Share

Pilihan Yang Sulit

Tepat pukul sembilan pagi, Rendra berjalan menuju ruang kerja Devan.

"Om Devan, maaf aku terlambat," ucap Rendra sembari mengetuk pintu ruangan Devan dan masuk begitu saja tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu.

PLAK.

Sebuah map tebal pun melayang ke sisi Rendra dan hampir saja mengenai wajahnya.

"Om! Kenapa--"

"Dasar berandalan!" pekik Devan memotong ucapan Rendra dan memasang wajah kesal di depan keponakannya itu. Ia berdiri dari kursinya dengan berkacak pinggang.

"Jam berapa sekarang hah?" lanjut Devan kembali. " Kamu pikir ini rumah dan kamu bisa masuk atau memanggil pamanmu ini dengan panggilan 'om'?! Apa kamu lupa kalau ini di kantor!" pekiknya.

Rendra langsung menundukkan wajahnya. Ia akui salah karena masih terbiasa dengan pergaulan bebasnya di luar negeri.

"Maaf, Om. Ah bukan, Pak Devan. Saya salah dan masih belum terbiasa dengan bekerja di kantor. Maafkan saya," ucapnya dengan nada menyesal.

Devan menghela nafasnya panjang. Ia tahu keponakan itu selalu bersikap semau hati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status