Ethan menoleh ke samping. Tidak bisa menahan senyumnya karena Aluna yang terlihat begitu lucu. “Tidak.” Ethan kembali merubah ekspresinya menjadi datar. “Aku hanya ingin menciummu.” Ethan menunduk dan mengambil ciuman lagi di bibir Aluna. “Tidak boleh? Tidak boleh aku menciummu? Kau milikku Aluna.” “Iya boleh.” Aluna mengangguk pasrah. Setelah puas mencium Aluna, Ethan menarik pinggang Aluna dan memeluknya. Aluna membiarkan Ethan tertidur di lengannya. Meskipun rasanya—begitu berat. Apalagi kaki Ethan yang menindih kakinya seperti guling. “Sir—” “Aluna..” gumam Ethan sambil mengusap wajahnya di dada Aluna. “E-Ethan,” panggil Aluna. “Hm. Kenapa?” Ethan sangat nyaman memeluk Aluna. Aroma tubuh Aluna begitu ia sukai. Padahal hidungnya termasuk sensitif terhadap bau. Apalagi parfum yang digunakan Aluna pasti murah. “Aku dulu tidak pernah memberitahukan perbuatan kalian pada guru di sekolah.” Sempat hening beberapa detik. “Aku tahu.” Ethan mengusap pinggang Aluna. “
“Aluna, aku dengar pak Ethan itu punya selingkuhan!” ucap Zara. Seorang pegawai dari tim pembantu Ethan. Mereka lumayan akrab karena sering bertemu di kantin saat jam makan siang. Aluna menoleh dan hampir tersedak dengan minumannya sendiri. “Kau tahu dari mana?” “Dari Asistennya pak Ethan dulu.” Zara menyeruput jus jeruk dengan santai. “Tapi Pak Ethan itu emang udah terkenal playboy dari dulu.” Zara mendekat. “Katanya pak Ethan punya sugar babby!” Uhuk! Uhuk! Benarkan Aluna begitu terkejut. Ia kira tidak ada yang tahu tentang dirinya dan Ethan. “Si-siapa yang bilang?” tanyanya sedikit gugup. Zara menepuk pelan bahu Aluna. “Biasalah.” Mengibaskan tangannya. “Di kantor ini punya mata-mata.” Aluna terdiam. ‘Aku harus lebih hati-hati mulai sekarang.’ “Kasihan Grace. Cantik, model. Tapi masih diselingkuhi. Tapi katanya mereka djodohkan, pantas saja sulit untuk bersama. Walaupun kelihatannya, Grace cinta mati pada pak Ethan. Tapi kalau pak Ethan tidak cinta ya gimana? Suli
“Maria maria.” Bobby menirukan bagaimana Aluna menari. “Maria maria..” menyatukan tangan dan mengikuti gerakan yang Aluna lakukan. “Maria!” tertawa begitu puas sambil menunjuk Aluna yang membeku di tempatnya.“BOBBYYYYYYYY APA YANG KAU LAKUKAN!” teriak Aluna kepalang malu. “Akh!” Bobby kesakitan karena Ethan yang menendangnya. “Akh! Ethan sialan!” BRAK! Ethan menutup pintu. Kemudian menyeret Bobby dengan menarik kerah leher pria itu. Menariknya sampai keluar dari rumahnya. Menghempaskan Bobby begitu saja!“Pergi dari sini.” Ethan berkacak pinggang. Bobby menatap Ethan dengan curiga. “Waah kalian pasti akan bersenang-senang.” Menyipitkan mata. “Sebahagia itu kau dengan Aluna hah? Lihat bibirmu berkedut ingin tersenyum!” Ethan berusaha sedatar mungkin. Menahan bibirnya jangan sampai tersenyum. “Diam saja kau!” Ethan mendorong Bobby. “Bilang saja kau menyukainya!” menunjuk Ethan dengan telunjuknya. “Wajahmu itu berseri-seri persis orang jatuh cinta.” Ethan menggeleng. “Hah! Ap
Ethan tersenyum miring. “Kau menggemaskan saat menurut.” Mengusap puncak kepala Aluna. “Benarkah?” tanya Aluna. “Kamu sudah jatuh ke dalam pesonaku?” “Tidak secepat itu babby,” jawabnya dengan nada yang rendah. Anehnya Aluna merasa, Ethan semakin seksi Errrrh! Aluna menggeleng. Ethan menggendong tubuh Aluna ke atas ranjang. Setengah menindih tubuh Aluna yang mungil. Aluna pasrah saat Ethan melucuti semua pakaian yang digunakannya. Hingga ia hanya menggunakan dalaman berwarna hitam yang kontras dengan warna kulit tubuhnya. “Ethan..” lirih Aluna saat pria itu bermain di lehernya. Ethan memberikan kecupan dan gigitan kecil di lehernya. “Shit!!” umpat Ethan. “Aku sudah menahannya sejak lama.” Ethan membuka seluruh pakaiannya. Sampai ia benar-benar telanjang. Oh tepatnya mereka. Karena Aluna juga tidak menggunakan sehelai benangpun di tubuhnya. “Tubuhmu indah.” Ethan menatap tubuh Aluna yang terbentuk dengan sempurna. Namun ia salah fokus pada jahitan kecil di perut Aluna. “Luka
