Minggu pun tiba, setelah Magdalena pulang dari ritual Minggu pagi bersama ayah dan ibunya, dia menjumpai sahabatnya sudah berada di teras depan rumah. Dany tampak melambaikan tangan melihat kedatangan sahabatnya.Setelah memarkirkan motor matic miliknya, Lena berjalan menghampiri sahabatnya."Ngapain lu jam segini udah ke rumah, Dan?" Tanya Lena sambil merogoh kunci rumah dari dalam tas putih."Gue kesini? Ya mau jemput lu, Na. Seperti janji gue kemarin." Dany mulai bangkit dari duduk, dan mendekati sahabatnya."Baru jam 10 ini, Dan. Apa gak terlalu awal?" Tanya Lena sambil mulai membuka pintu rumah.Tanpa diminta pun Dany langsung berjalan masuk mengikuti sahabatnya."Mana ayah dan ibu lu, Na?" Tanyanya lagi tanpa menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu."Ntar lagi juga sampe mereka, tadi mampir ke minimarket dulu." Jawab Lena mulai menghidupkan lampu dan kipas angin yang berada di ruang tamu rumahnya. Kemudian mendudukan diri di sofa biru."Oke, kita tunggu nyokap bokap lu baru kita
Dany menjalankan motornya mengikuti peta navigasi yang mengarahkan. Selama 30 menit perjalanan, sampailah mereka di sebuah rumah mewah yang berada di kawasan perumahan elit.Bangunan berlantai dua, dengan tiga mobil yang terparkir di halaman rumah yang sangat luas itu. Bangunan bercat biru langit yang tampak megah dipandang. Dany dan Lena sempat merasa terkejut dengan penampakan rumah itu. Dia mulai membuka ponselnya dan memastikan alamat lokasi yang dikirim oleh Bayu kepadanya. Namun Lena cukup yakin karena dia melihat mobil Argi yang telah terparkir di halaman rumah itu. Dia begitu mengingat nomor plat mobil hitam yang hampir setiap hari menjemputnya.Motornya kini dia parkir di depan rumah itu. Dany mulai melakukan panggilan ke Bayu."Bay, gue udah di depan rumah lu." Ucap Dany setelah beberapa menit menunggu panggilannya diterima."Oke langsung masuk aja. Gue tunggu di dalam." Jawab Bayu.Danypun mengakhiri panggilannya dan mulai melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah itu, ya
Dany melangkahkan kakinya menaiki tangga yang menghubungkan ke lantai dua. Bayu tengah menunggunya di atas.Ketika sampai ke lantai dua, matanya terlihat mencari keberadaan pemuda itu. Karena kondisi di lantai dua yang dipenuhi dengan kamar dan ruangan, membuatnya melangkahkan kakinya menyusuri tempat itu. "Bay, lu dimana?" Teriak Dany. Namun tidak ada sahutan.Dia pun mulai berjalan menyusuri ruangan-ruangan. Melewati sebuah lorong yang berisi kamar-kamar, namun keadaan lorong tersebut tidak terlalu terang pencahayaannya.Dany terus memanggil nama pemuda itu, berharap mendapatkan jawaban darinya.Semakin jauh mencari perasaan gadis itu semakin tidak enak. Hawa dingin dari pendingin ruangan yang ada, membuat bulu kuduknya berdiri.Ketika Dany akan menghampiri ruangan paling ujung, tiba-tiba Bayu muncul dengan topeng menyeramkan, yang sontak membuat Dany menjerit ketakutan."Hyaaa.." jerit Dany sambil menutup matanya dan melangkah mundur.Namun dengan cepat Bayu membungkam mulut gadis
Kini Bayu mulai berdiri dari kursinya berjalan ke arah Dany."Dan, temenin gue bentar yuk, ada yang perlu gue omongin." Ajak Bayu pada Dany."Na, gue tinggal bentar ga apa kan?" Tanya Dany pada sahabatnya."Ok, jangan lama." Jawab Lena. Dany pun berjalan mengikuti Bayu keluar dari ruangan itu.Kini hanya tersisa Anggara dan Lena di ruangan itu.Anggara yang masih dengan sikap cueknya mulai mengambil gitar dan memainkannya. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah gadis yang tengah duduk sendirian itu.Suasana menjadi kaku, hanya terdengar bunyi petikan gitar yang dimainkan pemuda itu.Lena merasa bingung harus bersikap seperti apa, dia takut untuk memulai obrolan. Namun dalam hati merasa ingin mengalihkan pandangannya pada Anggara. Sepertinya dia memiliki perasaan lebih pada pemuda itu, tanpa dia sadari.Ketika dia menuruti keinginan hatinya untuk mengalikan pandangannya pada pemuda itu, tatapan Anggara mengarah padanya. Kini tatapan mereka bertemu, membuat debaran hebat pada hati kedua orang
