Aluna Freya tak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan Ethan Winston, pria yang dahulu pernah merundungnya semasa SMA dan juga ... ayah dari anaknya. Di dalam pusaran hasrat, Wakil Direktur Utama Wisnton Corp. itu bahkan menawarkan sebuah perjanjian pada Aluna yang kebetulan harus membiayai operasi sang anak. Lantas bagaimana kisah keduanya? Akankah Aluna bersedia menjadi mainan Ethan seperti dulu?
Lihat lebih banyak“Aku tidak tahu kau asisten Ethan.” Grace mengulurkan tangan. “Aku Grace, tunangan Ethan.” Aluna tidak tahu apapun tentang kehadiran Grace sekarang. Wanita cantik itu sekarang berdiri di hadapannya sambil mengulurkan tangan. Aluna menyambut uluran tangan Grace. “Aluna, Miss.” “Kenapa kemarin kau ada di restoran yang sama dengan Ethan?” pertanyaan Grace yang penuh selidik.Deg!Pikiran Aluna mendadak kosong. “Sa-saya.. ada pekerjaan sebentar miss.”Tak lama Grace mengangguk. “Ethan memang sibuk. Pantas saja dikejar karyawannya.” “Karena kita sering bertemu. Mungkin kita bisa berteman.”Berteman? Bagaimana bisa?! Jerit Aluna dalam hati. Aluna tersenyum canggung. “Tapi saya seperti ini, Miss—” Aluna menggeleng. “Maksud saya, saya hanya pegawai. Saya tidak pantas berteman dengan anda.” Grace mengernyit—tubuhnya maju ke depan. Dengan kedua tangan yang bertopang pada meja. “Aku tidak masalah berteman dengan siapapun.” Grace mundur. “Apa kau tidak ingin berteman denganku?” Grace men
“Gak perlu.” Tegas Ethan. Mendorong tubuh Bobby sampai terjungkal dan hampir tercebur ke dalam kolam. “Ethan anjingg!!” marah-marah Bobby. Ethan menunduk—menempelkan bibirnya dengan bibir Aluna. Memberikan gadis itu nafas buatan hingga Aluna tersedak dan mengeluarkan air. Aluna menepuk pelan dadanya. Tubuhnya menggigil. Aluna hanya dapat melihat Ethan yang berada di hadapannya. “Drama.” Ethan melepaskan Aluna. Aluna meneteskan air mata. Dirinya hampir mati dan Ethan bilang dirinya drama? Ethan pergi bersama teman-temannya meninggalkan Aluna. Sebelum itu ada laki-laki yang mendekatinya. “Sudah jangan menangis. Minum susumu saja.” Bobby memberikan susu itu pada Aluna. “Ethan yang menyelamatkanmu. Dia sebenarnya tidak terlalu jahat.” Aluna hanya diam saja. Menatap susu yang ditaruh Bobby di depannya. Aluna sesenggukan dengan tangisnya. Tubuhnya menggigil—pada akhirnya dirinya sendirian. Bersama dengan penderitaannya yang sekaan tidak pernah ada habisnya. Ingatan it
Ethan meremas pinggang Aluna. “Jika kau rindu denganku yang dulu aku bisa menunjukkannya.” Aluna menggeleng dengan gugup. “Tidak usah. Aku suka kamu yang baik seperti ini.” “Aku hanya takut kau jatuh cinta denganku yang baik seperti ini.” Ethan tersenyum miring. Mengambil ciuman cepat di leher Aluna sebelum kembali duduk tegak seperti tidak terjadi apa-apa. Aluna menghela nafas. “Jika kamu tahu aku tidak memberitahukan perbuatan kalian, kenapa kamu tetap membuliku?” tanyanya. “Karena aku ingin. Aku bosan dan aku butuh hiburan. Itu kenapa aku menjadikanmu bahan bulian." Ethan menatap Aluna dari samping. “Tapi bukankah itu tidak termasuk bulian? Aku hanya menyuruhmu. Aku tidak pernah menyakitimu.” Aluna mengernyit. Mendadak snack yang terlihat lezat untuk dimakan, terasa hambar. Aluna terdiam sebentar. “Pembuli tidak akan merasakan apa yang dirasakan korbannya,” lirihnya. Waktu itu 7 tahun yang lalu. Aluna seperti seenggok sampah. Tidak ada orang yang mau mendekat ataupun be
