Akira dan Dany masih terbangun, mereka sedang tiduran di kamar dengan tangan yang memegang ponsel masing-masing. Setelah melihat pesan dari Anggara, dia bangkit dari kasur dan berjalan mengambil jaket putih milik Anggara dari balik pintu, lalu mengenakannya.“Dan, gue keluar bentar, lu mau nitip sesuatu?” Ucap Akira membuat Dany menoleh ke arahnya.“Lu mau kemana? Keluar sendiri?” Tanya Dany.“Lu mau nitip apa, nanti telpon saja, Dan.” Akira tak berniat menjawab pertanyaan Dany.Dia membuka pintu kamar dan berjalan keluar rumah, duduk di teras rumah untuk menunggu kedatangan Anggara.Dany bangkit berdiri, dia merasa penasaran dengan kemana perginya Akira. Berjalan membuntuti dari belakang, melihat pintu telah tertutup namun dia melangkah menuju jendela. Menyibak tirai untuk mengintip ke arah luar.Terlihat Akira tengah terduduk di teras rumah dengan mata yang fokus pada layar ponsel di hadapannya. Tak lama kemudian terdengar bunyi motor dari arah luar, motor vespa coklat sudah terpark
Bayu membangunkan Argi yang tengah memejamkan matanya, dalam posisi terbaring di sofa. Leo menghampiri mereka untuk menyampaikan niatnya akan menutup kafe, sehingga mereka harus meninggalkan tempat itu.“Gi, bangun lu. Ayo pulang!” Ujar Bayu sembari menggoyang tubuh Argi, namun sepertinya pemuda yang tengah mabuk itu masih ingin melanjutkan tidurnya. Membuat Bayu lebih keras mengguncang bahu Argi.“Apaan sih, Bay. Lu kalau mau pulang, pulang saja! Gue masih nyaman di sini.” Ucap Argi dengan mata yang masih terasa berat untuk dibuka.“Woi, kafe sudah mau tutup, ayolah pulang!” ajak Bayu kali ini dengan suara yang lebih keras agar temannya sadar dan mau pulang.Argi dengan malas bangkit dari tidurnya, memijat pelipisnya karena rasa pusing mulai mendera. Matanya terbuka perlahan melihat ke arah Bayu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Leo yang berdiri di sebelahnya dengan jaket yang sudah melekat di tubuhnya bersiap akan pulang.Tanpa kata-kata, Argi meraih tas mencari kunci motor di
Dia telah menghabiskan dua batang rokok, hingga suara motor terdengar, dan dia melihat dari kejauhan kekasihnya telah datang. Segera dia bangkit berdiri menghampiri Dany.“Sayang, ayo masuk. Kita ngobrol di dalam.” Ajak Bayu sambil meraih tangan Dany.“Beb, dimana mobilmu?” Tanya Dany, sedari tadi dia tak melihat mobil merah milik kekasihnya, yang ada satu motor yang terparkir.“Di rumah Argi, gue dari siang main kesana. Tadi keluar pakai motor, baru saja sampai rumah, tadi Argi gue ajak minum biar bisa lupain sahabat lu itu.” Bayu menutup kembali pintu rumahnya lalu mengunci.“Terus mana Argi?” Tanya Dany.“Sudah tidur tuh.” Jawab Bayu sembari menunjuk kamar tamu. “Kita ke atas ya, sayang.” Bayu merangkul Dany, menuntunnya menaiki tangga menuju lantai dua.Langkah Bayu kini menggiring mereka menuju kamar di samping studio musik. Ya, kamar milik pemuda itu sendiri. Dany hanya mengikuti kemana kekasihnya akan membawanya.Setelah memasuki kamar bernuansa biru itu, Bayu membawa Dany untu
Mata indah itu tak lama terbuka perlahan, menatap sayu ke arah Bayu yang berada di atasnya. Bayu menggunakan kedua sikunya untuk menahan berat badannya agar tak menimpa gadis di bawahnya. “I love you, sayang.” Ucapnya lagi, seakan meyakinkan Dany. Dia tak ingin membuat gadis itu merasa ketakutan, seperti yang dia lakukan sebelumnya di villa milik temannya. Dia kini meminta persetujuan dari kekasihnya sebelum melakukannya. “Love you too, sayang.” jawab Dany yang telah kehilangan akal sehat, menatap pasrah dan mengisyaratkan Bayu untuk melakukannya. Bayu menatapnya mesra dan tersenyum manis, lalu mulai memagut bibir Dany, sembari mulai menggerakkan pinggulnya ke bawah. Kejantanannya mulai mengisi liang kewanitaan Dany dengan sangat mudah, karena cairan kewanitaan yang keluar begitu banyak hingga membuatnya licin. Bayu membenamkan juniornya hingga seluruhnya masuk ke dalam, merasakan sensasi yang begitu nikmat. Dia masih mengamati raut wajah Dany, yang menurutnya terlihat semakin cant
