“Alea, kayaknya gue nggak jadi pulang bareng lo deh. Akas nggak jadi latihan hari ini, jadi gue pulangnya sama dia aja,” ucapnya.
“Ngeri gue liat lo senyum sampe segitunya, Ze.” Alea bergerak menjauh dari Zea yang menurutnya selalu lebay kalau sudah membahas Akas.
“Yee … biarin, namanya juga orang lagi seneng.” Zea masih saja senyum-senyum sambil memeluk tangannya sendiri dan percayalah, hal itu sangat terlihat menggelikan di mata Alea. Zea sengaja bertingkah seperti itu supaya Alea---sekaligus sepupunya itu merasa kesal. Sebenarnya Zea bukan gadis lebay seperti itu, Zea itu aslinya cuek, tangguh, walau terkadang suka berbuat licik demi kebaikan. Sesuai motto hidup seorang Zea, berbuat jahat demi kebaikan itu dosanya tidak akan dicatat oleh malaikat. Benar-benar sinting, enatah darimana Zea mendapatkan perumpamaan seperti itu. Namanya Zea Veronica ALghatama, gadis nakal nan bar-bar tapi memiliki otak yang sangat pintar. Zea itu seorang primadona kampus sekaligus mahasiswi berprestasi dan juga langganan mendapatkan hukuman di kampus. Kalau saja tidak sering memenangkan berbagai olimpiade, mungkin sudah dari dulu Zea dikeluarkan dari kampus saking penuhnya kenakalan yang Zea perbuat dengan kedua sahabatnya. Zea menjadi primadona kampusnya, karena visualnya yang sangat-sangat cantik tanpa celah sedikitpun. Ya iyalah harus cantik, sejak kapan ada primadona kampus elite yang buruk rupa, ya ‘kan? Zea bukan anak orang kaya yang bergelimangan harta, dan kisah hidup Zea juga tidak seindah visual-nya. Zea hanyalah anak dari keluarga sederhana tapi masih mampu menyekolahkan Zea hingga kuliah di salah satu universitas ternama, Zea masih memiliki ayah tapi sudah tidak punya ibu. Tamara Alexander--- ibu kandung Zea yang sudah meninggal sejak Zea masih berusia empat tahun karena penyakit gagal ginjal kronis. “Lea, kok Zea senyum terus? Dia abis minum apa?” “Minum baygon sampai gila,” Alea menjawab pertanyaan si polos Anes dengan asal bercampur kesal karena ulah nyeleneh Zea. Azalea Alexander, anak dari kakak kandung Tamara Alexander yang itu artinya Alea adalah sepupu Zea yang merangkap menjadi sahabat Zea. Anes mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu sambil berpikir keras. “Setau gue kalau orang minum baygon itu mati, tapi kok Zea malah berubah gila ya?” Anes beralih menggaruk pucuk kepalanya yang tak gatal karena masih memikirkan ucapan Alea yang sebenarnya tidak masuk akal. “Anes … Anes, kapan sih lo berubah jadi pinter? Kok bisa gue dapet sahabat modelan kayak elo.” Zea yang tadinya senyum-senyum sendiri berubah haluan menjadi meratap pias karena kepolosan dan betapa lemotnya Anes yang sudah berada di atas rata-rata manusia pada umumnya. Ingin rasanya Zea melambaikan tangannya ke arah kamera sambil mengatakan ‘saya menyerah’ saking gemesnya dengan kepolosan Anes. Anezz Stefanya, sahabat Zea yang terlalu polos, lemot, dan cenderung bodoh. Anezz seperti itu karena terlalu dimanja ibu-nya sejak kecil. Jadilah Anes tumbuh menjadi remaja yang menolak untuk dewasa, Anes merasa dirinya masih anak kecil. Oleh sebab itu, Anes menjadi kesayangan Zea dan Alea meskipun tak jarang keduanya akan menjahili Anes. “Bee!” Atensi ketiga gadis itu sama-sama teralihkan ketika mendengar suara seorang pria yang berada tepat di belakang mereka. Ketiganya menoleh ke belakang dengan kompak, walaupun sebenarnya tanpa menoleh pun mereka sudah tau kalau si pemilik suara itu adalah Akas--- kekasih Zea. “Kamu udah di situ sejak kapan?” tanya Zea sambil berjalan mendekat ke arah Akas. Zea meninggalkan Alea dan Anes begitu saja dengan sengaja supaya Alea kembali merasa kesal. Kalau Anes mah tidak akan kesal karena tidak mengerti apa yang Zea lakukan padanya dan Alea. “Baru kok,” sahut Akas sambil membukakan pintu mobil untuk Zea lalu ikut masuk ke dalam mobilnya. Zea menyembulkan kepalanya dari kaca