Share

Chapter 7

Aluna terdiam.

Dia tak menyangka akan mengucapkan demikian. Namun, bayangan Gio di rumah sakit lebih menekannya.

Dan setelah mengucapkan itu, semua terasa berjalan dengan begitu cepat bagi Aluna.

Malam ini, wanita itu bahkan sudah berada di sebuah restoran.

Duduk di bangku yang terletak di pinggir jendela–di hadapan kontrak dan Ethan yang mengenakan kemeja lengkap dengan jas.

“Cepat! Aku tidak suka orang lelet!” ucap Ethan tidak sabar melihat Aluna yang sedari tadi hanya menatap dokumen perjanjian yang telah disiapkan.

Aluna menghela napas. Dia baru saja membaca keseluruhan kontrak dari Ethan.

Di sana, Ethan berhak atas apapun tentang Aluna.

Dan Aluna akan mendapatkan jatah uang setiap bulan, serta fasilitas tempat tinggal.

Semua itu akan berlangsung selama satu tahun.

Dengan cepat, Aluna mengambil bolpoin dan menandatanganinya.

“Sudah.” Aluna menyerahkan dokumen itu kembali. Hanya saja, dia ingin memastikan satu hal pada Ethan. “Sir, bolehkah saya—”

“Apa?!” potong Ethan dengan cepat. “Kau tidak boleh berdekatan dengan pria lain! Apalagi sampai menjalin hubungan. Jika kau melakukannya, aku tidak akan ragu memotong lehermu.”

Aluna langsung memegang lehernya. Mengusap lehernya dengan sayang, jangan sampai dipotong oleh Ethan.

“Sir bukan itu. Saya ingin meminta jatah libur setiap bulan. Dan selama saya libur, anda tidak boleh mengganggu saya.”

“Berapa lama?” tanya Ethan.

“Dua sampai tiga hari, Sir. Selama itu anda tidak boleh mengganggu saya.”

Ethan bersedekap. “Memangnya apa yang akan kau lakukan?”

Aluna langsung mencari alasan yang masuk akal. Tidak mungkin ia bilang akan pulang untuk menjenguk anaknya, kan?

“Sebenarnya saya ini sangat introvert. Jadi saya butuh waktu berhari-hari untuk mengisi baterai saya.”

Ethan mengernyit–memeriksa kebenaran ucapan Aluna dengan menatap wanita itu lebih dalam.

“Benar, Sir. Saya tidak tidak bohong.” Aluna menepuk dirinya sendiri. “Bukankah Anda sendiri tahu jika dulu saya tidak punya teman di sekolah? Saya menghindari semua orang karena saya ini introvert—”

“Karena kau miskin. Kau tidak berteman dengan siapapun karena kau miskin,” potong Ethan, tak setuju.

“Apapun itu terserah. Aku bukan diktaktor. Jadi, kau dapat libur, tapi tidak boleh melebihi 3 hari.”

Aluna mengepalkan tangannya, menahan kesal. Namun, ia tak lupa menempelkan senyum karir di wajahnya. “Terima kasih, Sir.”

Tak lama, Ethan pun berdiri.

Melihat itu, Aluna pikir mereka akan pulang.

Namun, ternyata tidak!

Ethan justru menarik tangannya.

“Sir kita akan ke mana?” tanya Aluna sambil mendongak.

“Tempat tinggal barumu.” Ethan masuk ke dalam sebuah mobil. Diikuti oleh Aluna yang hanya bisa menurut bagai Kerbau dicucuk hidungnya.

“Kau pernah berkencan?” tanya Ethan tiba-tiba.

Aluna mengangguk pelan. “Pernah..” ucapnya, ragu.

Bohong! Padahal Aluna tidak pernah berkencan.

Di sisi lain, Ethan menoleh. Ia berdehem sebentar sebelum berbicara. “Tampan? Lebih tampan dari aku? Lebih hebat juga dariku?”

“Apa maksud anda—” Aluna menggeleng. “Jangan membahas masa lalu, Sir. Meskipun dia hebat dan tampan, dia hanyalah mantan.”

Ia terus berbohong untuk menyelematkan harga dirinya sendiri.

Ethan seketika tertawa sumbang. “Hahahah! Pasti matamu sedang buram.”

Pria itu lalu menepikan mobilnya di parkiran sebuah Apartemen.

Namun sebelum turun, ia mendadak mendekatkan wajahnya ke Aluna. “Kau yakin mantanmu itu tampan?” tanyanya.

Deg!

Terlalu dekat.

Aluna bahkan bisa menghirup aroma parfum Ethan yang maskulin. Jika saja dirinya dalam keadaan tidak sadar, dirinya akan menutup mata dan bersiap dicium. Namun, masalahnya, saat ini Aluna hanya diam sambil menatap wajah tampan Ethan.

“Hm. Iya..” jawab Aluna pada akhirnya.

“Kau yakin?” tanya Ethan sekali lagi. Tangannya terangkat mengusap pipi Aluna pelan. Pandangannya turun menatap bibir Aluna yang berwarna merah karena lipstik.

Jari telunjuknya menekan dagu Aluna ke atas. “Tidak ada yang bisa menolak pesonaku, Aluna. Lama kelamaan kau pasti akan jatuh ke dalam pesonaku.”

Nafas Aluna sontak tercekat.

Posisi mereka terlalu intim.

Orang lain yang melihat mereka dari luar pasti akan berpikir mereka sedang mesum.

Tapi, Aluna penasaran satu hal.

“Apa konsekuensinya jika aku jatuh ke dalam pesonamu, Sir?”

Ethan menarik sudut bibirnya membentuk smirk. “Yang pastinya aku tidak akan bisa membalas perasaanmu. Mungkin kau akan jatuh sendirian.”

“Bukankah itu konsekuensi yang harus ditanggung semua orang jika jatuh cinta sendirian. Lantas, jika bukan aku tapi anda yang harus jatuh sendiri. Bagaimana jika anda jatuh ke dalam pesonaku?”

Ethan mundur kemudian tertawa.

Tawa yang begitu lepas. “Kau cukup percaya diri.”

Aluna tersenyum tipis.

Dia sepertinya tahu apa yang ada di pikiran pria itu.

Mungkin seperti … mana mungkin perempuan miskin yang dulu begitu takut dengannya berubah menjadi wanita yang lebih percaya diri?

“Anda meragukan saya?” tanya Aluna kemudian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status