Share

Chapter 3

“Sialan kau Aluna!” teriak teman Aluna menyadarkannya dari lamunan. “Kau merugikanku! Klienku marah-marah padaku, dia tidak akan menggunakan jasaku lagi.”

Aluna memejamkan mata. “Maaf,” lirihnya.

Bugh!

Teman lamanya yang bekerja di bidang prostitusi itu mendorong bahu Aluna. “Seharusnya aku tidak langsung mempercayaimu!” 

“Kau merugikanku, Sialan!!” teriaknya lagi tepat di depan wajah Aluna. “Kau pikir mudah membuat janji dengan klien yang mau membayarmu 100 juta?”

“Aku memberinya karena kau bilang untuk biaya rumah sakit anakmu. Tapi, kau dengan gampang mengacaukannya. Dasar tidak tahu diuntung.”

Deg!

Jantung Aluna mencelos.

Sekarang, dia harus bagaimana?

Bayang-bayang wajah Gio yang berjuang di rumah sakit seketika terbayang.

Gegas, Aluna memegang kaki teman lamanya itu. “Aku benar-benar tidak sengaja. Aku mohon bantu aku sekali lagi.”

“Aku janji—aku janji tidak akan mengecewakanmu. Aku--”

“Tidak ada kesempatan kedua untukmu! Gara-gara kau, aku dimarahi Mami karena menghilangkan satu kliennya!” potong teman Aluna seketika.

Ibu dari Gio itu sontak mengepalkan tangannya, menahan tangis.

Semuanya memang salahnya.

Aluna pun membiarkan kala temannya meluapkan kekesalannya pada dirinya dengan mendorongnya lebih keras, hingga terjatuh di lantai.

Tak sekalipun, ia melawan.

Ibu dari Gio itu justru hanya terdiam---menatap kosong pada lantai.

Bahkan, setelah kepergian temannya itu.

Sungguh... Aluna tak menyangka kemalangan akan menimpanya bertubi-tubi.

Dia bahkan tidak mendapatkan uang setelah harga dirinya tergadai.

Drrt 

Sebuah pesan muncul di ponsel Aluna menyadarkannya dari lamunan.

[Aluna maaf ibu tidak bisa membantumu. Kamu harus harus membayar segera biaya pengobatan Gio. Pembayarannya harus dilakukan besok karena Gio sudah dirawat di rumah sakit.]

“Ya Tuhan….” gumam Aluna menahan tangis.

Kali ini, tubuh Aluna luruh seketika.

Dia tidak pernah meminta apapun selain kesehatan anaknya.

Bahkan, ia tidak peduli jika dirinya sendiri menderita atau hancur.

Yang terpenting, anak Aluna bisa mendapatkan pengobatan dan perawatan terbaik agar anaknya itu sehat.

Tapi, sekarang ... bagaimana dia mendapatkannya?

Dia pengangguran dan telah melewatkan kesempatan mendapat 100 juta kemarin.

Drrtt!

Ponsel Aluna kembali berdering.

Menahan lemas, wanita itu segera melihat layar ponselnya dan memeriksa pesan.

Khawatir jika ada info kembali yang dia lewatkan dari ibunya mengenai Gio.

Hanya saja, Aluna membelalakan matanya kalau pesan kali ini bukan dari ibunya, melainkan dari HR Winston Corp.

[Selamat anda diterima sebagai Asisten Pribadi di Winston Corp. Silahkan datang ke kantor untuk pembahasan lebih lanjut tentang kontrak.]

Apa?

Memejamkan mata, Aluna memeluk ponselnya yang retak.

Air matanya kembali luruh.

Kali ini, penuh rasa syukur.

Setidaknya, setelah mendapatkan pekerjaan tetap, Aluna akan mengambil pinjaman online.

Ia tidak peduli lagi jika nanti bunganya akan membengkak setiap bulannya. Yang terpenting ia mendapatkan uang terlebih dahulu!

***

Keesokan harinya.

Aluna akhirnya sampai di sebuah perusahaan yang begitu besar dan segera menuju resepsionis.

“Tunggu di sini sebentar, Anda akan diarahkan oleh Sekretaris Wakil Direktur.”

Aluna mengangguk, menunggu dengan harap-harap cemas.

Untungnya, setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya seorang pria yang mengaku sebagai sekretaris wakil direktur muncul. Pria itu tersenyum hangat pada Aluna dan menjelaskan beberapa poin pekerjaan.

Darinya, Aluna tahu kalau wakil Direktur itu punya Asisten Pribadi.

Tapi, tiba-tiba Asisten Pribadinya dipecat. Dari sekian pelamar, Aluna dipilih karena pernah menjadi sekretaris.

Aluna hanya tersenyum, sopan mendengar itu.

Namun, ia terkejut kala ia tanda tangan kontrak saat itu juga!

Tidak ada tes lagi!

Meski sedikit curiga, Aluna tak berpikir banyak.

Pikirannya sudah penuh dengan biaya rumah sakit Gio.

Jadi, segera, wanita itu mendatangani kontrak.

“Terima kasih. Jika demikian, mari ikut saya!” ucap pria bernama Victor itu setelahnya, “Kita harus menemui Wakil Direktur segera.”

"Baik." Aluna lagi-lagi hanya mengangguk.

Diikutinya Victor dalam diam.

Tak lama, keduanya pun tiba di lorong sepi dan pintu jati yang begitu megah.

Kala terbuka, Aluna mengernyit sebentar karena cahaya yang menyilaukan dari ruangan bos barunya.

Dia kesulitan melihat wajah atasannya itu.

“Saya sudah membawa kandidat sebagai calon asisten pribadi anda, Sir,” ucap Victor.

“Hm,” deham sang atasan. “Tinggalkan kami.”

Deg!

Aluna terkesiap.

Suara itu….?

Aluna tidak akan pernah melupakannya. Bosnya adalah pria yang kemarin tidur dengannya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status