mobil Akas saat melewati Alea dan Anes. “Dadah, Lea, dadah Anes!” Zea dadah-dadahan layaknya mis Indonesia kehilangan panggung. “NAJIS!” pekik Alea yang masih bisa didengar oleh Zea karena mobil Akas masih belum berjalan terlalu jauh. Zea tertawa lepas di dalam mobil saat berhasil memancing rasa kesal Alea, melihat muka merah Alea yang sudah seperti emak-emak ngantri sembako gratis di tengah panas terik sungguh menghibur di mata Zea. “Seneng banget kayaknya udah bikin Alea kesel?” Akas terkekeh sambil melirik Zea sekilas lalu kembali fokus pada kemudi. “Banget,” sahut Zea setelah puas tertawa. “Mau mampir ke suatu tempat dulu atau mau langsung pulang?” “Pulang aja deh, aku udah capek pengen tidur siang.” Zea benar-benar lelah karena sibuk bermain seharian di kampus. Dasar Zea, pergi kuliah bukannya sibuk belajar tapi malah sibuk main-main. Untung pintar, kalau enggak bisa jadi si Zea terancam tidak akan pernah lulus dan menjadi mahasiswi abadi. Akas mematuhi keinginan Zea, Akas mengantar Zea pulang dengan selamat sampai di depan pagar rumah sederhana gadis itu. “Maaf ya aku nggak bisa ngajak kamu mampir, kamu tau sendiri ‘kan kalau aku males sama ibu tiri aku?” Zea meminta maaf pada Akas sebelum ia keluar dari mobil pria itu. “Nggak pa-pa kok, Bee. Aku ngerti situasi kamu.” Akas tersenyum tulus karena ia memang benar-benar paham seperti apa hubungan Zea dengan ibu tirinya. Inilah salah satu hal yang disukai Zea dari Akas, Zea merasa dimengerti, dihargai, dan sangat dicintai oleh Akas---pria yang sudah menjadi kekasih Zea sejak satu tahun yang lalu. Akas dan Zea saling mencintai, Akas selalu mengutamakan kebahagiaan Zea. Akas juga tidak pernah memaksakan kehendaknya pada Zea. Setelah berpamitan pada Akas, Zea turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah sederhana yang selama dua puluh tahun ini menjadi tempat tinggalnya. Zea memasang wajah dingin melihat adiknya yang tengah bermain di ruangan tengah, Zea tetap melangkah masuk ke dalam kamarnya tanpa ada niatan menyapa sang adik sedikitpun. Enam tahun setelah kematian ibu-nya, tepatnya saat Zea berusia tiga belas tahun, ayah Zea menikah lagi dan menghadirkan adik untuk Zea. Namun Zea tidak pernah menganggap adik dan ibu tirinya ada di tengah-tengah dia dan ayah-nya entah karena alasan apa. Zea begitu pandai berkamuflase, kalau di kampus Zea akan sangat ceria, bobrok, dan sering bertingkah tidak waras. Maka kalau di rumah Zea akan berubah dingin, lebih banyak mengurung diri di dalam kamar yang terkunci, dan hanya akan keluar kamar kalau sang ayah sedang di rumah. “Kakak kenapa ya ndak pelnah mau main atau ngomong sama Zura?” Anak perempuan berusia lima tahun tahun yang merupakan adik Zea menatap sendu pintu kamar sang kakak yang sudah tertutup rapat. Namanya Maizuara, dia selalu ingin bermain dengan Zea walaupun Zea selalu bersikap dingin padanya. Sedangkan di dalam kamar, Zea langsung menghempaskan tubuh lelahnya ke atas kasur yang menjadi tempat tidurnya selama ini. Zea menatap kosong langit-langit kamarnya dan seketika Zea teringat dengan ibu-nya yang sudah di surga. “Zea hanya menghindari hal-hal yang bikin mental Zea hancur, Ma,” lirih Zea dengan suara serak seiring dengan rasa kantuk yang menyerang dirinya. Zea memutuskan untuk tidur siang sejenak, jangankan untuk mandi, pakaian dari kampus saja tidak Zea lepas tapi sudah ngorok di atas kasur. Beberapa Jam kemudian Zea terbangun karena mendengar suara gaduh seperti orang marah-marah dari luar kamarnya, dan itu artinya suara ribut itu berasal dari ruangan tamu. “Itu berisik-berisik kenapa ya? Kayak suara cowok, tapi bukan suara papa.” Zea mencoba menebak tapi suara itu sangat asing di telinga Zea. Hanya saja, matanya membelalak kala masuk ke dalam. "Kalian...."