“Tuan Putri tampaknya tengah jatuh cinta.”“Eh! Memangnya tampak seperti itu?“ Ran Xieya memerah malu. “Aku tidak juga menyangkalnya.” Senyum Ran Xieya dengan manis.Baise mengangguk. “Anda tampak lebih bahagia, Yang Mulia.”Ran Xieya baru usai menyesap secangkir teh itu. Dia pun meletakkannya dengan merubah raut yang serius. “Kurasa Ran Xieya ini sebelumnya reinkarnasi dari Ra Byusha,” ucap Ran Xieya. “Karena aku kerap kali mendapatkan mimpi yang terlihat seperti penggalan memorinya.” Ran Xieya mengalihkan tatapannya untuk melihat remaja lelaki itu, tampaknya Ran Xieya berharap jika Baise mengetahui sesuatu. Ran Xieya menghela napas karena Baise hanya diam. “Kenapa energiku terserap habis? apa yang sudah terjadi padaku sepanjang perjalanan?” tanya Ran Xieya.Baise pun menuangkan lagi teh hangat itu dari tekonya. “Jangan dilanjutkan lagi Tuan Puteri.” Baise mendekatkan wajahnya pada daun telinga Ran Xieya kemudian membisikkan Ran Xieya dengan sesuatu. “Karena seseorang tengah mengupi
“Untuk mencabut nyawa seorang pembelot besar, agar kutukan itu berakhir.”Ran Xieya langsung mendorong tubuh Lian Xia Tian menjauh darinya. Ran Xieya langsung menyangkal Lian Xia Tian. "Omong kosong, aku tak akan sudi mengotori tanganku untukmu," ucap Ran Xieya.Lian Xia Tian tersenyum simpul. "Seperti itulah dirimu, sejak dulu tak berubah." Lian Xia Tian berucap kemudian menghilang bagai menjadi bayangan yang sirna oleh cahaya pagi. Usai pertemuannya dengan Lian Xia Tian. Ran Xieya merahasiakan pertemuan itu dari siapapun termasuk Han Xue Tian, lelah kepikiran dengan ucapan Lian Xia Tian membuat Ran Xieya mencari kesibukan dengan membantu istrinya Jhan Guang Wei memasak. “Tuan Putri, tidak perlu bersusah payah membantu," cegah Ximei dikala Gadis berjubah hijau tua itu ikut memetik sayuran dari sebuah bakul diatas meja.“Memangnya kenapa?” Kedua matanya berkedip-kedip heran. Tentu saja ini hal biasa, bagi Senna bukan berarti untuk Xieya. Kehidupan sebelumnya yang bekerja keras di be
“Tidak mengapa Yang Mulia, begini-begini Ximei juga mantan murid klan Lian," ucap Ximei. Ia berusaha menenangkan Ran Xieya yang tampak cemas. “Kakimu terluka.” Ran Xieya berucap sembari melepaskan kain yang memang mengikat pinggang rampingnya, membiarkan jubah luarannya terbuka bebas. Ini bukan apa-apa karena Ximei lebih penting, batin Ran Xieya.Jika hanya jubah luaran, lekuk tubuhnya masih ditutupi lapisan jubah dalamannya. “Semoga ini bekerja," ucap Ran Xieya mulai membidai kaki Ximei, berfungsi agar menahan perdarahan serta penyebaran racun dari liur mahluk itu. walaupun Ran Xieya tak yakin.Derapan langkah terburu-buru terdengar dari luar kamar, jika Ran Xieya langsung menyangka jika itu mahluk yang akan mencelakai mereka. Tangan mungilnya langsung berusaha menebas cepat, kala tubuhnya berbalik. Sosok Han Xue Tian langsung menangkis Sen Ya dengan pedang birunya. “Xieya." Han Xue Tian memanggil namanya dengan lembut.“Maaf aku kira kau zombie," ucap Ran Xieya menurunkan pedangny
Perjalanan dilanjutkan namun Ran Xieya sempat berpikir, untuk tiba di gedung aula itu dia harus melewati jalan yang panjang. Ran Xieya menyenanginya, sepanjang jalan banyak toko yang berjualan. Riuh seperti pasar, bahkan siang sudah berganti senja, dimana kedua iris magentanya bisa melihat perlip-perlip lampion yang mulai dihidupkan.Ada banyak hal yang menarik pikirannya, riuhnya pasar ini seolah tengah bersiap menyambut festival yang besar. Tampak dari banyaknya pernak-pernik berwarna merah dan emas. Ran Xieya pun singgah di sebuah kedai yang menjual lampion beraneka bentuk, kedua matanya berseri menatap takjub lampion-lampion indah itu.“Tuan sebaiknya Anda membeli, sebelum habis," tawar Paman Tua penjual lampion itu.Ran Xieya hanya tersenyum, gelak hatinya dipanggil Tuan namun dia tak mengubris. Pakaiannya yang memang seperti laki-laki dengan hanya sebagian sanggul disurai hitam panjangnya. Tak mengenakan riasan dan tak memakai aksesoris. Siapapun akan mengiranya sebagai seorang