Maksud Aluna makan di luar adalah makan di depan sebuah minimarket. Mereka berada di bangku depan sebuah minimarket. Untungnya di depan hotel ada satu minimarket yang buka 24 jam. Aluna dengan banyak snack yang memenuhi meja. Ethan yang hanya duduk diam sambil menyesap rokok. “Kau berbicara apa saja dengan Grace?” Ethan menghembuskan asap rokoknya ke atas. “Dia tahu aku bekerja di Winston. Aku hanya takut dia tahu kita…” lirih Aluna. Alis Ethan terangkat satu. “Memangnya kalau tahu kenapa?” “Hubungan kalian..” Aluna ragu untuk mengatakannya. “Aku takut membuat hubungan kalian hancur.” Ethan justru tergelak. “Tidak ada kehancuran dari hubungan yang tidak pernah dimulai.” “Kalian terlihat serasi.” Aluna tersenyum. “Kalian cocok bersama. Grace sangat cantik dan kau—kamu, kamu juga tampan.” Ethan tersenyum miring. “Jadi sekarang kau mengakui aku tampan.” Mengangguk dengan percaya diri. “Thanks Aluna. Aku tampan dari dulu asal kau tahu.” Menatap Aluna. “Grace dan aku hanya
Grace kembali ke bangku di mana masih ada orang tuanya dan orang tua Ethan. “Siapa wanita tadi? Terlihat sangat berantakan.” Komentar Margaret pada wanita yang terjatuh tadi. “Kamu terlalu baik Grace.” Grace tersenyum. “Dia terlihat kebingungan, aku berusaha membantunya aunty.” Celia menyentuh bahu putrinya. “Grace memang seperti itu. Dia mudah sekali kasihan pada orang lain. Dia juga tidak pernah pilih-pilih berteman dengan siapapun. Itu yang selalu aku kawatirkan. Aku takut dia berteman dengan orang yang salah.” “Grace sangat cocok menjadi bagian keluarga Winston. Pintar, cantik dan baik hati. Ethan, kamu jangan terlalu lama menggantung Grace,” ucap Peter pada putranya. “Biarlah dulu tidak masalah. Lagipula mereka masih muda,” balas Harianto. Padahal dari awal, Ethan sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada acara ini. namun, mereka semua yang ada di tempat ini seolah buta. Mereka mengabaikan semua penolakan dan pemberontakan yang dilakukannya. ~~Ketika pintu terbuka, Aluna la
Aluna menunduk—berusaha menutupi wajahnya dengan rambut. Aluna mendongak saat ada satu tangan yang terulur untuk membantunya. “Kau bisa bangun?” Aluna sempat mematung setelah tahu siapa yang mengulurkan tangan padanya. Grace, ya wanita yang menjadi tunangan Ethan. Sedangkan Ethan masih duduk di bangku dengan tenang tanpa melihatnya sedikitpun. “Terima kasih.” Aluna bangkit. Menatap makanannya yang sudah berserakan di lantai. Sayang sekali harus terjatuh, padahal ia sudah menunggu makanannya sangat lama. “Nona maafkan saya.” Seorang pelayan menunduk merasa bersalah. “Ah ya!” Aluna mengangguk. “Aku akan mengganti makanan yang aku jatuhkan.” Aluna mengambil dompetnya. Aluna yag berantakan. Gugup sekali sampai kesusahan mengambil sebuah kartu di dalam dompetnya. Sial! Aluna merasa dirinya benar-benar menyedihkan. Grace tersenyum. “Biar aku saja.” memberikan kartu kreditnya pada seorang pelayan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Aluna mengangguk. “Aku baik-baik saja.”
