“WHA? JANGAN BERCANDA DEH, OM! SAYA INI MASIH DI BAWAH UMUR,” pekik Zea dan secara spontan menjauhkan dirinya dari Natan. “Saya tidak bercanda, kalau Pak Abraham tidak bisa melunasi hutang-hutangnya maka saya akan menjebloskan Pak Abraham ke penjara.” Natan sengaja menjeda kalimatnya lalu maju satu langkah dan berhenti setelah jaraknya dengan Zea tersisa beberapa senti saja. “Kecuali kalau kamu mau menikah dengan saya gadis kecil.” Glek! Zea menelan ludahnya yang terasa kelu, Zea dibuat kehabisan kata-kata karena pilihan dari Natan sangat sulit untuk Zea pilih. “Ma-maaf, Tuan Zibrano. Tolong jangan libatkan putri saya.” Abraham memberanikan diri untuk bicara walaupun terbata. “Saya rela di penjara asalkan jangan libatkan Zea dalam urusan melunasi hutang saya.” “MAS!” bentak Monic tanpa disengaja. Saat melihat Natan menoleh padanya, Monic menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan keputusan sang suami. Zea melirik Monic lalu mendelik dan mencibir dengan
“Keputusan bijak, Cantik.” Mati-matian Zea menahan air matanya yang ingin menetes saat ini saking sesaknya perasaan Zea sekarang. ‘Akas, maafin gue!’ lirih Zea dalam hati. Zea jadi memikirkan nasib Akas kalau seandainya dia memang harus menikah dengan Natan. Zea sangat mencintai Akas tapi Zea juga jauh lebih menyayangi papa-nya. Tentu saja Zea akan jauh lebih memilih melindungi sang ayah daripada memilih menyelamatkan hubungannya dengan Akas. “Saya mau kita menikah malam ini juga!” Zea tersadar dari lamunannya dan ternganga dengan mata membulat sempurna. “OM GILA! OM KIRA NIKAH ITU MIE INSTAN YANG KALAU DISEDUH LANGSUNG JADI?” Zea berteriak mengeluarkan suara oktaf-nya membuat Natan spontan menjauhkan telinganya dari Zea. “Kamu ini kecil-kecil tapi kok suaranya kayak toa rusak,” hinanya dengan ketus, “anggap saja pernikahan ini pernikahan jalur instan, selesai ‘kan? Pokoknya saya mau menikah malam ini juga t-i-t-i-k.” dia menekankan kata titik “Tapi ‘kan---“ “Menik
Setelah Natan pergi dari rumahnya, Zea yang tadinya masih berpura-pura terlihat baik-baik saja langsung mengubah raut wajahnya menjadi dingin.Zea menatap Abraham—ayah kandungnya yang ternyata punya hutang banyak tanpa Zea ketahui selama ini.“Dua ratus juta?” Zea tertawa sumbang dengan kedua tangan terlipat di dada.Zea terus saja tertawa meskipun matanya sudah berkaca-kaca menahan air matanya agar tidak tumpah di hadapan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Abraham menatap nanar tawa sang anak yang terlihat begitu sangat menyakitkan, Zea terlihat seperti orang yang hampir hilang akal karena masalah besar yang menimpa keluarga mereka.“Zea—”“Apa, Pa? Apa?” Zea menjawab begitu tidak santainya Zea juga tanpa sadar telah meninggikan nada suaranya pada Abraham. “Papa bisa jelasin untuk apa uang dua ratus juta itu?” Zea menuntut penjelasan dari Abraham tentang hutang dua ratus juta tersebut.Zea harus tau ke mana perginya uang dua ratus juta itu karena sekarang, Zea lah yang haru
Zea tertegun dengan jantung bertalu-talu kuat di dalam sarangnya.“Ma-mama,” lirih Zea seiring dengan air matanya yang mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.“Zea, maafin Papa, Nak!” Abraham merasa gagal membahagiakan putrinya saat melihat air mata Zea secara langsung.Zea menggeleng kuat sambil menghapus kasar air matanya.“Zea makin yakin but nikah sama bos Papa itu kalau memang dulu uang itu untuk pengobatan Mama,” tutur Zea membuat Abraham semakin merasa bersalah.Meski saat ini Zea tengah berusaha menghalau air matanya, namun Abraham yakin bahwa putrinya itu tengah merasakan kehancuran terbesar dalam hidupnya.“Padahal Papa udah berencana miminjam uang sama Daddy kamu agar kamu tidak perlu menikah dengan Tuan Zibrano.”“Jangan, Pa!” Zea tidak setuju dengan keputusan papa-nya. “Dari mama masih hidup sampai sekarang, daddy udah banyak berkorban buat kita. Zea mau menikah sama bos Papa asalkan jangan libatin daddy lagi.”Daddy yang Zea maksud adalah ayah kandung Alea atau kakak kan
