Diskusi antara Ayahnya Bima dan Yudha harus terhenti karena panggilan telepon dari Dion yang mengabarkan kalau Kenzo telah siuman.
Mereka berdua bersama pengacara ayahnya Bima langsung bergerak menuju rumah sakit.Meski Yudha mengatakan bahwa ayahnya Bima tidak perlu ikut tapi beliau memaksa.Sesungguhnya, ayah dan bundanya Bima merasa bersalah karena telah menelantarkan Jillian padahal ketika Maharani Putri masih hidup pernah berpesan agar mereka ikut membantu Adolf Guzman untuk mengawasi Jillian.Ayah dan bundanya Bima tidak pernah melakukan apa yang dipesankan Maharani Putri karena kesibukan mereka bahkan ketika Adolf Guzman meninggal dunia, mereka hanya bisa sebentar menghadiri pemakaman karena ada urusan di Luar Negri.Mereka membiarkan Jillian sendirian.Sesampainya rombongan itu di rumah sakit, ternyata Kenzo baru saja mendapat pemeriksaan menyeluruh oleh dokter yJillian baru saja selesai makan malam ketika melewati kamar Kenzo yang pintunya sebagian terbuka. Setelah Jillian menyanggupi perjanjian yang diajukan Kenzo—pria itu menepati janji dengan tidak mengurungnya. Bahkan memberikan kamar utama untuk ditempati Jillian dan Kenzo menghuni kamar tamu di mana ia pernah mengurung Jillian. Dari pantulan cermin pada lemari yang menunjukkan keadaan kamar mandi karena pintunya terbuka lebar—Jillian bisa melihat Kenzo sedang susah payah membuka kaos. Tadi siang Jillian tidak sengaja mendengar keluhan Kenzo kepada perawat ketika mengganti perban. Kenzo mengatakan bahwa kesulitan mengangkat tangan karena kulit perutnya yang dijahit terasa sakit akibat tertarik. Sesungguhnya melakukan apapun rasanya sakit sekali tapi Kenzo harus memaksakan diri. Jillian hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Kenzo bermaksud memb
“Sore ini aku ada janji kontrol jaitan sama dokter di rumah sakit, gimana kalau kamu ikut sekalian USG?” Jillian menjawab pertanyaan Kenzo hanya dengan anggukan kepala. Pandangan Jillian tertunduk pada piring berisi sarapan pagi yang sedari tadi ia aduk tanpa minat. Perjanjian perceraian mewajibkan Jillian menuruti apapun yang Kenzo inginkan atau perintahkan selama itu berhubungan dengan janin dalam kandungannya. “Kenapa? Makanannya enggak enak?” Kenzo bertanya lagi, suaranya begitu lembut terdengar di telinga Jillian membuat hatinya menghangat. Jillian menggelengkan kepala tanpa menatap mata Kenzo, masih setia pada piringnya. “Lantas, kenapa sarapan paginya enggak dihabiskan?” Barulah Jillian mendongak. “Tadi sehabis mandi aku mual terus waktu aku muntahin enggak ada yang keluar … sekarang kalau aku makan juga percuma, pasti muntah-muntah.”
Tidak sampai dua detik, Kenzo berhasil melepas kaitan di punggung Jillian kemudian melempar bra itu ke lantai. Dan terbebas lah dua gundukan besar di dada Jillian, kepala Kenzo yang jauh lebih tinggi membuat penglihatannya dapat menjangkau ke sana. Kenzo menelan saliva, demi apapun ia merindukan dua bagian favorite-nya itu. Tapi Kenzo tidak berani menyentuhnya, perlu waktu. Setelah semua pengakuan Kenzo, Jillian tidak mungkin mempercayainya dengan mudah. Kenzo melanjutkan menggosok tubuh Jillian menggunakan puff bersabun membuat air yang tadinya jernih mulai keruh. “Sini … bersandar di dada aku … biar kamu enggak pegal.” Kenzo berucap demikian sambil menarik pinggang Jillian membuat dadanya dan punggung Jillian menempel tanpa jarak. Jillian sempat terhenyak tapi tidak melakukan protes meski jantungnya berdetak tidak karuan apalagi ke
