ZEA VERONICA ALGHATAMA, sang primadona kampus, dikenal sebagai kekasih anak pemilik sekolah yang merangkap sebagai kapten basket kebanggaan Kampus Merah Putih. Sayangnya, Zea mendadak didatangi oleh Jonatan Zeondra Zibrano---CEO muda di perusahaan ayahnya bekerja. Atasan ayahnya itu meminta Zea untuk menikah dengannya sebagai jaminan pelunas utang sang yang berjumlah ratusan juta! Lantas, bagaimana nasib Zea selanjutnya? Apakah Zea rela menikah dengan Natan sebagai jaminan pelunas hutang ayahnya?
View MoreLagi dan lagi Zea mengalah, Zea hanya mengemas barang-barang untuk keperluan sekolah saja sehingga Zea hanya membawa satu koper kecil untuk ia bawa ke rumah Natan.“Tolong jaga putri saya baik-baik, Natan! Dia suda terlalu banyak menderita, kalau kamu tidak bisa menyembuhkan luka-luka Zea—setidaknya jangan menambah luka putri saya. Jika suatu saat kamu tidak menginginkan dia lagi, maka saya akan selalu siap menerima putri saya kapan saja. Meskipun terlihat cuek dan kasar begitu, Zea adalah anak yang baik. Tolong bimbing dia ke jalan yang benar, tegur dia dengan cara yang baik kalau dia melakukan kesalahan, jangan pernah membentaknya apalagi kalau kamu sampai main tangan, saya membesarkan Zea dengan penuh kasih sayang meskipun tidak dengan harta berlimpah.”Abraham memberi petuah panjangnya yang belum sempat Abraham katakan di hari pernikahan Natan dan Zea satu Minggu yang lalu.“Dan untuk kamu, Zea. Jadilah istri yang baik, patuhi suami kamu
Bayang-bayang Natan yang akan melihat semua apa yang selama ini ia sembunyikan membuat Zea ngeri-ngeri sedap.“Kenapa diam saja, Baby? Kita harus segera pulang ke rumah kita.”Suara berat Natan membuyarkan lamunan Zea.“Emang nggak boleh kalau saya tinggal di sini dan Om tinggal di rumah, Om. Saya belum siap ketemu sama keluarga, Om.” Zea menatap Natan mengiba.Zea belum siap jika harus bertemu dengan keluarga Natan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.“Mana bisa begitu, Sayang? Kamu adalah istri saya, kamu harus ikut dengan saya ke rumah kita. Kamu tidak akan bertemu dengan keluarga saya, tenang saja.” Natan tersenyum manis kali ini.Tapi Zea bisa melihat ada aura berbeda dari senyuman itu.Menghembuskan nafasnya demi mencari ketenangan, Zea akhirnya mengangguk walau dengan berat hati.“Oke, saya bakal ikut. Tapi saya minta waktu dulu baut packing pakaian saya.” Zea berniat akan berdiri untuk membawa barang-b
Satu Minggu kemudian Waktu terus berjalan sesuai dengan semestinya, hari ini genap satu Minggu usia pernikahan Natan dan Zea.Dan hari ini juga adalah hari yang paling berat bagi Zea.Kenapa?Karena hari ini Natan akan membawa Zea pulang bersamanya setelah satu Minggu lamanya Natan membiarkan Zea tetap tinggal di rumah orang tuanya setelah mereka menikah.Di malam pertama mereka memang tidur satu ranjang, tapi Natan menahan diri untuk tidak meminta haknya karena takut Zea akan semakin membenci dirinya.Besok paginya, Natan malah harus berangkat ke luar kota demi mengurus pekerjaan yang sangat penting yang tidak bisa diwakili dan tidak bisa ia tinggalkan.Alhasil, rencana Natan untuk cuti selama seminggu gagal total. Natan malah harus meninggalkan Zea di rumah orang tua gadis itu selagi dirinya berada di luar kota.Sekarang Natan sudah kembali membawa banyak oleh-oleh untuk Zea dan juga keluarga istrinya itu.
