"Sayang, sini.." Argi menepuk sofa yang masih kosong di sebelahnya. Lenapun menoleh dan mengangguk. Kemudian berjalan memutari meja untuk duduk di samping Argi.
Obrolan berlanjut, Bayu merasa tertarik dengan Dany, sahabat Lena yang memang mempunyai pribadi yang ceria. Sedangkan Septian hanya berbicara sedikit, sebagian waktunya dihabiskan untuk melihat ponsel dan terkadang mencuri pandang ke arah Lena yang tengah duduk bersama kekasihnya. Ya, Septian seperti memiliki ketertarikan terhadap Lena, dia suka pada pandangan pertama. Memang sebelumnya Lena sangat jarang diajak kumpul bareng teman-teman Argi. Ketemupun pasti hanya makan di cafe, nonton hanya berdua. Sehingga Lena gak terlalu mengenal dengan siapa saja teman Argi. Di lain tempat Dany sering mencuri pandang ke arah pojok dimana Septian duduk. Dany memiliki ketertarikan pada sosok Septian yang terlihat cool menurutnya. Rambut gondrong sebahu, badan tinggi kulit putih, hidung bangir dan mulut sensual yang sering diam, tapi sekali senyum membuat kaum hawa klepek-klepek. Septian Anggara, mahasiswa di fakultas ternama di kota itu. Ayahnya mempunyai perusahaan sendiri, dan bisa di nilai orang berada di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kehidupan yang serba berkecukupan, Septian Anggara memilih tinggal sendiri, menempati kamar kosan, yang dia bayar sendiri dengan gaji yang dia terima dari pekerjaan paruh waktu. Ya, hubungan Septian dengan papanya tidaklah bagus, papanya menuntut banyak pada anak semata wayangnya. Dengan kariernya yang bagus, dia berharap anaknya juga mengikuti jejaknya, namun Septian lebih memilih untuk kuliah di bagian design grafis, walaupun papanya menyuruh dia untuk menekuni bisnis management. Pribadi Septian yang keras dan Baskoro yang keras tentu membuat perpecahan. Septian memilih untuk bekerja partime demi melanjutkan kuliahnya dan membayar kontrakan, setelah Baskoro mengusirnya dari rumah. Lalu bagaimana dengan Ruth, ibu Septian, tentu dia sedih melihat anak kesayangannya harus pergi meninggalkan rumah, namun Ruth tidak punya daya. Dia hanya bisa menangis melepas anaknya yang akan berjuang sendiri. Baskoro terlalu keras, dan tidak mengabulkan permintaan istrinya. "Kasian Anggara pa, dia anak kita satu-satunya, mana mungkin papa setega itu sama anak kita, anak kandung kita pa." tangis Ruth pecah, dia memohon dengan suaminya untuk mengalah, dan membiarkan Septian untuk menempuh pendidikan sesuai keinginan dia. "Dia pembangkang, aku tidak suka dengan anak pembangkang." ucap angkuh Baskoro. Walaupun Baskoro melepas anak semata wayangnya pergi, namun dia memerintah anak buahnya untuk memantau anaknya dari jauh. Dan bahkan dia mengirim temannya untuk menawarkan pekerjaan paruh waktu kepada anaknya, tentu tanpa sepengetahuan Septian. *** "Waktunya habis, udah sore nih, gue mesti pulang deh, ayah udah chat suruh pulang." Lena memutus obrolan teman-temannya,karena waktu sudah menunjukan jam 6 sore, dan artinya dia harus pulang karena sebelumnya dia sudah janji untuk pulang sebelum larut pada ibunya. "Yahh gak seru lu Na.. Kalau kalian pulang gue sendiri donk, nyokap bokap kan