Sebuah restoran yang terletak di tengah kota. Rata-rata dikunjungi oleh kalangan atas. Di salah satu bangku terisi oleh beberapa orang yang sepertinya membicarakan hal yang penting. Ethan duduk di samping seorang perempuan cantik yang senantiasa tersenyum. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna maroon. “Senang sekali akhirnya bisa berkumpul setelah sekian lama,” ucap Harianto. “Senang melihat Ethan yang semakin sukses memimpin perusahaan.” Menatap Ethan dengan bangga. Peter Winston, ayah Ethan mengangguk. “Benar, Ethan sangat cerdas mengelola perusahaan.” Ethan hanya tersenyum mendapat pujian dari ayah dan calon mertuanya. “Dia sangat mempesona,” ucap Grace. Menatap Ethan dengan penuh cinta. “Maka dari itu aku sangat menyukainya.” Grace mengusap punggung tangan Ethan pelan. Sambil tersenyum manis. Namun yang dilakukan Ethan hanya tersenyum tipis. Dengan pelan ia menarik tangannya agar jatuh dari jangkauan Grace. “Sebelum membicarakan hubungan kalian, lebih b
Sedangkan di luar sana. Ethan ke taman belakang. Menyulut rokoknya—kemudian menghubungi seseorang melalui ponselnya. “Aku tidak bisa datang,” ucap Ethan. “Apa kamu bilang?!!!” nada marah seorang pria. “Papa sudah menyiapkan pertemuan untuk membahas rencana pernikahan kalian. Jangan berani-beraninya kamu tidak datang.” Ethan berkacak pinggang. Tangannya mencengkram ponselnya begitu erat. “Aku minta waktu. Aku belum bisa menikah dengannya.” “Kalian sudah bertunangan setengah tahun. Kalian sudah seharusnya segera menikah.” “Aku belum bisa.” Ethan menghela nafas. “Aku tidak mungkin melawanmu, Pa. Aku pasti akan menikahinya jangan kawatir.” Terdengar helaan nafas lelah dari ujung telepon itu. “Menikah atau tidak, kamu masih bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Jika ingin main belakang, mainlah dengan rapi. Jangan biarkan rumor-rumor sampah tentangmu menyebar di perusahaan.” Beginilah jika menikah karena bisnis. Termasuk dengan orang tua Ethan. Mereka menikah karena bi
Ethan tersenyum miring. “Kau menggemaskan saat menurut.” Mengusap puncak kepala Aluna. “Benarkah?” tanya Aluna. “Kamu sudah jatuh ke dalam pesonaku?” “Tidak secepat itu babby,” jawabnya dengan nada yang rendah. Anehnya Aluna merasa, Ethan semakin seksi Errrrh! Aluna menggeleng. Ethan menggendong tubuh Aluna ke atas ranjang. Setengah menindih tubuh Aluna yang mungil. Aluna pasrah saat Ethan melucuti semua pakaian yang digunakannya. Hingga ia hanya menggunakan dalaman berwarna hitam yang kontras dengan warna kulit tubuhnya. “Ethan..” lirih Aluna saat pria itu bermain di lehernya. Ethan memberikan kecupan dan gigitan kecil di lehernya. “Shit!!” umpat Ethan. “Aku sudah menahannya sejak lama.” Ethan membuka seluruh pakaiannya. Sampai ia benar-benar telanjang. Oh tepatnya mereka. Karena Aluna juga tidak menggunakan sehelai benangpun di tubuhnya. “Tubuhmu indah.” Ethan menatap tubuh Aluna yang terbentuk dengan sempurna. Namun ia salah fokus pada jahitan kecil di perut Aluna. “Luka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.