“Papa … ada tamu.” Si kecil Maizura berlari menuju kamar orang tuanya sambil berteriak memanggil ayah-nya “Jangan lari-lari, Zura! Papa denger kok, Nak. Nanti kalau Zura jatoh gimana?” Abraham langsung keluar dari dalam kamarnya sambil menyuruh anak bungsunya untuk berhenti berlari. “Jangan teriak-teriak juga, Zura! Kak Zea lagi tidur kayaknya, Zura mau dimarahin sama Kak Zea lagi?” Monic---ibu kandung Maizura, atau ibu tirinya Zea menegur putrinya sehingga Maizura langsung diam dengan wajah ngeri. “Keep silent, Ma,” bisik Maizura sambil menggerakkan tangannya seolah tengah mengunci mulutnya membuat kedua orang tuanya tertawa karena merasa gemas. Maizura benar-benar takut kalau kakak-nya yang cuek dan galak seperti kakak Upin Dan Ipin itu memarahi dirinya lagi. Tak jarang Zea akan menatap tajam Maizura kalau Maizura mengganggu dirinya. Tapi meskipun sering cuek dan tidak menganggap bahwa Maizura itu ada, tidak pernah sekalipun Zea membentak Maizura karena Zea masih memikirkan men
Natan menggerakkan lehernya untuk menoleh ke samping karena suara itu berasal dari sampingnya. Natan tertegun melihat seorang gadis berambut panjang yang dibuat Curly di ujungnya sedang menutup pintu kamarnya lalu berjalan mendekat ke arh Natan. “Masya Allah! Ini bidadari turun dari mana?” Darren ternganga sambil menatap gadis yang masih memakai name tag dari salah satu universitas ternama itu tanpa berkedip. Sedangkan Natan juga masih memperhatikan gadis cantik itu tanpa berkedip, baru kali ini seorang Jonatan Zeondra Zibrano dibuat pangling melihat kecantikan yang gadis itu miliki. Tubuh tinggi dengan body bak gitar spanyol membuatnya terlihat seperti model internasional meskipun hanya mengenakan pakaian formal kampus, rambut panjang yang ia buat Curly di ujungnya, kulit putih bersih bak susu, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda alami, dan bola matanya yang berwarna abu-abu membuat gadis itu lebih layak disebut bidadari dibandingkan manusia biasa. Dia Adalah Zea Ve
“WHA? JANGAN BERCANDA DEH, OM! SAYA INI MASIH DI BAWAH UMUR,” pekik Zea dan secara spontan menjauhkan dirinya dari Natan. “Saya tidak bercanda, kalau Pak Abraham tidak bisa melunasi hutang-hutangnya maka saya akan menjebloskan Pak Abraham ke penjara.” Natan sengaja menjeda kalimatnya lalu maju satu langkah dan berhenti setelah jaraknya dengan Zea tersisa beberapa senti saja. “Kecuali kalau kamu mau menikah dengan saya gadis kecil.” Glek! Zea menelan ludahnya yang terasa kelu, Zea dibuat kehabisan kata-kata karena pilihan dari Natan sangat sulit untuk Zea pilih. “Ma-maaf, Tuan Zibrano. Tolong jangan libatkan putri saya.” Abraham memberanikan diri untuk bicara walaupun terbata. “Saya rela di penjara asalkan jangan libatkan Zea dalam urusan melunasi hutang saya.” “MAS!” bentak Monic tanpa disengaja. Saat melihat Natan menoleh padanya, Monic menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan keputusan sang suami. Zea melirik Monic lalu mendelik dan mencibir dengan
“Keputusan bijak, Cantik.” Mati-matian Zea menahan air matanya yang ingin menetes saat ini saking sesaknya perasaan Zea sekarang. ‘Akas, maafin gue!’ lirih Zea dalam hati. Zea jadi memikirkan nasib Akas kalau seandainya dia memang harus menikah dengan Natan. Zea sangat mencintai Akas tapi Zea juga jauh lebih menyayangi papa-nya. Tentu saja Zea akan jauh lebih memilih melindungi sang ayah daripada memilih menyelamatkan hubungannya dengan Akas. “Saya mau kita menikah malam ini juga!” Zea tersadar dari lamunannya dan ternganga dengan mata membulat sempurna. “OM GILA! OM KIRA NIKAH ITU MIE INSTAN YANG KALAU DISEDUH LANGSUNG JADI?” Zea berteriak mengeluarkan suara oktaf-nya membuat Natan spontan menjauhkan telinganya dari Zea. “Kamu ini kecil-kecil tapi kok suaranya kayak toa rusak,” hinanya dengan ketus, “anggap saja pernikahan ini pernikahan jalur instan, selesai ‘kan? Pokoknya saya mau menikah malam ini juga t-i-t-i-k.” dia menekankan kata titik “Tapi ‘kan---“ “Menik
