Sementara itu, Argi kini telah berada di halaman rumahnya, wajahnya begitu kusut dengan mata yang sedikit memerah. Turun dari mobil, lalu berjalan langsung ke dalam rumah, tanpa menghiraukan sapaan dari bik Minah, asisten rumah tangga yang berada di taman depan rumah. Tujuannya kini hanya ingin berada di kamar. Saat akan menaiki tangga menuju lantai dua, mama Lina menyapanya, namun sapaan itu tidak dia dengar. Bik Minah yang merasakan keanehan pada sikap anak majikannya segera memasuki rumah, menghampiri mama Lina yang tengah menatap ke lantai atas. “Bu, mas Argi terlihat aneh tak seperti biasa.” Ucap bik Minah sembari ikut memandang ke arah tangga. “Iya bik, aku sapa juga tidak menyahut anak itu. Kenapa ya?” Ucap mama Lina. Kedekatan bik Minah di keluarga itu terjalin sejak lama. Meskipun dia hanya asisten rumah tangga dan merupakan pengasuh dari Argi anak majikannya. Namun pemilik rumah selalu bersikap ramah dan selalu menghargainya. Sudah hampir dua puluh tahun dia bekerja di
Ucapan Bayu membuat Argi mengalihkan pandangannya, Argi merasa belum cerita apapun pada temannya. Namun mengapa Bayu seakan telah mengetahui semua.“Dany ada cerita apa ke lu?” Tanyanya sembari menatap ke arah temannya.“Cerita apa? Gak ada cerita apa.” Bayu mengedikkan bahunya sembari tersenyum.“Ah lu gak asyik. Pulang dah sana.” Ucap Argi sembari menyesap rokoknya dan kembali mengalihkan pandangan ke depan.“Ngambek. Kayak anak ingusan aja lu, isi ngambek segala.” Ujar Bayu sembari menyiku lengan temannya.“Lagian lu, gue nanya lu gak mau jawab.”“Hmm, Dany gak cerita banyak ke gue, cuma inti-intinya saja.”“Intinya gimana maksud lu? Dany cerita apa?” Kembali Argi mengulang pertanyaannya, berharap dia mendapat jawaban dari temannya, karena apa yang dikatakan Dany tentu karena Akira menceritakan sesuatu padanya.“Ya kayak tadi gue bilang, perasaan lu gak dibalas sama Akira. Is that true?”Argi tampak menghembuskan nafas beratnya, raut wajahnya kembali terlihat menyedihkan, mengingat
Hari sudah semakin sore, sedari tadi Bayu mengajak Argi untuk main game. Niatnya untuk membuat temannya melupakan kisah cintanya.Meskipun di setiap permainan, Argi sedikit kurang fokus sehingga membuat tim mereka kalah. Tak biasanya permainan Argi payah, mungkin karena kondisi hati yang sedang tidak baik, sehingga mempengaruhi cara bermainnya. Bayu tak mempermasalahkannya, yang terpenting adalah kebaikan temannya.Selama dua jam lebih mereka main, hingga kebosanan melanda keduanya, kini mereka berdua merebahkan tubuh di kasur. Tidur berdampingan dengan pandangan menuju langit-langit kamarnya.“Nanti malam kita jadi keluar ya, Gi. Kita nongkrong tempat Aang.” Ajak Bayu tanpa mengalihkan pandangannya.Argi terdiam tak menjawab ajakan Bayu. Matanya terpejam, namun tak tidur. Pikirannya terus berkelana, memiliki rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan begitu menyakitkan, menyesakkan dada.Hingga tiba-tiba terdengar ketukan pintu, mama Lina telah berada di balik pintu, mengajak mereka unt
Setelah menyelesaikan acara makan, mereka melangkah kembali ke kamar. Bayu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara Argi kembali menyalakan rokoknya dan termenung di sofa.Hingga Bayu keluar dari kamar mandi, Argi masih hanyut dalam pikirannya sendiri. Bayu berjalan menuju lemari, mencari baju milik Argi, karena dia tak membawa baju ganti. Mengambil satu baju yang menjadi favorit dari temannya. Sengaja mengenakannya untuk melihat respon dari Argi. Dia memang menggunakan caranya sendiri untuk mengganggu temannya. Dan kebetulan ukuran mereka tak jauh berbeda. Hanya celana panjangnya yang terlihat lebih panjang, sehingga dia menggulung bagian bawahnya.Memantapkan dirinya di depan cermin besar yang berada di balik lemari baju. Melirik dari cermin ke arah temannya yang masih termenung. Dan senyum jahil terlihat di bibirnya.Dengan segera menutup kembali lemari itu, dan berjalan menghampiri Argi.“Gi, yuk gue sudah siap. Lu gak mandi?” Ucapnya memancing perhatian Arg