“Benar, kau baru saja merebutnya Xieya." Rasanya nafas Ran Xieya tertahan. “Lin May, kau Lin May bukan?" Ran Xieya amat terkejut, mendapati Lin May berdiri di ambang pintu dengan penampilan yang cantik. Selayaknya seorang bangsawan. Tak semenyeramkan di saat dulu Ran Xieya bertarung dengannya. “Kau hanya mainan Yang Mulia," ketus perias itu yang baru selesai mengemasi peralatannya, kemudian pergi keluar dengan tatapan sinisnya pada Lin May. “Siapa sangka bertemu denganmu seperti ini.” Lin May berucap sembari mendekati Ran Xieya yang sudah memakai sebuah tudung kain sutera berwarna merah. “Jangan pikir aku memaafkanmu," ucap Lin May seraya membuka tudung yang menutupi wajah Ran Xieya. Ran Xieya mengulas senyuman. "Kau membenciku karena sesuatu yang tak kulakukan," ucap Ran Xieya. Tak lama Ran Xieya terdiam mematung sendiri, kebencian memang familiar untuknya karena di kehidupan Ran Xieya dulu ia sering ditindas oleh keluarga atau rekan kerjanya sendiri bahkan dirudung oleh teman-te
Nenek ... apa yang harus kulakukan, batin Ran Xieya. Ran Xieya terus melangkah maju. Dia mengabaikan Para Pelayan istana yang memandanginya. Rambut hitamnya sudah tergerai, tak tahu sejak kapan Ran Xieya melepaskan seluruh Sen Ya digenggamannya sudah menjadi sebilah pedang yang membias dengan terang. Ran Xieya menjadi seorang pengantin wanita berjubah merah berjalan dengan tegap. Jika hari ini merupakan hari yang diramalkan terjadi, dia akan menghadangnya. Ran Xieya tak yakin namun langkah kakinya membawa dirinya tiba di depan sebuah pintu yang megah. Dijaga oleh dua orang Iblis mengenakan zirah besi. “Nona ... seorang pengantin harus menunggu sampai persiapan upacaranya selesai," cegah Iblis Pengawal. “Di mana Xia Lian?” gertak Ran Xieya. “Yang Mulia tengah bersiap-siap," jawab salah seorangnya. Ran Xieya hendak berjalan maju, berusaha menerobos pintu itu. Tetapi dua buah tombak dari kedua pengawal langsung menghadang Ran Xieya. "Biarkan aku masuk!" bentak Ran Xieya. “Nona, a
"Apa kau percaya jika Han Xue Tian bukanlah saudaraku? melainkan aku di masamu yang sengaja dibawa pada masa ini. Jawab Xieya apa kau percaya ucapanku yang ini?" Seluruh dunia Ran Xieya seolah runtuh. “A-aku ....” Ran Xieya menerjabkan kedua matanya yang bergetar samar, karena semua pengakuan dari Lian Xia Tian mengejutkannya. “Xieya, oh Xieya, kau sendiri tak menyadari jika diperalat olehnya selama ini." Lian Xia Tian berucap sembari tersenyum remeh. "Tujuannya hanya ingin membuatmu mengakhiriku agar mereka dapat mengambil Sen Ya, semua ini sudah jadi rencana mereka Xieya," bujuk Lian Xia Tian hendak melangkah mendekati Ran Xieya. “Hentikan Ge!” “Dia berhak tahu semua ini!"Ran Xieya memandangi keduanya, mereka saling berteriak satu sama lain. Sebelum Ran Xieya beranjak melerai keduanya. Bahunya sendiri terasa mengalir cairan dari dalam.“Sejak kapan? ada luka laserasi sebesar ini, kenapa aku tak menyadarinya.” Ran Xieya memengangi bahunya sendiri, karena sudah terdapat luka robe
“Tuan Puteri Ran Xieya.” Sapa pemimpin muda Han itu, berbeda dengan Putri Bungsu dari Han.Dia dengan tak perdulinya menepis genggaman tangan Ran Xieya dan Han Xue Tian kemudian merangkul Han Xue Tian dengan erat. “Gege, apa Aege kemari untuk membasmi Iblis yang bersembunyi disini?” tanya Gadis itu.Ran Xieya yang masih bersama wajah sembabnya, hanya mengangguki sapaan pemimpin Han, meski dengan perasaannya yang masih tak karuan Ran Xieya tak memperdulikan Han Xue Tian dan adiknya Han Fei Yin.“Tanpa mengurangi rasa hormatku kepada pemimpin Han. Ran Xieya akan ke aula desa terlebih dulu," ucap Ran Xieya usai memberi hormat, Ran Xieya membalikkan tubuhnya untuk melangkah ke aula desa yang sudah tampak gerbangnya didepan pandangan."Yang Mulia, biarkan hamba mengobati bahumu," tawar Pemimpin Klan Han itu.Ran Xieya langsung menggeleng. "Tidak perlu, Pemimpin Han, aku baik-baik saja," sahut Ran Xieya kemudian beranjak pergi. Han Suiren Hua melihat gelagat Ran Xieya, yang dirasanya tak b