Share

Arsenio Diperalat

Taxi terus melaju di tengah gemerlapnya taburan lampu di sepanjang jalan. Meski saat itu Arsenio melihat kebingungan Jihan, namun Arsenio mengabaikannya. Arsenio terus fokus pada jalan yang hampir sampai membawanya menuju tujuannya.

Cklek

"Ayo turun," kata Arsenio saat mereka sampai. Jihan pun langsung turun saat melihat Arsenio yang sudah turun dari dalam taxi.

"Kita ada di mana Kak?"

"Tidak usah banyak tanya. Ikuti aku saja."

Arsenio melangkahkan kakinya, berjalan masuk ke dalam hotel yang sudah ia sepakati dengan omnya.

"Di mana Om Mahendra?" tanya Arsenio pada sekertaris omnya.

"Tuan sedang ada keperluan sebentar. Tadi tuan berpesan untuk meminta anda membawa wanita itu ke kamar langsung."

"Kamar berapa?"

"Kamar 306."

"Baiklah, aku akan ke sana."

Arsenio kembali melangkahkan kakinya, dan Jihan pun langsung mengikutinya.

Setelah melewati deretan kamar yang berjejer. Akhirnya Arsenio sampai juga di depan kamar yang ia tuju.

Cklek

"Kakak mau apa membawaku ke sini?" tanya Jihan yang terlihat mulai curiga.

"Jangan banyak tanya. Lebih baik kamu masuk ke dalam sana."

"Tidak. Aku tidak mau masuk."

"Oh, jadi kamu mau aku usir dari rumah?"

"Tidak Kak, tapi aku tidak mau masuk ke dalam sana. Aku takut Kak."

Mata Jihan mulai berkaca-kaca. Jihan benar-benar takut saat itu. Sementara Arsenio sama sekali tidak kasian melihatnya. Yah, saat itu hati nurani Arsenio tertutup dengan ambisinya.

"Takut apa? Aku hanya menyuruhmu masuk."

"Tidak Kak, aku tidak mau."

Arsenio mulai tidak sabar. Jika terus seperti ini. Jihan hanya akan mengulur waktunya. Arsenio pun mendorong Jihan agar dia mau masuk ke dalam kamar.

"Tidak Kak, aku tidak mau masuk."

"Cepat masuk."

Arsenio terus mendorong Jihan. Tenaga Jihan yang tidak sebanding dengannya, membuat Arsenio dengan mudah memasukkan Jihan ke dalam kamar itu. Arsenio pun langsung menguncinya agar Jihan tidak kabur.

Brakkkk

"Keluarkan aku, Kak."

Arsenio mendengar Jihan terus memohon dan menggedor pintu. Arsenio juga mendengar suara tangis Jihan dari dalam kamar. Namun hal itu tidak membuat Arsenio kasian padanya. Ambisius Arsenio untuk menjadi orang kaya terlalu besar. Membuat hati Arsenio mati. Arsenio mengabaikan Jihan, dan langsung pergi dari sana.

Tap tap tap

Langkah Arsenio berderap keluar dari dalam hotel. Tapi saat itu Arsenio tidak sengaja melihat omnya bersama seorang laki-laki yang sangat familiar baginya. Mereka ada di sebuah ruangan di dekat pintu keluar. Arsenio yang penasaran pun langsung berjalan mendekat. Arsenio menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.

"Aku sangat senang bisa bekerja sama dengan tuan Mahendra."

"Saya juga tidak kalah senangnya bisa bekerja sama dengan tuan David."

"Sebenarnya saya tidak habis pikir dengan keputusan anda ini. Padahal Arsenio keponakan anda, tapi anda malah membohonginya."

"Dia memang keponakan saya, tapi saya tidak akan semudah itu membiarkan harta yang sudah menjadi milik saya kembali padanya."

"Dasar tua bangka sialan!!!!!"

Arsenio mengepalkan tangannya. Dia marah. Ternyata omnya menipunya. Bahkan dia berkerja sama dengan musuhnya.

"Rencana anda ini memang sangat brilian. Anda tidak hanya menyelamatkan kekayaan yang kini sudah menjadi milik anda. Tapi anda juga mendapatkan hadiah dari Arsenio."

"Saya memang brilian jika harus berbuat licik."

"Br*ngsek. Aku akan membunuh kalian."

Mereka tertawa puas, membuat Arsenio semakin dikuasai amarahnya. Arsenio tidak terima. Arsenio ingin membunuh dua manusia biadab itu.

"Apa anda tidak ingin menikmati hidangan yang dibawa Arsenio?"

Deg

Arsenio langsung menghentikan langkahnya. Seketika itu Arsenio teringat dengan Jihan yang ia kunci di dalam kamar.

"Aku harus menyelamatkan Jihan."

Arsenio mengabaikan mereka, dan langsung berlari menuju kamar tadi.

Langkah Arsenio berhenti di depan kamar, namun Arsenio terkejut saat melihat pintu kamar terbuka. Arsenio pun langsung masuk ke dalam kamar. Sepi, tidak ada siapapun yang Arsenio lihat di dalam sana.

"Di mana Jihan?"

Arsenio berlari menuju kamar mandi. Saat Arsenio membuka pintunya. Arsenio tidak melihat Jihan di dalam sana.

"Aku ingat, Jihan aku kunci di dalam kamar ini. Tapi di mana dia?"

Arsenio pun mulai panik. Arsenio kembali berlari keluar. Arsenio mengedarkan pandangannya. Saat itu Arsenio melihat cleaning servis yang tengah mengepel lantai tidak jauh darinya. Arsenio langsung berlari mendekatinya.

"Maaf Pak, saya mau tanya."

"Tanya apa Mas?"

"Apakah Bapak melihat seorang wanita keluar dari dalam kamar itu," tunjuknya pada kamar.

"Oh, kamar itu ya Mas. Iya Mas, saya melihatnya."

"Di mana dia Pak?"

"Tadi saya melihat ada dua laki-laki yang membawanya pergi."

"Kira-kira ke mana ya Pak?"

"Maaf Mas, saya tidak tahu. Tapi, tadi mereka berjalan ke sana," tunjuknya pada life.

"Terima kasih ya Pak untuk informasinya."

"Iya Mas."

Arsenio pun kembali berlari menuju life. Arsenio yang panik. Tidak hentinya memencet tombol life. Sementara life tak kunjung terbuka.

"Sialan. Cepat buka."

Ting

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status