Reni mengusap lembut wajah cantik Zea. “Mommy nggak bakal banyak berpesan karena semuanya sudah diwakilkan oleh deddy kamu.” Reni memeluk singkat Zea.“Makasih, Mom," ucap Zea dijawab anggukan kepala oleh Reni.“Saya yakin Anda adalah laki-laki yang baik dan bermartabat, Tuan Zibrano. Jadi cukup buktikan itu dengan menjaga baik-baik putri kami, Zea tidak butuh harta berlimpah karena yang dia butuhkan hanyalah kasih sayang. Hidup Zea tidak seberuntung yang Anda lihat.”Setelah Reni pergi, Natan mengerutkan alisnya.‘Tidak seberuntung yang terlihat? Apa maksudnya?’ Natan menatap Zea tanpa berkedip karena ia penasaran seperti apa hidup yang dijalani istri kecilnya itu selama ini.Hari semakin larut, waktu sudah menunjukan jam satu malam dan itu artinya acara pernikahan Natan dan Zea sudah berada di penghujung acara.Akhirnya, Zea bisa duduk dengan tenang kembali di atas kursi pelaminan setelah tadi ia sempat dibuat kesal s
Natan merasa, Zea seperti membawanya terbang tinggi ke angkasa lalu gadis kecilnya itu menghempaskan dirinya begitu saja dari ketinggian.Benar-benar menyakitkan, pikir Natan.“Kau memang paling bisa membuatnya mati gaya, Nyonya Zibrano.” Darren terbahak melihat muka merah Natan yang seperti orang menahan berak padahal aslinya sendang menahan rasa kesal.Percayalah, Natan dibuat semakin jengkel saja melihat tawa mengejek yang Darren berikan untuk dirinya.Panggil Nyonya Zibrano yang diselipkan Darren untuk dirinya membuat Zea menggerutu merasa tak suka.Bugh!“Asu! Kenapa kamu malah memukul saya?” Darren mengumpat sambil mengusap kepala belakangnya yang baru saja mendapatkan tampolan sayang dari Natan.“Itu hadiah untuk kau yang suda berani mengejek saya.” Natan dan Darren malah adu bacot disaksikan oleh tiga gadis yang sejak awal sudah menonton aksi mereka.“Kaku amat ya bahasa mereka, nggak ada gaul-gaulnya sa
Mata Darren melotot menatap gadis kecil yang kini menetap dirinya dengan mata berbinar. Bahkan Darren sudah menjauhkan wajahnya yang baru saja menjadi sarana empuk tangan nakal gadis kecil itu.“Kenapa menjauh? A’a mau ya nggak jadi suami Anes?” Anes menunjukkan wajah cemberut sambil terus berusaha berdekatan dengan Darren.“Jangan macem-macem gadis kecil! Kamu bisa apa aja buat jadi istri saya? Saya ini yatim piatu loh.” Darren berucap sembarangan karena terlalu terkejut mendengar penawaran tak biasa dari sahabat istri Natan.“Aku emang nggak bisa masak sama nyuci baju. Tapi kalau nyapu, ngepel, sama nyuci piring aku bisa kok. Oh, ya satu lagi, aku pasti jago ngabisin duit suami kalau udah nikah nanti,” ucap Anes dengan mata berkedip polos.Darren menatap cengo gadis kecil di hadapannya, sedangkan Natan mati-matian menahan tawa.Kata-kata Anes yang terlalu jujur, ditambah lagi dengan ekspresi polos gadis itu berhasil membuat Darren seper
“Hayo atuh Abang ipar, dicium kening si Zea! Bukannya malah bisik-bisik romantis begitu, bikin saya yang jomblo ini makin sirik aja.”Alea merasa gemas melihat pengantin itu malah bisik-bisik bukannya melaksanakan apa yang diminta pak penghulu.Apa mereka tidak tau bahwa ia dan semua orang yang ada di sini tengah menunggu Natan mencium kening Zea sambil memegang kamera untuk merekam momen romantis tersebut?Namun sebenarnya, Alea dan semua tamu undangan yang melihat sepasang pengantin itu bisik-bisik dibuat merasa baper karena mereka terlihat begitu manis dan romantis.Mereka tidak tau saja, kalau yang terlihat sedang romantis-romantisan itu sebenarnya sedang adu mulut dengan situasi yang memanas.“Jangan bertingkah yang membuat orang-orang tau kalau kamu hanya terpaksa menikah dengan saya!” bisik Natan. ‘Emang kenapa kalau orang-orang tau gue ini cuma terpaksa? Toh kenyataannya emang gitu ‘kan?’ balas Zea di dalam hati.
‘Dan pada akhirnya masa remaja gue benar-benar udah berakhir di tangan om-om brengsek ini,’ lirih Zea di dalam hati.Tak lupa, Zea menyematkan kalimat umpatan untuk pria yang baru saja mengikat dirinya dengan kalimat ijab qobul.Sekarang, Zea sudah resmi menyandang status sebagai Nyonya Zibrano. Posisi yang sangat diincar dan idam-idamkan oleh para wanita mana saja, tapi Zea justru menganggap posisi tersebut sebagai malapetaka.Zea tidak bisa membayangkan akan seperti apa hari-harinya selanjutnya hidup bersama pria dingin seperti Natan.“Selamat, kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri!” Pak penghulu mengucapkan kata selamat yang pertama.Hati Zea semakin terasa teriris saat penghulu mengatakan selamat karena sekarang Natan sudah resmi menjadi suaminya.Zea merasa, orang-orang akan mengucapkan selamat karena Zea sudah berdiri di depan gerbang kehancurannya karena Zea sama sekali tidak merasa senang dengan pernikahan ini.
Alea menahan untuk tidak menjerit sambil menunjuk Natan yang duduk di hadapan penghulu dan Papa Abraham dengan dagunya.Zea hanya menjawab dengan anggukan kecil mengingat saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian semua tamu undangan.“Kehilangan seribu Akas sekalipun demi cowok seganteng dia mah nggak masalah kali, Zea,” celetuk Anes dengan mata berbinar menatap ketampanan calon suami Zea.Untuk pertama kalinya Alea setuju dengan ucapan si polos Anes.Zea melirik Anes dengan tatapan yang tidak bersahabat. Anes berbicara seperti itu karena ia tidak merasakan se-cinta apa Zea pada Akas.“Itu mah namanya bukan om-om, orang masih muda banget begitu. Haduh paket komplit ini mah, Zea. Udah gantengnya jauh berkali-kali lipat dibanding Akas, pinter, bisa jadi COE yang mimpin banyak perusahaan di usia muda lagi.”Berbagai kalimat pujian dari Alea dan Anes tertuju pada Natan membuat Zea merasa tak suka dan kuping Zea terasa sanga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.