuk hidungku, langsung sukses membuat aku lapar. Aku melirik Kak Ambar, dia menyerahkan nasi goreng itu kepada Ibu dan menduduki sisi ranjang yang sama dengan Bang Galuh."Cuma satu, Kak?" tanyaku padanya."Banyak, di dapur sana," katanya tanpa menatapku."Oke, Abang mau?" tanyaku bersemangat.Yes!Makan nasi goreng dalam keadaan lapar malam-malam, adalah salah satu kenikmatan duniawi yang haqiqi. Masa bodoh dengan diet! Besok-besok bisa di ulangi lagi."Mau, Dek. Sepiring berdua aja, suapin ya," ucapnya sambil nyengir.Aku bergegas menuju dapur dan mengambil sepiring nasi goreng, tak lupa seteko air turut ku bawa ke kamar Ibu. Untung saja kamar Ibu adalah kamar utama di rumah ini, luasnya hampir seperti luas ruang tamu. Jadi kami bisa leluasa bergerak di dalam
45. Kejujuran (Bagian B)Namun suasana yang sepi, dingin dan sunyi, mampu membuat telinga kami semua mendengar ucapan lirih Kak Ambar dengan sangat jelas."Kapan?" tanyaku lagi."Lima bulan yang lalu!" katanya singkat.Allah, Allah, Allah ….Lima bulan yang lalu? Itu sudah sangat lama."Astaghfirullahaladzim." Aku mengelus dada pelan. "Kakak tahu?" tanyaku memastikan. Dia mengangguk singkat dan membuang nafas kasar. Matanya menatap jendela kamar Ibu dengan pandangan kosong, bulir bening yang sedari tadi ditahannya akhirnya jatuh juga."Malam itu, Ibu menginap di rumah bude. Dia pulang sambil bernyanyi senang, aku mengintrogasinya dan dia pun mengakui. Aku marah, mengamuk sejadi-jadinya! Aku menamparnya, tapi dia berang dan kalap melakukan KDRT pertamanya malam itu," katanya pelan."Kakak hancur, tapi tubuh kakak yang sakit tidak sebanding dengan hati kakak yang terkoyak habis. Apa hebatnya Tuti? Apa kurangnya aku? Kakak selalu mempertanyakan hal itu padanya," kata Kak Ambar lagi.Ka