Share

3. Keadaan Risna

"Ki ...! Ki Larmo! Ki ...! Tolongin saya, Ki!" teriak Mbok Darmi di depan sebuah rumah panggung sederhana milik salah satu tetua di desa Keramat.

Tak lama, laki-laki yang sudah sepuh berpakaian serba hitam dengan sebuah ikat kepala berupa kain batik berjalan keluar rumah. Menghampiri Mbok Darmi yang kini ngos-ngosan setelah berlari cukup jauh.

"Ono opo, Darmi?" Laki-laki yang dipanggil Ki Larmo berdiri di undakan teratas rumahnya. Sementara ia harus menunduk karena Darmi berada di bawah undakan tangga.

"Anu, Ki ... Nduk Risna, majikan saya. Dia nekad masuk ke rumah setan dan nggak bisa keluar. Saya takut terjadi apa-apa sama dia, Ki."

"Setan Alas!" Tanpa banyak basa-basi lagi, Ki Larmo bergegas turun dan mengambil obor yang terpasang di samping undakan tangga, lalu berlari masuk ke dalam hutan diikuti oleh Mbok Darmi di belakangnya.

Di pertengahan jalan, keduanya tak sengaja bertemu dengan Hasnan dan Satria. Mbok Darmi lantas menceritakan semua yang terjadi. Sama seperti Ki Larmo, suami dan putra semata wayang Risna juga langsung panik ketika mendengar perempuan itu dalam bahaya. Kini mereka berempat menuju rumah setan secara bersama-sama.

"Risna! Risna! Risna, kamu dengar Mas?! Risna! Bukain pintunya, Ris!"

"Bu! Ibu! Ini Satria, Bu! Ibu baik-baik aja 'kan di dalam?"

Hasnan dan Satria mengetuk pintunya dari luar, tetapi tak kunjung ada sahutan. Pintu masih setia tertutup rapat seperti beberapa saat yang lalu. Satria yang khawatir dengan keadaan ibunya bahkan mulai menangis.

"Minggir dulu kalian!" Ki Larmo menyerahkan obornya pada Mbok Darmi, lalu berdiri di depan pintu setelah Hasnan dan Satria menyingkir. Mulutnya tampak berkomat-kamit membaca mantra, lantas tangannya menyusuri daun pintu tanpa menyentuhnya secara langsung. Kemudian ....

Brak!

Pintu seketika terbuka lebar tanpa ada yang mendorongnya. Mbok Darmi ikut merapat hingga cahaya dari obor yang ia bawa menyeruak ke dalam. Wanita setengah baya itu membulatkan matanya, tak percaya dengan apa yang kini ia lihat.

"Nduk Risna?"

Risna menoleh. Anehnya ia tampak baik-baik saja. Bahkan sedang memegang piringan kecil dari tanah liat berisi nasi dan lauk, menyuapi sang anak setan selayaknya perlakuan ibu pada anak perempuannya.

"Kalian kenapa bisa ada di sini?"

Hasnan mendekat lalu menarik tubuh Risna agar menjauh dari anak perempuan itu.

"Kamu nggak apa-apa, Ris? Nggak ada yang luka?" Hasnan terlihat cemas seraya memeriksa tubuh istrinya dengan seksama.

"Aku nggak apa-apa. Emangnya kenapa sih, kalian keliatan panik gitu?"

"Nduk, tadi sampean teriak-teriak minta pertolongan karena kekunci dari dalam."

Kedua alis tebal Risna menukik tajam. "Pertolongan? Kapan? Perasaan dari tadi saya diam aja. Saya di sini sama dia." Ia menunjuk pada gadis kecil yang menatap mereka dengan seksama. Sorot matanya yang menyeramkan membuat Mbok Darmi langsung memalingkan wajah. "Bukannya tadi Mbok Darmi sudah saya suruh pulang duluan, ya?"

Wanita setengah baya dengan lilitan kain jarik pada pinggangnya itu menatap Risna heran. Pernyataan dari sang majikan sangat bertolak belakang dengan apa yang dialaminya. Apakah ia hanya berhalusinasi? Atau ... telah terjadi sesuatu saat ia meninggalkan Risna bersama anak itu?

Mbok Darmi melirik ke arah lain, tepatnya pada telapak tangan Risna yang sebelumnya robek karena mendapat gigitan dari anak setan. Lagi-lagi ia dibuat keheranan. Tak ada d*rah atau bahkan luka sedikit pun.

"Oh ya, Mas, aku sudah mengambil keputusan."

"Keputusan apa?"

"Aku ingin membawa anak itu ke kota. Aku mau mengadopsinya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status