55. Kesadaran yang baru (Bagian B)"Nah, nah, Ibu tidak belajar kan?" kataku lagi. "Sekarang saja Ibu bisa kehilangan uang dengan mudah, jika Allah ambil harta Ibu dalam keadaan Ibu sedang sakit bagaimana?" tanyaku menantang.Dia terdiam, dan sedikit merenung. Kak Dewi dan Kak Ambar hanya diam melihat, mereka pasti penasaran dengan akhir pembicaraan kami. Sedangkan Bang Galuh dan Bang Abdul lebih ke arah memahami segala ucapanku."Tapi, Ibu punya BPJS!" kata Ibu sambil mengejek."BPJS? Lah, semisal lah pengobatan Ibu gratis, emangnya Ibu nggak perlu biaya operasional untuk bolak balik ke rumah sakit? Untuk makan dan lain-lain?" tanyaku lagi.Dia kembali diam, dan aku segera berucap cepat saat aku lihat dia ingin mengucapkan sesuatu."Kalau Ibu bilang punya Kak Ambar dan Kak Dewi, iya kalau mereka juga punya uang! Rezeki orang siapa yang tahu?" tanyaku lagi.Ibu kembali diam merenung, dan tidak mengeluarkan sepatah katapun lagi untuk membantahku. Aku kembali bersiap melanjutkan petuahk
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas56. Salah paham (Bagian A)"Ehemmm …."Kak Dewi berdehem, mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa beku dan juga dingin. Aku bisa melihat rahang Bang Galuh yang mengeras. Tangannya mengepal menahan amarah, dia menatapku tajam.Tapi aku salah apa? Bukan aku yang cari perhatian! Salahkan saja Pak Suryo yang tertarik! Lagian, aku juga sadar aku ini sudah bersuami. Dasar cemburuan! batinku menjerit gemas.Aku saja tidak pernah cemburuan. Walau yang suka sama Bang Galuh itu bejibun, aku sama sekali tidak pernah ambil pusing. Bahkan saat Sarah kesini, aku tidak cemburu. Dan, ya! Sarah adik Bang Gery itu dulu pernah menjadi mantan Bang Galuh sewaktu di SMA. Namun, aku biasa saja, tuh! Lagian, kenapa pula kesalahpahaman ini bisa terjadi sih? Pak polisi ini terlalu polos, atau penyampaian Ibu yang salah?Aku kan tidak menyukainya, jadi salah besar jika Bang Galuh marah padaku. Aku lantas memalingkan wajahku ke arah Pak Suryo, aku memindai penamp
57. Salah paham (Bagian B)Dan menambah kerunyaman yang ada, Bang Galuh bisa saja ikut menghajar Pak polisi ini seperti dia menghajar Bang Gery tadi malam."Umur Nak Surya berapa? Masih semuda ini sudah jadi seorang Kanit, hebat loh!" kata Ibu takjub."Umur saya 28 tahun, Bu!" kata Surya sopan."Wah, seumuran Galuh, ya Wi?" tanya Ibu memastikan pada Kak Dewi."Iya, Bu," jawab Kak Dewi sambil mengangguk."Galuh? Siapa, Bu?" tanya Surya penasaran."Itu, anak Ibu," tunjuk Ibu pada Bang Galuh yang hanya diam. "Anak lanang satu-satunya!" kata Ibu lagi."Bang Abdul ini siapa jadinya, Bu? Bukannya anak Ibu juga?" tanya Surya pada Ibu."Dia menantu Ibu, suaminya Dewi, anak Ibu yang paling besar." Ibu menunjuk kak Dewi. "Itu Ambar, anak saya yang nomor dua," kata Ibu lagi, kali ini dia menunjuk Kak Ambar."Galuh anak Ibu yang nomor tiga?" tanya Surya pada Ibu.Ibu mengangguk membenarkan, dan Surya pun segera menghadap ke arah Bang Galuh dengan lengkungan indah yang tercipta di bawah hidungnya.