Masa putih abu-abu adalah hal yang terindah dalam kehidupan. Masa mengenal cinta, sedih dan senang. Ya, begitupun yang dialami Magdalena Akira. Gadis berusia 16 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA. "Na, kemana acara hari ini? pulang sekolah kita jalan ya?" ucap Dany teman sebangku Magdelana, sambil melirik memperhatikan teman sebangkunya yang tengah membereskan buku ketika jam sekolah berakhir. "Hmm, gak ada sih, cuma nanti malam aku ada acara ibadah pemuda di gereja." melirik sekilas ke arah teman sebangkunya. "Yah ini kan malem minggu, ke gerja bisa hari minggu kan, ayolah kita jalan, please.." Dany menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan wajah memohon. "Gak bisa Dan, hari ini gue ada acara di gereja lain kali ya, atau hari minggu nanti gue main ke rumah lu gimana? Aku ajak Argi." "Yah tau yang udah punya cowok, aku jd nyamuk deh. Eh, Na.. suruh si Argi bawa temennya, kenalin gue ke temannya, siapa tau gue cocok." "Hmm.. coba nanti gue tanyain ya, udah bosen y
"Sayang, sini.." Argi menepuk sofa yang masih kosong di sebelahnya. Lenapun menoleh dan mengangguk. Kemudian berjalan memutari meja untuk duduk di samping Argi. Obrolan berlanjut, Bayu merasa tertarik dengan Dany, sahabat Lena yang memang mempunyai pribadi yang ceria. Sedangkan Septian hanya berbicara sedikit, sebagian waktunya dihabiskan untuk melihat ponsel dan terkadang mencuri pandang ke arah Lena yang tengah duduk bersama kekasihnya. Ya, Septian seperti memiliki ketertarikan terhadap Lena, dia suka pada pandangan pertama. Memang sebelumnya Lena sangat jarang diajak kumpul bareng teman-teman Argi. Ketemupun pasti hanya makan di cafe, nonton hanya berdua. Sehingga Lena gak terlalu mengenal dengan siapa saja teman Argi. Di lain tempat Dany sering mencuri pandang ke arah pojok dimana Septian duduk. Dany memiliki ketertarikan pada sosok Septian yang terlihat cool menurutnya. Rambut gondrong sebahu, badan tinggi kulit putih, hidung bangir dan mulut sensual yang sering diam, tap
Waktu yang dinantipun tiba, Lena dan Dany memutuskan untuk duduk di bangku yang sudah dipersiapkan di depan panggung aula, setelah membeli minuman dingin dari bazar yang diadakan di sekolah. Pembawa acara menaiki panggung. "Ya sekarang kita memasuki pertengahan acara, berikutnya yang akan tampil adalah band favorite sekolah Tunas Harapan. Mari kita sambut Circle Jerk." riuh suara penonton menyambut band sekolah mereka yang digawangi Argi sebagai vokalisnya. Argi menuju panggung diikuti ketiga temannya. Argi mengambil gitarnya dan duduk di kursi yang sudah disediakan di atas panggung, sementara temannya yang lain memposisikan ke bagian alat musik masing-masing, dan Bayu salah satunya yang sudah menyiapkan diri di belakang drum. "Halo semua." sapa Argi ke penonton diikuti teriakan gadis-gadis yang mengidolakannya. "Lagu ini khusus aku persembahkan untuk seorang gadis yang sudah mencuri hati seorang Argi." sorak riuh para gadis semakin ramai, karena kebanyakan dari mereka meras
Setelah pertemuan itu Argi mencoba menghubungi nomor Dany, karena waktu itu hanya Dany yang memberinya nomor telepon. [Hai Dany, apa kabar? Gue Argi anak SMA Tunas harapan, masih ingat kan?] tulis Argi dalam pesannya. [Ingat donk, oke gue simpen nomor lu ya] Dany membalas pesan yang baru masuk lewat aplikasi hijau miliknya. [Apa kabar temen lu Dan?] [Temen gue? Siapa? Banyak sih temen gue.] balas Dany pura-pura tidak mengerti maksud pemuda itu, padahal sudah jelas temennya siapa lagi kalau bukan Lena. [Magdalena, boleh minta kontak dia?] Dany berpikir sesaat, memang dari awal dia bertemu dengan Argi, dia sudah menaruh perasaan lebih, ditambah lagi ketika mendengar suara serak khasnya sungguh siapa kaum hawa yang mampu menolak pesona itu. Namun kemudian dia berpikir untuk tidak egois, Lena adalah sahabatnya, kalau ada pemuda yang bisa membuat sahabatnya bahagia, maka Dany mampu mengalahkan rasa egoisnya, toh cinta tidak bisa dipaksakan begitu pikirnya. [Ada Gi, ini gue se