Share

Chapter 8

“Bagaimana caramu membuatku jatuh? Kau sendiri tidak terlalu menarik.”

Ethan menatap Aluna sambil meremehkan.

Membuat wanita itu mengerjap mata pelan. “Entahlah, akan kupikirkan nanti.”

Segera, wanita itu melepaskan seatbeltnya. Dia tak tahan terlalu dekat dengan Ethan.

Sebab, kepercayaan dirinya seringkali hilang di depan pria brengsek ini.

Dan tentu saja, Aluna takut diterkam oleh Ethan.

“Aku harus menyusun strategi yang tepat untuk membuat anda jatuh ke dalam pesonaku,” bohongnya sembari turun dari mobil.

“Baiklah, kalau begitu, aku akan mengantarkan ‘milikku.’” Sembari menekankan kata milikku, Ethan ternyata ikut keluar dari mobil.

Pria itu mendekat—menyelipkan tangannya di pinggang Aluna yang ramping.

Bibirnya bahkan berada tepat berada di samping telinga Aluna. “Kakimu bergetar. Tubuhmu pasti panas dingin bukan?” bisiknya dengan nada rendah.

Muka Aluna sontak memerah.

Bagaimana bisa Ethan tahu jika Aluna benar-benar tegang setengah mati?

Untungnya, setelah kejadian memalukan itu—Aluna bisa kabur dengan masuk lebih dulu ke dalam lift.

Hanya saja, matanya terbelalak kala melihat tempat tinggal barunya.

“Apa Apartemen ini milik Anda?” tanya Aluna.

“Hm.” Ethan membuka satu pintu Apartemen yang katanya menjadi tempat tinggal Aluna.

Wanita itu lantas berjalan ke arah balkon.

Di sanalah titik terbaik dari Apartemen ini.

Ia bisa melihat pemandangan bawah sepuasnya.

Grab!

Tubuh Aluna membeku kala merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang.

Ia juga dapat merasakan bibir Ethan di tengkuknya….

“Sir?” lirih Aluna sambil menghentikan tangan Ethan yang sekarang hendak menurunkan resletingnya.

“Kau milikku! Aku sudah membelimu!” tekan Ethan memutar balikkan tubuh Aluna. Setelah itu menekan tengkuk Alun dan melayangkan ciuman di bibir wanita itu.

“Tapi, aku sebenarnya sedang…PMS!” ucapnya, kencang.

Ethan menatap Aluna dengan tajam. “Benarkah?”

“Aku tidak suka pembohong. Jika kau bohong aku akan—” Jemari Ethan terangkat mengusap bagian bawah Aluna.

“Sir!” pekik Aluna menjauh.

“Aku memastikan!” Ethan menarik pinggang Aluna kemudian memeluk erat tubuh mungil wanita itu.

Pria itu dapat merasakan ada sebuah kain tebal yang menempel.

Tapi, entah mengapa dia tak bisa menjauh dari tubuh Aluna.

Meski ia yakin parfum Aluna tidak semahal parfum yang digunakan wanita-wanita yang mengejarnya di luar sana, tapi aroma Aluna mampu membuat Ethan betah menghirupnya.

Di sisi lain, Aluna bergerak gelisah saat bibir Ethan kembali mengecup lehernya.

Wanita itu meremas kemeja yang digunakan Ethan.

“Saya ingin pulang,” lirih Aluna saat pagutan mereka terlepas.

“Tinggal di sini mulai sekarang, agar aku lebih mudah menemuimu.” Jemari Ethan terangkat mengusap bibir bawah Aluna. Lipstik Aluna berkurang akibat ulahnya.

Aluna mendongak. “Saya harus mengurus pakaian dan barang-barang saya, Sir.”

“Buang saja pakaian dan barangmu yang murahan itu,” ucap Ethan dengan gampang.

Aluna terdiam.

Inilah yang tidak disukai Aluna dari orang kaya. Menyepelekan barang orang lain hanya karena dilihat dari harga.

“Saya akan membuat strategi untuk menyenangkan Anda, tapi saya mohon beri saya waktu untuk membereskan barang-barang saya di rumah saya.” Aluna terpaksa mengeluarkan jurus rayuannya.

Alis Ethan seketika terangkat. “Boleh juga.”

Hah?

Semudah itu Ethan menerimanya?

Aluna mendadak merinding.

Sekarang ia menjadi terbebani dengan strategi itu.

Sepanjang perjalanan menuju kosan, wanita itu bahkan terdiam.

Ia bahkan baru sadar ketika mobil mewah Ethan berhenti di depan sebuah gang sempit menuju tempat Aluna.

Untungnya, meski malam sudah lumayan larut, beberapa orang masih berada di depan gang sambil bercengkrama ria.

“Saya pulang, Sir,” pamit Aluna membuka pintu mobil. Ia mulai keluar dan menuju tempatnya.

Hanya saja, ia tak menyangka akan mendengar suara-suara sumbang tak lama kemudian.

“Aduh neng Aluna. Siapa nih, Sugar daddy-nya, ya?” ta

“Habis dipake, Neng?”

“Pejabat mana, Neng? Siapa tahu bisa dipilih?”

Kedua tangan Aluna mengepal. Dia hendak mengabaikannya.

Namun, salah seorang dari mereka semakin berani dan malah mengetuk kaca mobil Ethan!

“Pak turun dong! Anter Aluna masuk ke kos!”

Deg!

Aluna sontak menoleh. “Pak, urusan saya tidak merugikan siapapun. Jadi anda—kalian semua tidak berhak mengganggu saya!” tegurnya pada akhirnya.

“Galak bener neng. Kita cuma pengen tahu pejabat mana yang jalan sama eneng. Itu aja kok.” ucap Bapak itu mulai mendekati Aluna.

“Seumuran bapak?” tanya bapak-bapak memakai sarung. “Lebih tuaan bapak atau—"

“Memangnya aku terlihat tua?” Ethan tiba-tiba keluar dari mobil.

Dia bersedekap sembari menatap tajam orang-orang itu. “Apa wajahku yang tampan ini cocok disamakan dengan wajah-wajah purba seperti kalian?” ucapnya lagi.

“Hei tidak ada sopan santun pada orang tua!” tunjuk bapak itu pada Ethan.

Namun, bos Aluna itu tak peduli dan malah mengeluarkan dompetnya, serta 10 lembar uang berwarna merah.

Woosh!

Ethan melempar uangnya ke orang-orang itu.

“Kalian harus ingat, ini dariku yang berasal dari partai ‘Orang tampan dan kaya bebas melakukan apapun.’ Kalian harus ingat baik-baik nama partaiku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status