“Halo!” sapa Zea begitu judes sesuai dengan perasaan Zea yang terasa nano-nano saat ini.Zea dengan sangat tidak santainya menyahut panggilan suara dari nomor yang tidak dikenal itu.Sebenarnya tadi ingin Zea abaikan saja nomor tidak dikenal yang tiba-tiba menghubunginya, tapi karena takut kalau saja ada yang penting jadilah Zea tetap menjawab meskipun malas. “Kamu dari mana saja? Ngangkat telpon saja kok selama itu?” DegZea mematung mendengar suara itu, Zea menatap layar ponselnya dengan wajah cengo sampai beberapa saat setelahnya Zea mendelik tak suka pada layar ponselnya sendiri.“Ini pasti Om arogan itu ‘kan? Om dapet nomer saya dari mana?” tanya Zea begitu tidak santainya.“Good, kamu ternyata sudah hapal sama suara saya. Saya jadi makin cinta sama kamu.”“Hah?” Zea ternganga mendengar ucapan Om pedofil-nya yang makin ke sini makin ngelantur omongannya. ‘Gue baru tau ternyata kayak gini
Zea mematung mendengar permintaan Natan yang satu ini. Mata Zea memanas dengan jantung yang berdebar hebat.Meninggalkan Akas demi menikah dengan Natan adalah hal yang paling Zea takutkan dan Zea belum siap untuk itu.“Kalau saya belum siap untuk mengakhiri hubungan dengan pacar saya gimana, Om?” Zea benar-benar belum siap kehilangan sosok kekasih baik hati seperti Akas. “Ya dengan terpaksa saya akan membatalkan pernikahan ini dan menjebloskan Bapak Abraham ke penjara. Kamu kira saya sudi punya istri yang masih punya hubungan dengan laki-laki lain?” Zea mengepalkan tangannya sampai memucat. Pilihan dari Natan benar-benar tidak ada yang menguntungkan untuk Zea.Zea memang akan terbebas dari pernikahannya,tapi ayahnya akan tetap di penjara.Percuma saja ‘kan?“Oke, akan saya ikuti semua kemauan, Om. Apa om puas sekarang?" tantang Zea dengan dada terasa sesak luar biasa.Nathan mengangguk dengan senyum puas mes
“Arghh, Bangsat! Kenapa? Kenapa harus kayak gini akhir dari hubungan gue sama Zea?”Bugh!Akas berteriak sambil memukul-mukul setir mobil berkali-kali. Setelah diputuskan Zea, Akas memilih pergi sesaat dari rumahnya dan mengendarai mobil dengan kecepatan di tas rata-rata.“INI NGGAK ADIL BUAT GUE SAMA ZEA!” teriak Akas sambil terus menambah laju mobilnya.Mungkin, jika Akas ini adalah seorang perempuan bisa jadi saat ini ia sudah menangis sejadi-jadinya di dalam kamar dan melempar apa saja yang ada di dalam kamarnya.Tapi sayangnya Akas tidak bisa mengungkapkan sakit hatinya lewat air mata, hanya laju mobilnya yang seperti orang kesetanan mengemudi yang mewakilkan perasaan Akas saat ini.Akas bahkan tidak lagi peduli dengan keselamatannya sendiri, yang Akas pikirkan hanyalah dia yang akan kehilangan cintanya karena gadis yang ia cintai akan menikah dengan laki-laki lain malam ini juga.“Gue harus relain orang yang gue ci
“WHAT?” pekik Alea dengan mata melotot seakan ingin keluar dari sarangnya. “Jangan ngadi-ngadi lo kalau ngomong, perasaan tadi di sekolah kalian baik-baik tuh. Tadi lo juga anterin Zea pulang ke rumahnya ‘kan?” Alea sangat tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari Akas barusan.“Buat apa gue bohong soal beginian?” Akas tertawa miris. “Sepupu lo itu mutusin gue katanya dia mau dijodohin sama orang lain dan bakal nikah malam ini juga, gimana gue nggak sakit hati coba? Untung aja Gue masih inget pakai kolor buat keluar rumah, gue juga nggak bakal peduli kalau seandainya gue keluar nggak pakai apa-apa.”Alea ingin tertawa melihat wajah sedih Akas, tapi di satu sisi Alea juga merasa prihatin mendengar curahan hati Akas.Eh, tapi tunggu sepertinya Alea baru menyadari satu hal.“Lo bilang apa tadi? Siapa tahu aja gue salah denger ‘kan?” tanya Alea.Kali ini tidak ada lagi tawa apalagi raut canda di wajah Alea.“Zea bilang dia bakal d