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas58. Rahasia Masa Lalu (Bagian A)"Hei, Bung!"Suara Bang Galuh terdengar serak, dan dia menatap Surya dengan tajam. Urat tangannya tercetak jelas saat dia menggebrak meja dengan kuat, karena sangking kerasnya gebrakan itu kami semua terlonjak kaget.Sedangkan pelakunya hanya diam dan berlagak seolah tak terjadi apapun, sedangkan Surya membalas tatapan Bang Galuh dengan polos. "Ya?" tanya Surya polos.Aku hampir menepuk jidatku, Surya ini bukanlah seperti polisi pada umumnya yang terlihat garang dan tegas. Dia lebih terlihat sangat polos dan juga baik hati, wajahnya selalu tersenyum dan juga memancarkan aura kebahagiaan.Mungkin saja dia menangkap penjahat dengan cara memberi bunga, dan bukannya menodongkan pistol."Ayo berkenalan dengan benar!" kata Bang Galuh pelan."Dia!" Bang Galuh menunjukku. "Adalah Ellena," lanjutnya."Oh, nama Adik Ellena?" tanya Surya bersemangat, dia menatapku sambil berbinar."Ehemmm …." Bang Galuh berdeham, dan sukse
59. Rahasia Masa Lalu (Bagian B)"Astaghfirullahaladzim, tentu saja tidak, Bu!" katanya histeris. "Ya Allah, saya bahkan lupa tujuan awal kalau tidak Ibu ingatkan," katanya malu."Tidak apa-apa, Nak Surya. Memangnya ada apa?" tanya Ibu lembut.Kami semua fokus mendengarkan apa yang ingin Surya sampaikan, kalau sampai dia jauh-jauh datang ke sini, pasti hal ini sangat penting dan juga darurat."Begini, Bu! Ada yang melapor pagi ini ke kantor, bertepatan setelah Bang Abdul pulang!" katanya memulai pembicaraan."Lalu?" tanyaku tak mengerti.Bukankah wajar jika ada yang melapor? Kan, di sana kantor polisi! Apa istimewanya hingga dia mengatakan hal ini pada kami semua?"Yang menarik adalah dia juga melaporkan saudara Gery!" tukas Surya cepat.Kami semua terdiam, terutama Kak Ambar. Dia melotot kaget mendengar berita ini. Apalagi kali ini? Kenapa banyak sekali kasus yang dilakukan Bang Gery, sih?"Apa kasusnya?" tanya Bang Galuh cepat."Penipuan! Gery meminjam uang sebesar seratus juta deng
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas60. Pasangan Uwu (Bagian A)"Kamu senang kan, Dek?!"Aku yang sedang mengeringkan rambutku langsung terdiam dan menatap wajah Bang Galuh melalui pantulan cermin meja rias dengan pandangan bertanya. Dia terlihat duduk di bibir ranjang sambil melirik ke arahku dengan pandangan tajam, seolah ingin menguliti aku hidup-hidup.Aku mengerutkan kening, senang? Senang kenapa? Ini bukan ulang tahunku, bukan pula ulang tahun pernikahan kami. Dan Bang Galuh juga tidak ada memberiku hadiah hari ini, baik itu sebuah cincin pun seikat bunga.Lalu, kenapa aku harus senang?"Maksud Abang, apa?" tanyaku tak mengerti. “Aku nggak paham,” kataku dengan lugas.Daripada dipendam dan menjadi penyakit hati lebih baik aku bertanya saja, biar jelas. Lagian sekarang ini wajah Bang Galuh sangat tidak enak dilihat, dia seperti orang tengah menahan BAB. Kecut, masam, dan juga jelek. Aku juga heran, kenapa dia merengut saja sedari tadi. Diajak ngomong malah diam, aku diamkan
61. Pasangan Uwu (Bagian B)"Sayang …." kataku memulai aksi."Hm!" dehemnya seolah tak minat."Sayang …." kataku lagi dan bersandar manja di bahunya."Apa lo, Dek? Jangan dekat-dekat ih, Abang risih!" katanya jual mahal."Oh, ya sudah kalau masih marah," kataku cuek dan melepaskan pelukan. " Aku tunggu di kamar, ya Bang …." ucapku mendayu sambil mengerling nakal.Ha ha ha ….Tidak harus menunggu tiga detik, untuk jawaban dari Bang Galuh, karena dia langsung beranjak dan menggendongku memasuki kamar. Meninggalkan segelas kopi yang teronggok di meja, hingga menjadi dingin. Please, jangan kepo dengan apa yang kami lakukan! ~Aksara Ocean~"Bang! Bangun, mandi! Ayo sholat Subuh!" kataku pelan.Aku mengguncang bahu Bang Galuh dengan lembut, dia menggeliat dan ….BROOOOTTTT …."Ya Allah, Abang! Jorok banget!" pekikku sambil mengibas udara dengan telapak tangan.Gegasku membuka jendela, dan berharap bau busuk ini segera berlalu pergi dari kamarku. Sedangkan Bang Galuh sudah duduk di tepi ra
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas62. Bertemu Pak Jarwo (Bagian A)“Assalamualaikum, Pak!”Panggil Bang Galuh pada seorang lelaki paruh baya, yang tengah duduk santai di sebuah amben di bawah pohon jambu air yang tengah berbuah lebat. Air liurku hampir menetes, jambu merah yang nampak segar dan juga manis itu seolah tengah memanggil-manggil aku untuk segera mencicipinya.“Waalaikumsalam, siapa toh?” katanya sambil memicingkan matanya.“Galuh, Pak!” jawab Bang Galuh sambil menarikku untuk mendekat.“Galuh? Sini mampir, Nang!” kata Pak Jarwo semangat.Aku mengikuti Bang Galuh dengan canggung, bagaimanapun juga aku baru kali ini bertemu dengan Pak Jarwo. Di bayanganku, Pak Jarwo ini adalah sosok yang pendek, rada botak, dan juga punya sedikit kumis. Tapi perkiraanku salah, Pak Jarwo ini terlihat tinggi dan juga berambut lebat walau sudah memutih sebagiannya, kumisnya juga lebat dan melengkung.“Sama siapa, Nang?” kata Pak Jarwo sambil berbisik pada Bang Galuh.Dia menatapku pena