belum balik." Dany masih ingin mengulur-ulur waktu, karena dia masih ingin memandang cowok cool yang di ujung sofa. "Ya udah kalian lanjut gih, tapi gue harus pulang, ibu udah nelpon nih." Lena melirik ke arah ponselnya dan ternyata benar 'mom calling' Lena bangkit berdiri dan menjauh dari teman-temannya berjalan menuju dapur. "Ya..halo Bu." "Nak, masih di rumah Dany?" tanya Bu Lidiya dari telepon. "Iya bu, ini juga mau pulang Bu." "Ya nak hati-hati dijalan ya, salam buat bapak ibunya Dany." ucap Lidiya mengakhiri panggilan. Lena kembali ke ruang tamu untuk mengambil tasnya, namun Argi sudah duluan membawa tas Lena di pundaknya. "Sayang, aku anterin ya, ikut mobil aja ya." Argi menghampiri kekasihnya dan meraih tangan gadis itu untuk membawanya ke bibir untuk dicium. Namun sebelum sampai ke bibir, Lena menjauhkan tangannya. "Gi, jangan.. Malu." tolak Lena dengan halus. Pribadi Argi yang sering mengumbar kemesraan, kadang membuat Lena risih. Namun walaupun ditolak, Argi tidak pernah tersinggung, dia selalu tersenyum, bibirnya yang tipis sensual memang selalu tersenyum. Matanya yang sipit, dengan alis tebal, rambut cepak, style anak SMA pada umumnya. Argi adalah siswa yang lumayan menonjol disekolahnya, wajahnya yang tampan dan murah senyum membuat banyak teman cewek yang naksir padanya. Lena dan Argi beda sekolah, mereka tidak sengaja bertemu di acara pensi gabungan satu tahun yang lalu. Saat itu sekolah Argi menjadi tuan rumah di acara pensi gabungan. Dan saat itu sekolah Lena juga bergabung dengan acara pentas seni tersebut. Lena dan Dany berjalan bersama melewati gerombolan Argi dan kawan-kawannya yang sedang berkumpul. Melihat Lena yang cantik, membuat Argi penasaran. Argi dikenal playboy, banyak gadis yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Gonta-ganti pacar sudah tak terhitung lagi. Cuma bukan karena Argi yang mengejar, justru rata-rata para cewek yang mengejarnya, bahkan kebanyakan dari mereka yang mengungkapkan cinta duluan. Saat melihat Lena yang berjalan menjauh, Argi berpikir bagaimana cara mendapatkan perhatian gadis berambut lurus sebahu itu. Setelah lama berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk menarik perhatian gadis itu dengan lagu. Ya kebetulan hari ini adalah pentas seni, dan Argi adalah vokalis band dari SMA nya. ***Waktu yang dinantipun tiba, Lena dan Dany memutuskan untuk duduk di bangku yang sudah dipersiapkan di depan panggung aula, setelah membeli minuman dingin dari bazar yang diadakan di sekolah. Pembawa acara menaiki panggung. "Ya sekarang kita memasuki pertengahan acara, berikutnya yang akan tampil adalah band favorite sekolah Tunas Harapan. Mari kita sambut Circle Jerk." riuh suara penonton menyambut band sekolah mereka yang digawangi Argi sebagai vokalisnya. Argi menuju panggung diikuti ketiga temannya. Argi mengambil gitarnya dan duduk di kursi yang sudah disediakan di atas panggung, sementara temannya yang lain memposisikan ke bagian alat musik masing-masing, dan Bayu salah satunya yang sudah menyiapkan diri di belakang drum. "Halo semua." sapa Argi ke penonton diikuti teriakan gadis-gadis yang mengidolakannya. "Lagu ini khusus aku persembahkan untuk seorang gadis yang sudah mencuri hati seorang Argi." sorak riuh para gadis semakin ramai, karena kebanyakan dari mereka meras