Setelah Natan pergi dari rumahnya, Zea yang tadinya masih berpura-pura terlihat baik-baik saja langsung mengubah raut wajahnya menjadi dingin.Zea menatap Abraham—ayah kandungnya yang ternyata punya hutang banyak tanpa Zea ketahui selama ini.“Dua ratus juta?” Zea tertawa sumbang dengan kedua tangan terlipat di dada.Zea terus saja tertawa meskipun matanya sudah berkaca-kaca menahan air matanya agar tidak tumpah di hadapan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Abraham menatap nanar tawa sang anak yang terlihat begitu sangat menyakitkan, Zea terlihat seperti orang yang hampir hilang akal karena masalah besar yang menimpa keluarga mereka.“Zea—”“Apa, Pa? Apa?” Zea menjawab begitu tidak santainya Zea juga tanpa sadar telah meninggikan nada suaranya pada Abraham. “Papa bisa jelasin untuk apa uang dua ratus juta itu?” Zea menuntut penjelasan dari Abraham tentang hutang dua ratus juta tersebut.Zea harus tau ke mana perginya uang dua ratus juta itu karena sekarang, Zea lah yang haru
Zea tertegun dengan jantung bertalu-talu kuat di dalam sarangnya.“Ma-mama,” lirih Zea seiring dengan air matanya yang mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.“Zea, maafin Papa, Nak!” Abraham merasa gagal membahagiakan putrinya saat melihat air mata Zea secara langsung.Zea menggeleng kuat sambil menghapus kasar air matanya.“Zea makin yakin but nikah sama bos Papa itu kalau memang dulu uang itu untuk pengobatan Mama,” tutur Zea membuat Abraham semakin merasa bersalah.Meski saat ini Zea tengah berusaha menghalau air matanya, namun Abraham yakin bahwa putrinya itu tengah merasakan kehancuran terbesar dalam hidupnya.“Padahal Papa udah berencana miminjam uang sama Daddy kamu agar kamu tidak perlu menikah dengan Tuan Zibrano.”“Jangan, Pa!” Zea tidak setuju dengan keputusan papa-nya. “Dari mama masih hidup sampai sekarang, daddy udah banyak berkorban buat kita. Zea mau menikah sama bos Papa asalkan jangan libatin daddy lagi.”Daddy yang Zea maksud adalah ayah kandung Alea atau kakak kan
“Halo!” sapa Zea begitu judes sesuai dengan perasaan Zea yang terasa nano-nano saat ini.Zea dengan sangat tidak santainya menyahut panggilan suara dari nomor yang tidak dikenal itu.Sebenarnya tadi ingin Zea abaikan saja nomor tidak dikenal yang tiba-tiba menghubunginya, tapi karena takut kalau saja ada yang penting jadilah Zea tetap menjawab meskipun malas. “Kamu dari mana saja? Ngangkat telpon saja kok selama itu?” DegZea mematung mendengar suara itu, Zea menatap layar ponselnya dengan wajah cengo sampai beberapa saat setelahnya Zea mendelik tak suka pada layar ponselnya sendiri.“Ini pasti Om arogan itu ‘kan? Om dapet nomer saya dari mana?” tanya Zea begitu tidak santainya.“Good, kamu ternyata sudah hapal sama suara saya. Saya jadi makin cinta sama kamu.”“Hah?” Zea ternganga mendengar ucapan Om pedofil-nya yang makin ke sini makin ngelantur omongannya. ‘Gue baru tau ternyata kayak gini
Zea mematung mendengar permintaan Natan yang satu ini. Mata Zea memanas dengan jantung yang berdebar hebat.Meninggalkan Akas demi menikah dengan Natan adalah hal yang paling Zea takutkan dan Zea belum siap untuk itu.“Kalau saya belum siap untuk mengakhiri hubungan dengan pacar saya gimana, Om?” Zea benar-benar belum siap kehilangan sosok kekasih baik hati seperti Akas. “Ya dengan terpaksa saya akan membatalkan pernikahan ini dan menjebloskan Bapak Abraham ke penjara. Kamu kira saya sudi punya istri yang masih punya hubungan dengan laki-laki lain?” Zea mengepalkan tangannya sampai memucat. Pilihan dari Natan benar-benar tidak ada yang menguntungkan untuk Zea.Zea memang akan terbebas dari pernikahannya,tapi ayahnya akan tetap di penjara.Percuma saja ‘kan?“Oke, akan saya ikuti semua kemauan, Om. Apa om puas sekarang?" tantang Zea dengan dada terasa sesak luar biasa.Nathan mengangguk dengan senyum puas mes