Sementara itu di meja makan yang terdapat empat anak remaja SMA, tampak terlihat hangat. Kedatangan Bayu dan Dany membuat suasana menjadi tidak kaku.Lena tampak terdiam hanya mendengar obrolan-obrolan dari ketiga orang itu, dia tampak tidak nafsu makan dan hanya mengaduk-aduk nasi dan sayuran di hadapannya.Melihat tingkah gadis di sebelahnya, Argi pun merasa kuatir."Sayang, kok gak di makan? Gak suka? Mau aku beliin menu makanan yang lain?" Tanya Argi menoleh gadis di sebelahnya."Oh.. aku masih kenyang, Gi. Maaf." Jawab Lena.Sebenarnya menu makanan yang ada di hadapannya ini, merupakan salah satu menu favoritnya. Namun pikirannya yang membuatnya kehilangan nafsu makannya."Aku suapin mau?" Tanya Argi sambil mengambil alih piring dan sendok di hadapan Lena.Karena tidak mau mengecewakan Argi yang sudah repot membelikan makanan, akhirnya Lena membuka mulutnya dan menerima suapan dari pemuda itu, lalu mengunyah makanan itu. Argi tersenyum begitu hangat, dia sangat menyayangi gadisny
Waktu berlalu dengan cepat, matahari mulai menghilang di garis cakrawala di sebelah barat. Warna jingga pada langit tampak begitu indah dan memukau.Kini ke empat remaja yang akan beranjak dewasa itu, tengah menikmati senja di balkon lantai atas.Bayu tengah duduk bersebelahan dengan Dany di sudut balkon, dengan kepala Dany yang berada di bahu pemuda manis di sampingnya. Sedangkan Lena bersebelahan dengan Argi, hanya terdiam memandang langit yang berwarna jingga itu. Terdiam dengan pikiran yang hanya tertuju pada pemuda misterius yang selalu ada di pikirannya."Pulang nanti aku antar ya, sayang. " ucapan Argi tak di dengar olehnya. Entah pikirannya saat ini seperti dibawa ke tempat lain.Argi meraih tangan gadis pujaannya itu dan menggenggamnya. Lena pun tersentak kaget, tanpa sadar menarik tangannya dari genggaman pemuda itu."Ngomong apa tadi, Gi? Sorry, aku gak denger." Ucapnya gugup."Pulang nanti biar aku yang anter kamu." Ulang pemuda itu."Aku sama Dany aja, soalnya ayahku tahu
Malam itu Magdalena merasa susah tidur, hatinya merasa tidak tenang. Entah apa yang dia inginkan saat ini.Setiap dia memejamkan mata maka tampaklah bayangan pemuda tampan yang tadi siang mencium tangannya, sungguh hanya membayangkan saja membuat hatinya berdegup tak menentu.Perasaan yang begitu asing yang tengah dia rasakan saat ini. Bahkan ciuman Argi di pipinya beberapa jam lalu tidak membekas di hatinya, diapun sepertinya sudah melupakan kejadian itu.Dia melihat ke arah tangannya, menghembus aroma telapak tangan itu, dan memejamkan mata. Pemuda misterius itu selalu hadir dalam pikiran dan hatinya. Ada desir aneh yang merambat menyentuh relung hatinya.Ya sepertinya dia jatuh cinta. Jatuh cinta pada Septian Anggara.Dia selalu merasa nyaman jika berada di samping pemuda itu. Ingin melihatnya, menyentuhnya. Namun gadis itu merasa bingung bagaimana mewujudkan keinginan hatinya itu.Lena mulai membuka ponsel yang sedari tadi tidak dia lihat.Muncul notifikasi pesan dari Argi dan Dan
Hingga beberapa menit kemudian vespa cokelat itu berhenti di samping sebuah rumah makan kecil di pinggir jalan. Lena pun ikut menghentikan motornya. Dan memarkirkan motornya tak jauh dari Anggara memarkirkan Vespanya.Anggara turun dari motor, membuka helm, dan menaruhnya di atas jok motor. Rambutnya tampak tergerai dengan kacamata hitam yang bertengger pada hidungnya.Sebelum memasuki area tempat makan itu, dia menoleh ke belakang. Sebenarnya dari tadi dia menyadari ada seseorang yang mengikutinya. Dia mengamati lewat kaca spion waktu di perjalanan. Dia sempat terkejut ketika menyadari Akiralah yang mengikutinya. Namun tetap bersikap tenang, sampai akhirnya dia tiba di warung makan sederhana itu.Dia mengurungkan niatnya untuk masuk ke warung makan itu, dan terlebih dahulu menghampiri gadis yang masih duduk di motor."Mau makan juga?" Ucap Anggara, membuat Lena mendadak gugup."Iya kak." Jawabnya kemudian."Ayo, kalau mau makan." Ajak Anggara, kemudian berjalan memasuki warung makan