Setelah pertemuan itu Argi mencoba menghubungi nomor Dany, karena waktu itu hanya Dany yang memberinya nomor telepon. [Hai Dany, apa kabar? Gue Argi anak SMA Tunas harapan, masih ingat kan?] tulis Argi dalam pesannya. [Ingat donk, oke gue simpen nomor lu ya] Dany membalas pesan yang baru masuk lewat aplikasi hijau miliknya. [Apa kabar temen lu Dan?] [Temen gue? Siapa? Banyak sih temen gue.] balas Dany pura-pura tidak mengerti maksud pemuda itu, padahal sudah jelas temennya siapa lagi kalau bukan Lena. [Magdalena, boleh minta kontak dia?] Dany berpikir sesaat, memang dari awal dia bertemu dengan Argi, dia sudah menaruh perasaan lebih, ditambah lagi ketika mendengar suara serak khasnya sungguh siapa kaum hawa yang mampu menolak pesona itu. Namun kemudian dia berpikir untuk tidak egois, Lena adalah sahabatnya, kalau ada pemuda yang bisa membuat sahabatnya bahagia, maka Dany mampu mengalahkan rasa egoisnya, toh cinta tidak bisa dipaksakan begitu pikirnya. [Ada Gi, ini gue se
Selama perjalanan banyak hal yang dia ingin tahu tentang Lena gadis pujaannya. Banyak pertanyaan yang diucap oleh pria tampan di balik kemudi itu, namun Lena menjawab dengan singkat. Membuat Argi semakin penasaran. Tapi lumayan info yang dia dapet dari obrolan singkat itu. Dari obrolan itu, Argi jadi tahu kalau gadis itu suka nonton film, suka melihat konser. Dan itu nantinya yang bakal dipakai Argi sebagai senjata untuk mendekati gadis cantik itu. "Gi, turunin di depan gang aja ya, rumahku deket dari gang itu." ucap Lena sambil menunjuk kedepan jalan. "Btw, aku gak diijinkan mampir nih ke rumahmu?" Argi menepikan mobilnya di pinggir gang yang ditunjuk lena. "Ayahku galak Gi, aku takut dia marah karena pulang dianter cowok." Lena menoleh ke samping menatap cowok di balik kemudi itu. "It's okay, nanti lanjut di chat ya." Argi segera turun dari mobil, memutari Mobil membukakan pintu untuk gadis pujaannya. Lenapun keluar dari mobil menenteng tas ranselnya dan berpamitan pada
Sesampainya di rumah, Argi memarkirkan mobilnya di halaman rumah bertingkat dua itu. Kemudian keluar dari mobil dan mulai memasuki rumah. Karena hati yang terlampau bahagia, suara mama Lina yang menyapanya tidak dia dengar. Argi berlalu menuju tangga dan masuk dalam kamarnya, mengunci pintu kamarnya lalu meraih ponsel dan membaringkan tubuhnya di kasur empuk itu. Dia membuka ponselnya dan mulai mengirim pesan pada gadis pujaannya. [Tuan putri, lagi apa?] Menunggu sampai beberapa menit tidak ada balasan, pemuda itu tengah menatap foto profil Lena. Sambil menunggu balasan dari gadis itu. Tiga puluh menit kemudian Lena membalas pesannya. [Baru selesai makan. Kamu udah sampai rumah?] Balasan Lena. [Sudah baru aja sampai. Nanti sore ada waktu gak?] Pemuda itu dengan cepat membalas pesan tanpa menyia-nyiakan waktu. [Next time aja ya, hari ini aku gak bisa keluar.] [It's ok Beby, kapan ada waktu kabarin ya.] [Ok, aku tidur siang dulu, Gi.] [Selamat tidur princess.