“Saya sangat kecewa sama kamu, Ken … saya enggak menyangka kalau niat awal kamu memang untuk menguasai perusahaan saya ….” Kalimat Adam Askandar itu terdengar menyudutkan Kenzo, walau pun Kenzo telah menguasai perusahaan beliau seperti sekarang—Adam Askandar sama sekali tidak dirugikan malah perusahaannya berkembang pesat dan para karyawannya sejahtera. “Dan yang paling kejam, kamu mendekati putri saya satu-satunya, memperdayanya dalam keadaan sakit keras hanya untuk ambisi kamu … dan dari cerita kamu barusan, saya justru menyimpulkan kalau kamu adalah alasan Tiara menggugurkan cucu saya … kamu biadab, Ken.” Kenzo mengakui semua yang dilaporkan Amira pada Adam Askandar. Sialnya, Amira juga menceritakan bahwa di awal masa kedekatannya dengan Tiara—Kenzo masih sering meniduri Amira. Kenzo tidak memiliki alasan untuk menyanggah semua kebenaran yang diceritakan Amira. Tap
“Ken … pahaku pegal, aku juga ngantuk … kamu pindah sana.” Jillian menepuk-nepuk pipi Kenzo yang tampak terlelap karena lama tidak bergerak. Pria itu mengerjap kemudian mendudukkan tubuhnya. “Sorry, aku ketiduran … insomnia aku sembuh kalau tidur di samping kamu,” ucap pria itu dengan suara parau dan rambut sedikit berantakan yang membuatnya terlihat tampan menggoda juga berbahaya. Berbahaya bagi jantung Jillian yang kini mulai menaikkan tempo debaran. Jangan bilang kalau Jillian merindukan Kenzo. Jillian tidak menanggapi, menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Terpaksa Kenzo turun dari atas ranjang setelah mendapat gesture pengusiran dari Jillian. Kenzo mengusap pipi Jillian kemudian membungkuk untuk mengecup bibir Jillian tapi istrinya malah memalingkan wajah hingga bibir Kenzo mengenai pipinya. Kekehan singkat
“Baby ….” “Apaan ah, Baby … Baby ….” Jillian yang sedang dikejar-kejar oleh Kenzo semenjak keluar dari dalam lift berujar ketus karena Kenzo terus saja merengek ingin menstimulasi puting payudaranya. Yang benar saja, Jillian tahu akan berakhir bagaimana nantinya. “Sayang ….” Kenzo tidak patah arang, bila Jillian tidak suka dipanggil Baby maka ia akan memanggilnya dengan sebutan lain yang mengungkapkan perasaannya. Bibir Jillian mencebik tanpa memelankan atau menghentikan langkah. Kenzo sengaja tetap berjalan di belakang Jillian tidak berniat menyusul atau mendahuluinya. “Jiiil … demi anak kita, demi si cantik.” Oke, Kenzo sudah memiliki nama panggilan untuk calon anaknya. Jillian masuk ke dalam walk in closet hendak membuka sweater Kenzo. Semenjak mengandung ia sering merasa kegerahan, tidak b
Keduanya mengerang tatkala tubuh mereka telah menyatu dan Kenzo cukup dalam memenuhi Jillian. “Sempit banget Jill.” Pria itu menggeram, mulai menggerakan bokong dengan tempo lambat menghentak Jillian. Jillian memejamkan matanya, menikmati sensasi luar biasa yang begitu ia rindukan. Kenzo tidak pernah gagal membawanya melayang hingga Nirwana. “Ah … Ken.” Jillian mendesah dengan kening mengkerut dalam. “Sakit sayang?” Kenzo memelankan hentakannya. “Enggak.” Jillian menjawab kedua tangannya ia lingkarkan di leher Kenzo, meminta lebih. Kenzo merengkuh tubuh Jillian erat hingga dada mereka tanpa jarak, wajahnya menyasar ke leher lalu kembali ke bibir Jillian membuat tubuh di bawahnya melengkung. “Keen.” Jillian menyebut nama Kenzo lagi dan harus Kenzo akui jika ia menyukai suara rintih lemah Jillian ketika ia sedang memberikan hentakan n
“Kamu sudah bangun?” Laura bertanya dengan suara khas bangun tidurnya. Tubuhnya menegak dengan tangan menahan selimut di dada. Augusta Maverick yang sudah berpakaian rapih lantas tersenyum, menghampiri Laura setelah sebelumnya membawa meja kecil yang di atasnya berisi sarapan pagi untuk Laura. Sengaja Augusta Maverick memintan pihak hotel untuk membawakan sarapan ke kamar karena tahu Laura pasti kelelahan usai melakukan malam pertama setelah mereka menjadi suami istri. Ternyata kesan yang didapat akan berbeda jika bercinta dilakukan setelah syah dalam ikatan pernikahan, begitu luar biasa dan perasaan memiliki menjadi sempurna. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Augusta Maverick layaknya seorang pria muda gagah perkasa yang tidak berhenti hanya sekali membuat tubuh Laura lemas tidak berdaya. “Good morning, Mrs Maverick …,” ucap Augusta Maverick ali