Sementara itu di rumah, Akira tampak begitu lelah dengan pekerjaan rumah yang dia kerjakan sedari sore. Besok ayah dan ibunya akan pulang ke rumah, sehingga dia harus membersihkan rumah. Dari menyapu, mengepel dan mencuci bajunya dia lakukan dengan sepenuh hati. Berharap ibunya akan merasa senang ketika pulang ke rumah.Akira menyandarkan punggungnya di sofa untuk mengistirahatkan badannya, tugas terakhir mengepel seluruh sudut rumah telah dia selesaikan. Kini rasa lelah baru terasa olehnya, namun dia merasa puas dengan hasil kerjanya, rumah terasa lebih bersih dan wangi dari sebelumnya.“Calon ibu rumah tangga yang baik lu.” Ujar Dany, sedari tadi dia hanya sibuk mengurus kuku-kukunya dan mengenakan masker pada wajahnya.“Kasian ibu kalau besok sampai rumah, keadaannya kotor, Dan. Hitung-hitung olahraga sore.” Ucap Akira sambil menghapus peluh di pelipisnya.“Rajin lu, Na. Kalau gue di rumah, nyokap marah baru gue bersih-bersih. Btw, jam berapa ayah ibu pulang besok?”Akira menaik-t
Sementara itu Anggara mulai menyiapkan minuman yang dipesan kedua temannya. Dalam hati dia bertanya-tanya, tentang apa yang terjadi dengan Argi, memang semalam Akira sempat berkata kalau dia akan jujur pada Argi tentang perasaannya. Namun Anggara sedikit ragu gadis itu bisa melakukannya karena mengetahui sifat Akira yang kurang tegas. Sehingga dia memutuskan untuk nantinya akan menanyakan langsung ke Akira sepulang ia kerja.Anggara meletakkan dua gelas sloki tequila beserta jeruk nipis sebagai pelengkapnya di hadapan kedua temannya.“Lu gak minum, Ang?” Tanya Bayu sebelum menikmati minuman di hadapannya itu.“Gue kan lagi kerja.” Jawabnya, melirik sekilas ke arah Argi, yang hanya menatap ke arah minumannya tanpa menyentuhnya. Memang Argi jarang meminum minuman yang memiliki kadar alkohol cukup tinggi itu, bahkan dia belum pernah merasakannya. Karena selama hidupnya baru kali ini dia merasakan patah hati dan galau tingkat tinggi seperti sekarang ini.Ini kali pertamanya dia akan minum
Masa putih abu-abu adalah hal yang terindah dalam kehidupan. Masa mengenal cinta, sedih dan senang. Ya, begitupun yang dialami Magdalena Akira. Gadis berusia 16 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA. "Na, kemana acara hari ini? pulang sekolah kita jalan ya?" ucap Dany teman sebangku Magdelana, sambil melirik memperhatikan teman sebangkunya yang tengah membereskan buku ketika jam sekolah berakhir. "Hmm, gak ada sih, cuma nanti malam aku ada acara ibadah pemuda di gereja." melirik sekilas ke arah teman sebangkunya. "Yah ini kan malem minggu, ke gerja bisa hari minggu kan, ayolah kita jalan, please.." Dany menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan wajah memohon. "Gak bisa Dan, hari ini gue ada acara di gereja lain kali ya, atau hari minggu nanti gue main ke rumah lu gimana? Aku ajak Argi." "Yah tau yang udah punya cowok, aku jd nyamuk deh. Eh, Na.. suruh si Argi bawa temennya, kenalin gue ke temannya, siapa tau gue cocok." "Hmm.. coba nanti gue tanyain ya, udah bosen y
"Sayang, sini.." Argi menepuk sofa yang masih kosong di sebelahnya. Lenapun menoleh dan mengangguk. Kemudian berjalan memutari meja untuk duduk di samping Argi. Obrolan berlanjut, Bayu merasa tertarik dengan Dany, sahabat Lena yang memang mempunyai pribadi yang ceria. Sedangkan Septian hanya berbicara sedikit, sebagian waktunya dihabiskan untuk melihat ponsel dan terkadang mencuri pandang ke arah Lena yang tengah duduk bersama kekasihnya. Ya, Septian seperti memiliki ketertarikan terhadap Lena, dia suka pada pandangan pertama. Memang sebelumnya Lena sangat jarang diajak kumpul bareng teman-teman Argi. Ketemupun pasti hanya makan di cafe, nonton hanya berdua. Sehingga Lena gak terlalu mengenal dengan siapa saja teman Argi. Di lain tempat Dany sering mencuri pandang ke arah pojok dimana Septian duduk. Dany memiliki ketertarikan pada sosok Septian yang terlihat cool menurutnya. Rambut gondrong sebahu, badan tinggi kulit putih, hidung bangir dan mulut sensual yang sering diam, tap