Dua wanita beda generasi itupun terlibat obrolan. Obrolan mereka tentang drama korea, Lena bisa mengimbangi obrolan dengan mama Lina. Karena wawasannya tentang drama korea cukup banyak. Apalagi Dany sering mengajaknya menonton bersama. Menonton beberapa film korea yang sedang naik daun, walaupun itu bukan tontonan favorite Lena. Namun dia tetap menemani sahabatnya. Tanpa terasa hari sudah larut, karena terlalu asyik nonton drama Korea menemani mama Lina, Lena jadi lupa waktu. Lena pun ijin untuk ngomong berdua dengan Argi. "Gi, udah larut, anterin aku pulang, aku takut ayah marah." "Sayang,aku anterin sampai rumahmu ya,nanti aku yang omong sama ayahmu, biar kamu gak dimarahin." "Jangan Gi, belum waktunya, kita masih SMA, pasti ayah marah, dia pasti berpikir yang bukan-bukan, apalagi ini udah larut." jelas Lena dengan suara pelan. "Biar mama yang ikut anterin Lena pulang Nak, mama yang nanti jelasin ke orangtuanya Nak Lena" ucap mama Lina memotong pembicaraan. Sebenarnya dari
"Sorry my princess." masih dengan senyumnya yang menawan, bukannya merasa marah atau kecewa namun Argi semakin gemas melihat sikap santun kekasihnya. "Baiklah, ayo kita pulang sayang, aku antar kamu." pinta Argi pada kekasihnya, memandang wajah Lena yang tidak pernah bosan untuk dipandang. "Hhuuuhh seperti dunia milih berdua yang lain ngontrak." Dany mengejek pasangan yang berdiri di depannya, kadang dia merasa iri dengan sahabatnya ini. Mempunyai pacar yg romantis tak kenal situasi. "Dan, gue pulang ya udah sore nih." Lena menoleh ke arah sahabatnya. "Okey, princess." ucap Dany menirukan panggilan Argi ke Lena. Dany mengangkat jempol tangannya kearah sahabatnya, kemudian mengantar mereka keluar rumah. Lena dan Argi berpamitan, kemudian mulai menaiki mobil, seperti biasa Argi membukakan pintu mobil untuk kekasihnya, memastikan wanita itu duduk dengan nyaman, lalu dia memutari mobil dan duduk dibalik kemudi, sementara Septian dan Bayu duduk di kursi belakang. Di dalam mobil
Ketika keluar dari kelas, ternyata di luar hujan mulai turun, sehingga agak sulit mencari driver pelaksana. Ditambah sinyal ponselnya yang sering hilang karena pengaruh cuaca buruk. 'Duh gimana aku pulangnya' ucap Lena dalam hati, dia berlari berlindung di warung depan gerbang sekolahnya. Karena sebentar lagi bapak satpam akan menutup gerbang sekolahnya. Lima belas menit menunggu hujan tak kunjung reda, dilihatnya baterai ponsel juga sudah 1%. Dia melihat disekitarnya, masih ada beberapa siswa sekolahnya yang sama dengan dia, berteduh menunggu hujan reda. Dia melihat dari arah barat seorang pemuda yang menaiki vespa klasik berwarna cokelat, memakai helm retro model pilot. Kemeja pemuda itu basah, dia memarkirkan motor vespanya dan berlari ke arah warung yang sama dimana tempat Lena berteduh. Sesaat Lena memandang wajah pemuda itu yang seperti tidak asing. Ketika pemuda itu membuka helm pilotnya, menampilkan wajahnya yang putih, dengan dihiasi sedikit jambang di bagian dagu dan
Semenjak kejadian itu, entah kenapa perasaan Lena sering tidak fokus. Wajah pemuda berambut ikal panjang sebahu itu selalu mengisi pikirannya. Lena akhir-akhir ini sering mengabaikan pesan dan panggilan dari Argi, entah mengapa. [Sayang, kenapa cuma diread pesanku? Apa kamu marah?] begitu isi pesan Argi Karena merasa tidak enak hati, akhirnya Lenapun membalas pesan itu. [Maaf Gi, tadi lagi ngobrol sama ayah dan ibu. Kapan kamu balik ke rumah?] Lena terpaksa berbohong, padahal seharian ini dia hanya menghabiskan waktunya di kamar dengan pikiran-pikiran yang membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Tanpa menunggu waktu yang lama Argi membalas pesan gadis yang amat dirindukannya. [Kemungkinan lusa aku balik. Nunggu keadaan Oma baikan. Kamu mau aku belikan sesuatu, sayang?] [Jangan Gi, aku tidak mau merepotkan.] [Hmm, boleh aku videocall?] tanya Argi dipesan yang dia ketik. [Gi, maaf aku lagi di rumah takut kedengaran ayah, kamar ayah ada di sebelah kamarku] jelas Len