Sedangkan di luar sana. Ethan ke taman belakang. Menyulut rokoknya—kemudian menghubungi seseorang melalui ponselnya. “Aku tidak bisa datang,” ucap Ethan. “Apa kamu bilang?!!!” nada marah seorang pria. “Papa sudah menyiapkan pertemuan untuk membahas rencana pernikahan kalian. Jangan berani-beraninya kamu tidak datang.” Ethan berkacak pinggang. Tangannya mencengkram ponselnya begitu erat. “Aku minta waktu. Aku belum bisa menikah dengannya.” “Kalian sudah bertunangan setengah tahun. Kalian sudah seharusnya segera menikah.” “Aku belum bisa.” Ethan menghela nafas. “Aku tidak mungkin melawanmu, Pa. Aku pasti akan menikahinya jangan kawatir.” Terdengar helaan nafas lelah dari ujung telepon itu. “Menikah atau tidak, kamu masih bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Jika ingin main belakang, mainlah dengan rapi. Jangan biarkan rumor-rumor sampah tentangmu menyebar di perusahaan.” Beginilah jika menikah karena bisnis. Termasuk dengan orang tua Ethan. Mereka menikah karena bi
Sebuah restoran yang terletak di tengah kota. Rata-rata dikunjungi oleh kalangan atas. Di salah satu bangku terisi oleh beberapa orang yang sepertinya membicarakan hal yang penting. Ethan duduk di samping seorang perempuan cantik yang senantiasa tersenyum. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna maroon. “Senang sekali akhirnya bisa berkumpul setelah sekian lama,” ucap Harianto. “Senang melihat Ethan yang semakin sukses memimpin perusahaan.” Menatap Ethan dengan bangga. Peter Winston, ayah Ethan mengangguk. “Benar, Ethan sangat cerdas mengelola perusahaan.” Ethan hanya tersenyum mendapat pujian dari ayah dan calon mertuanya. “Dia sangat mempesona,” ucap Grace. Menatap Ethan dengan penuh cinta. “Maka dari itu aku sangat menyukainya.” Grace mengusap punggung tangan Ethan pelan. Sambil tersenyum manis. Namun yang dilakukan Ethan hanya tersenyum tipis. Dengan pelan ia menarik tangannya agar jatuh dari jangkauan Grace. “Sebelum membicarakan hubungan kalian, lebih b
Aluna menunduk—berusaha menutupi wajahnya dengan rambut. Aluna mendongak saat ada satu tangan yang terulur untuk membantunya. “Kau bisa bangun?” Aluna sempat mematung setelah tahu siapa yang mengulurkan tangan padanya. Grace, ya wanita yang menjadi tunangan Ethan. Sedangkan Ethan masih duduk di bangku dengan tenang tanpa melihatnya sedikitpun. “Terima kasih.” Aluna bangkit. Menatap makanannya yang sudah berserakan di lantai. Sayang sekali harus terjatuh, padahal ia sudah menunggu makanannya sangat lama. “Nona maafkan saya.” Seorang pelayan menunduk merasa bersalah. “Ah ya!” Aluna mengangguk. “Aku akan mengganti makanan yang aku jatuhkan.” Aluna mengambil dompetnya. Aluna yag berantakan. Gugup sekali sampai kesusahan mengambil sebuah kartu di dalam dompetnya. Sial! Aluna merasa dirinya benar-benar menyedihkan. Grace tersenyum. “Biar aku saja.” memberikan kartu kreditnya pada seorang pelayan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Aluna mengangguk. “Aku baik-baik saja.”
Grace kembali ke bangku di mana masih ada orang tuanya dan orang tua Ethan. “Siapa wanita tadi? Terlihat sangat berantakan.” Komentar Margaret pada wanita yang terjatuh tadi. “Kamu terlalu baik Grace.” Grace tersenyum. “Dia terlihat kebingungan, aku berusaha membantunya aunty.” Celia menyentuh bahu putrinya. “Grace memang seperti itu. Dia mudah sekali kasihan pada orang lain. Dia juga tidak pernah pilih-pilih berteman dengan siapapun. Itu yang selalu aku kawatirkan. Aku takut dia berteman dengan orang yang salah.” “Grace sangat cocok menjadi bagian keluarga Winston. Pintar, cantik dan baik hati. Ethan, kamu jangan terlalu lama menggantung Grace,” ucap Peter pada putranya. “Biarlah dulu tidak masalah. Lagipula mereka masih muda,” balas Harianto. Padahal dari awal, Ethan sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada acara ini. namun, mereka semua yang ada di tempat ini seolah buta. Mereka mengabaikan semua penolakan dan pemberontakan yang dilakukannya. ~~Ketika pintu terbuka, Aluna la